"Ngapain lo?"
"Makan nih," kata Derren meletakkan kue buatannya. Bayu dengan santai memasukkan potongan kue itu, lagipula dirinya memang sedang lapar.
"Lumayan, lo bikin banyak?"
"Cuma itu doang." Ucap Derren merebahkan diri di kasur Bayu.
"Lha? Bukannya lo bikin buat Biya?"
"Nggak mau, rasanya beda kata Biya." Jawab Derren lesu.
"Enak-enak aja menurut gue,"
"Entahlah Bay, kalau Biya nggak lagi hamil udah gu-"
"Apa?" Potong Bayu cepat disertai tatapan tajam.
Derren tidak berani melanjutkan ucapannya.
***
"Biy,"
"Hm,"
"Biya,"
"Hmm,"
"Biyaaa,"
"Apa?"
"Biya sayang,"
"Apa sih, najis!" Sewot Biya pada pemuda yang saat ini menampakkan tatapan sok imut.
"Aku main bentar ya,"
"Main?" Tanya Biya tak habis pikir. Bukannya berniat membatasi Derren, masalahnya sekarang sudah hampir tengah malam. Bisa-bisanya Derren tega meninggalkan Biya sendiri di apartemen ini.
"Bentar dong Biy, setor muka." Jawab Derren dengan tatapan memohon. Disatu sisi Biya merasa tak enak karna setelah menikah Derren menjadi jarang nongkrong dengan teman-temannya, namun dilain sisi dia kurang menyukai pergaulan Derren.
"Kamu tega aku di apartemen sendiri tengah malem gini?" Sebenarnya Biya tidak takut sama sekali jika sendiri di aparteman, ini hanya alibi semata.
Sementara Derren menggaruk tengkuknya setelah mendengar pertanyaan Biya.
"Eng, apa aku minta Bayu kesini?"
"Terus bilang kalau kamu mau nongkrong gitu?"
"I-iya juga sih. Yang ada malah diceramahi gue," gumam Derren yang masih dapat didengar Biya.
"Yaudah bentar aja tapi." Ucap Biya akhirnya. Biya pikir setelah menikah Derren bekerja terlalu keras, suaminya itu pasti butuh refreshing.
"Tapi kamu sendi-"
"Sejak kapan aku takut sendirian?"
"Iya sih. Yakin nih? Nggak akan ngadu kan?"
"Aku gapernah ngadu ih!" Walau mengangguk tapi Derren membantah dalam hati. Tadi sore aja Biya mengadu kepada Mamanya kalau Derren memecahkan vas bunga di ruang tamu.
Setelah itu Derren mengambil kunci motor dan jaket sebelum menghampiri Biya kembali.
"Ayah main dulu ya dek, baik-baik di perut Bunda." Ucap Derren berjongkok di depan perut Biya yang terlihat sedikit membuncit.
"Selesai ini langsung tidur, episode selanjutnya lanjut besok." Pesan Derren pada Biya yang fokus ke tayangan drama di depannya. Tidak, sebenarnya Biya hanya berpura-pura fokus dan berusaha agar tidak terlihat gugup karna tindakan Derren sebelumnya.
"Aku pergi bentar." Ucap Derren menepuk pelan kepala Biya sebelum keluar apartemen.
***
Biya berdecak saat bel apartemen terus berbunyi. Saat melihat jam di dinding ternyata masih pukul 2.30 dini hari. Itu artinya ia baru tidur setengah jam karena maraton drama semalam. Nasihat Derren kemaren kalah dengan rasa penasaran Biya akan kelanjutan episode drama yang direkomendasikan Aida.
KAMU SEDANG MEMBACA
B [Completed]
General Fiction"Gue benci sama lo, gue benci!" "Ayo menikah!" Takdir memang tidak ada yang tahu. Suka sama siapa menikahnya sama siapa. Lucunya hidup ini. Tapi dibalik semua itu, rencana Allah memang yang terbaik.