B 12

3.4K 262 6
                                    

"Bay," cegah Biya sebelum Bayu melajukan sepeda motornya. Bayu memberi tatapan bertanya.

"Gue sekelas sama dia pagi ini," ucap Biya. Dia baru sadar saat di perjalanan ke kampus tadi. Untuk berangkat ke kampus okelah dia bisa, tapi untuk bertemu dengan dia? Biya belum siap.

"Gue pastikan lo nggak ketemu dia, tenang aja." Ucap Bayu menepuk kepala Biya.

"Nggak sopan, gue kakak lo."

"Iya iya. Abang jagain kakak ya?" Biya menoleh ke belakang. Ternyata sudah ada Gibran.

"Hai, seneng liat lo di kampus lagi." Biya tersenyum kikuk. Dirinya sudah bertemu Gibran beberapa kali saat di rumah. Tapi tetap saja rasanya berbeda.

"Udah jam segini, lo telat kalau nggak cabut sekarang."

"Oke oke. Salim dulu bang?" Gibran memukul tangan Bayu yang minta salam.

"Galak bener abang gue. Kalau nanti gue lama jemputnya, minta anterin balik sama Gibran aja."

"Huem," jawab Biya sekadar mengiyakan. Ia masih memilih menunggu Bayu dibanding berdua dengan Gibran.

"Lo mau ikut masuk juga?" Tanya Biya saat Gibran masih mengikutinya sampai depan kelas.

"Iya, gue nggak ada kelas kok pagi ini."

"Yaampun nggak usah segitunya kali Gib, gue oke kok."

"Bener?" Biya mengangguk.

"Kabari gue kalau udah selesai," Biya menatap aneh Gibran.

"Bayu minta gue jaga lo kalau di kampus." Ah Biya paham.

"Tapi lo nggak harus segininya kok Gib. Gue bisa jaga diri."

"I know, tapi sebagai abang gue juga mau jagain lo," Biya tersenyum paksa.  Dia lupa soal status baru mereka, iya juga, pasti Gibran melakukannya sebagai kakak. Entah kenapa ini membuat Biya kecewa.

"Gini ya rasanya punya abang. Tapi gue gapapa kok. Nanti gue telpon kalau ada apa-apa, okay bang?" Tanya Biya menutup kekecewaannya.

"Yaudah, kabari kalau selesai kelas."

"Siap."

Sementara dari kejauhan Derren menatap sendu Biya. Semalam Bayu sudah mewanti-wanti agar dirinya tidak menampakkan diri dihadapan Biya. Tadi pagi pun Gibran juga memperingatkannya.

"Kalau begini gimana gue bisa ngobrol sama Biya."

"Gue minta maaf Biy," guman Derren melihat Biya memasuki kelas.

***

"Lo kemana aja sista?!" Tanya Aida heboh saat melihat Biya di kantin.

"Ga kemana-kemana." Jawab Biya membuat temannya berdecak.

"Ish serius Biy,"

"Tidur, rebahan, ibadah, main game, tidur, makan, b.

"Seminggu bolos kuliah lo santai-santai gitu doang? No sense!"

"Lhah emang seminggu ini aktivitas gue itu." Jawab Biya tak berbohong.

"Lo kenapa sih Biy? Gue hubungi juga gabisa. Bikin khawatir aja."

"Sorry ya, thanks juga nyempetin ke rumah."

"Halah gue ke rumah lo nggak mau keluar kamar, sia-sia gue bawain Seblak Kang Rahmat."

"Lo bawain seblak kesukaan gue?"
"Iya tapi lo nggak mau keluar, dimakan abang lo."

"Bisa-bisanya, Bayu nggak bilang lo bawa seblak."

B [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang