"Kakak mana?" Tanya Bila saat Derren memasuki ruang makan sendiri.
"Baru bangun tidur."
"Lo nggak aneh-aneh kan?" Tanya Bayu curiga. Derren menghela napas.
"Kalau aneh-aneh yang lo maksud sama seperti apa yang gue pikirkan jawabannya engga. Subuh tadi muntah-muntah, jadi abis sholat tidur lagi."
"Abang tidur di kamar kakak? Bila pikir di kamar bang Bayu."
"Biya okay kan bang tapi?" Tanya Aya sebelum Derren sempat menjawab pertanyaan adik iparnya.
"Udah oke kok Nda,"
"Ayah, Derren izin bawa Biya tinggal di apartemen." Ucap Derren saat melihat Aldi nampak santai meminum kopi sambil menunggu Aya menyiapkan sarapan.
"Gue nggak setuju!" Jawab Bayu cepat.
"Tinggal berdua bang? Kenapa nggak disini aja atau di rumah Papa Mama kamu?" Tanya Aya yang nampaknya juga tidak setuju.
"Apartemen lo yang deket kampus itu?" Derren mengangguk sebagai jawaban.
"Nggak, lebih aman tetap disini. Kalau mau pindah ke rumah Papa Mama aja kayak yang Bunda bilang. Lagipula Biya nggak akan setuju."
"Kita udah bahas semalam Bay, Biya setuju kok. Gue akan usahain tempat tinggal yg lebih proper setelah finansial gue stabil. Cuma sementara."
"Tapi kan nggak harus pindah, nga-"
"Kan mau belajar mandiri adek." Ucap Biya dari ambang pintu dapur.
"Ayah ada rumah di dekat kampus, bisa kalian pakai rumah itu."
"Maaf ya Nda. Kayaknya lebih repot kalau tinggal di rumah gede padahal cuma berdua. Capek bersihinnya. Lagian kan Biya bisa kesini atau ke rumah Papa Tama kapan aja. Masih satu kota juga. Lebay banget deh kalian ini."
"Tapi kan kamu lagi hamil kak, kalau cuma berdua siapa yang a-"
"Kapan pindahan?" Tanya Aldi memotong Aya.
"Hari ini Biya beberes Yah. Nanti malam nginep di rumah Papa Tama dulu, baru besoknya pindahan." Jelas Biya duduk di samping kembarannya.
"Oke. Pastikan apartemennya udah bersih sebelum ditempati. Jangan lupa belanja kebutuhan dapur juga. Nanti biar Bunda bantu beberes barang kakak." Aya menatap tak setuju suaminya.
"Biy, lo serius?" Tanya Bayu khawatir.
"Hm, jangan lebay deh. Cuma 30 menit dari sini juga."
"Tapi lo lagi hamil. Ntar kalau Derren pergi, lo sendirian dong. Nggak takut lo?"
"Bunda juga khawatir kalau ada apa-apa waktu kamu sendiri Kak."
"Makanya Derren harus sadar udah punya istri yang harus dijaga. Jangan kelayapan nggak jelas mulu."
"I-iya Ayah. Derren jagain Biya kok."
***
"Biy, nggak perlu acting di depan keluarga kamu sendiri, apalagi Bayu. Dia tau kamu lebih dari siapapun. Aku pikir kamu terlalu keras dengan Bayu tadi." Ucap Derren saat memasuki kamar Biya.
Selepas sarapan tadi, Bayu dan Biya memang masih melanjutkan perdebatan. Bayu tetap tidak setuju dengan keputusan Biya dan Derren untuk pindah.
Biya menatap Derren yang ikut lesehan di dekat Biya yang melipat baju untuk dimasukkan koper.
"Sejauh yang aku tau, dalam pernikahan selain saling mendukung juga menjaga. Termasuk menjaga aib dan masalah yang terjadi. Aku bukan acting Der, cuma nggak mau mereka tau. Cukup kita berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
B [Completed]
General Fiction"Gue benci sama lo, gue benci!" "Ayo menikah!" Takdir memang tidak ada yang tahu. Suka sama siapa menikahnya sama siapa. Lucunya hidup ini. Tapi dibalik semua itu, rencana Allah memang yang terbaik.