-Janneth Luvetius-Sudah setahun berlalu sejak kepergian Vian, aku tidak pernah menyangka bahwa Vian tidak pernah kembali lagi. Satu tahun adalah waktu yang lama tanpa adanya Vian, meskipun sekarang aku masih berumur 12 tahun, tapi aku tahu bahwa aku sudah jatuh cinta kepada Vian, benar kata orang kita akan menyadari apa sebenarnya yang kita rasakan saat orang itu pergi meninggalkan kita.
Selama 1 tahun ini tidak ada yang berubah, sikap pekerja istana tetap sinis terhadapku, Raja dan Ratu juga tidak pernah sekalipun mengunjungiku, bahkan Natta juga tidak pernah meminta maaf padaku. Aku masih bertukar surat kepada kakakku yang sedang ada di Asrama, dan bertukar surat dengan Paula. Untungnya Kakakku juga mempercayaiku, awalnya aku menitipkan surat untuk Vian ke Paula, tapi tidak ada satupun balasan darinya, apakah dia benar-benar membuangku? Meskipun rasa sakitnya masih membekas, tapi Vian bukan orang pertama yang membuangku, masih ada kedua orang tuaku yang sudah membuangku terlebih dahulu.
1 tahun ini kuhabiskan dengan mengumpulkan pengetahuan dengan cara menyelinap ke Perpustakaan Istana, aku sudah bisa melakukan sihir teleportasi, memang benar sihir teleportasi memiliki efek samping, tapi aku punya cara untuk mengatasinya, mungkin Vian juga sudah punya cara untuk mengatasi efek samping itu, makanya dia setiap hari mendatangiku dulu.
Dari menyelinap perpustakaan, aku mendapatkan pengetahuan tentang banyak hal, mulai dari sihir Elf, ekonomi, sejarah, politik, ilmu senjata, dan hal yang lainnya. Aku mulai membangun usahaku sendiri 1 tahun yang lalu, aku bekerja sebagai makelar, dimana aku akan menyediakan barang apapun yang dibutuhkan klien, tentu saja aku menyeleksi terlebih dahulu barang yang dipesan klien. Untungnya aku memakai sihir penyamaran jadinya tidak mudah untuk menangkapku, berkat itu aku mendapatkan banyak keuntungan, uang yang aku kumpulkan selama setahun ini sudah kusimpan dengan aman di bank.
Kemampuan sihir dan memanahku juga semakin membaik, tentu saja hal ini sengaja aku sembunyikan dari semua pihak.
Suara ketukan pintu terdengar saat aku membaca buku mengenai ilmu sihir penyembuhan. Aku buru buru-buru menyembunyikan buku buku yang berserakan di lantai, setelah siap, aku memberikan izin.
"Masuklah" perintahku kepada siapapun yang mengetuk pintu.
"Makan malam sudah siap"
"Baiklah, aku akan turun sebentar lagi"
"Baik Putri Janneth"
---
Aku menuruni tangga menuju ruang makan, aku sudah melihat Raja, Ratu, dan Netta yang sudah memulai makan malam dan tidak menungguku, aku langsung sadar karena bagi mereka, aku bukanlah siapa-siapa lagi selain aib mereka, ya kurasa mereka cukup baik karena mengajakku makan malam."Mohon maaf terlambat Baginda Raja dan Baginda Ratu" tidak ada jawaban, maka aku akan langsung duduk, dan mulai makan dalam diam, rencanaku adalah menyelesaikan makan malam ini dengan cepat.
Tentu saja, terkadang rencana kita tidak tercapai.
"Anneth, tahun depan kamu harus mempersiapkan pertunanganmu dengan sir Andreas, meskipun Andreas sudah tua, tapi dia adalah pria yang baik yang merupakan orang kepercayaan Ayah" Ya tidak ada yang bisa mengindari pernikahan, bagi keluarga kerajaan, pernikahan merupakan ajang untuk mencari koneksi dengan cara menjual putri mereka agar mendapatkan lebih banyak dukungan.
"Benar kak, kakak kan udah umur 12 tahun waktunya untuk merencanakan pertunangan?" Sebut saja aku naif karena sudah berpura-pura tidak melihat senyum miring Natta.
"Ibu benar-benar tidak tahu, menurut ibu lebih baik Anneth tidak usah dinikahkan karena takutnya hanya akan mempermalukan nama keluarga kita" Aku sudah tidak tahan lagi, aku harus mengumpulkan lebih banyak uang dan ilmu agar aku dapat bebas menjadi rakyat bisa, kalaupun aku diusir dari Bangsa Elf, itu tidak masalah, aku akan pergi ke Bangsa Netral. Aku menghentikan aktivitas makanku lebih awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Soul
FantasySebuah ramalan yang berasal dari cenayang mengatakan bahwa "Salah satu dari dua putri kerajaan bangsa Elf akan memiliki jiwa iblis yang akan menjadi musuh" menjerumuskanku ke dalam kehidupan yang gelap, namun siapa sangka aku dapat menemukan setitik...