BAB 05

226 33 0
                                    

"Tuhkan Yohan, Pangeran tidak kenapa napa, untung saja kita tidak terburu-buru untuk menghampiri Pangeran, kalau tidak..." seseorang yang ceria ini bernama Rian Aliase, putra dari salah satu bangsawan fraksi kaisar.

"Astagaa Yohan, selalu seperti itu, berhentilah khawatir tentang Pangeran, dan khawatirkan saja aku hahahaha" Kata Paula Fredrick, satu satunya wanita yang ada dalam kelompok pertama, meskipun dia terlihat lemah, tapi siapa sangka dia bisa memenggal monster berukuran dewasa dengan sekali tebas.

"Pa... pa... paulaa, ap... apa yang kamu katakan itu, kamu.. kamu terlalu kuat dan tidak cocok untuk dikhawatirkan!" Lucu melihat Yohan Ghusney panik bersemu merah mendengan ucapan Paula barusan, sebenarnya aku ingin tertawa, tapi aku tidak akan menunjukkannya.

"Berhentilah menggodanya, dasar jelek! Lihat warna wajahnya seperti tomat rebus" Paulo Fredrick bergabung dalam obrolan dan menambah keramaian.

"Aa... apaa?! Jelek?! Aku jelek?! Dasar kuda nil kurang ajar yang buta!"

"Kuda nil? Kamu monyet bau!"

Dan berlanjutlah pertengkaran anak kembar ini, bahkan sampai di penginapan.

"Hmmmpp! Seenaknya saja menghinaku, awas saja nanti muehehehehe" aku merasakan hawa jahat yang keluar dari Paula, mungkin Paula berencana menjahili kakaknya nanti.

Saat aku memasuki kamarku, badanku terasa sakit semua, aku harus tidur sejenak.

"Pangeran, makan siang sudah siap"

"Kalian mulai makan dahulu saja, aku masih merapikan diriku"

Aku yang mendengar suara dari luar pun langsung terbangun dan merapikan sedikit rambutku, aku melihat arloji saku yang menunjukkan pukul 12.00 siang. Setelah makan siang aku berencana melaporkan hal ini kepada Raja Elf dan Baginda Langit.

Aku turun ke bawah dan melihat mulut Paulo yang merah dan terlihat kepedasan, sepertinya Paula menambah cabai ekstra dalam makanan Paulo.

"Rasakan itu kuda nil bweeekkk"

"Monyet gilaa!!!" Paulo Mengejar Paula yang berusaha sembunyi di belakang badan Edelain.

"Edelain tolong aku huhuhuhu ada kuna nil lepas"

"Paula sini kau, mentang-mentang aku takut dengan muka seramnya Edelain, kamu jangan sembunyi di belakangnya" sangat disayangkan sekarang wajah Edelain yang awalnya menyeramkan tambah gelap karena ucapan Paulo, wajah Edelain memang terlihat galak, tapi hatinya sangat lembut.

"Pangeran, anda sudah bangun" Edelain yang menyadari kehadiranku langsung menunduk hormat, lalu disusul dengan anggota pasukan yang lain.

Aku melangkah menuju meja makanku dan mulai untuk makan, keramaian yang tertunda akibat kehadiranku pun dilanjutkan dengan pertengkaran si kembar dan Yohan yang berusaha melerai.

Selesai makan, kita mengadakan rapat kecil untuk penyampaian laporan kelompok 1 dan 2 oleh ketua kelompok.

"Setelah pangeran kembali ke gerbang hutan, saya menemukan jejak kaki yang berukuran kecil, seperti jejak kaki anak-anak..." Edelain membuka laporan kelompol 1 dengan temuan yang mengejutkan. "... Hutan yang kemarin adalah hutan terlarang, jadi tidak mungkin apabila ada anak biasa yang iseng bermain di hutan tersebut, karena hutan tersebut ada dinding pembatas, hanya pasukan penjaga, keluarga kerajaan dan tamu yang memiliki izin Raja Elf yang dapat memasuki wilayah tersebut"

"Lalu bagaimana jika anak kecil tersebut dibawa oleh pasukan penjaga? Apakah sama sekali tidak ada jejak kaki orang dewasa?"

"Saya tidak menemukan jejak kaki orang dewasa pangeran, bahkan jejak kaki anak ini sangat kecil, seperti anak perempuan berusia 6 tahun sampai 10 tahun atau anak laki laki yang berusia 6 atau 7 tahun, jadi kemungkinan ada seorang anak kecil yang dibawa oleh pasukan penjaga sangat tidak mungkin"

Golden SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang