B 4

5.1K 334 3
                                    

"Lalu kenapa umi?"

"Kalian mahram, tidak bisa menikah." Jawab Gina akhirnya.

"Maksud umi?" Tanya Gibran syok.

"Umi pernah cerita kan kalau dulu saat kamu bayi, ada teman umi yang butuh asi tambahan untuk anak kembarnya?" Gibran mencoba mengingat-ingat. Mata Gibran membola begitu ingat cerita uminya.

Gina mengangguk, "Biya saudara sepersusuan kamu Gib. Dia dan saudara kembarnya pernah umi susui. Kalian tidak bisa menikah, Umi minta maaf,"

Gibran tidak tau kenapa, tapi dadanya terasa sesak, matanya memanas. Dia, dia hanya tak tahu harus bagaimana sekarang.

"Umi minta maaf Gibran." Pelukan uminya membuat Gibran tak bisa menahan air mata. Malam itu keduanya sama-sama menangis dalam posisi berpelukan.

Sementara di lain tempat...

"Kakak, Ayah boleh masuk?" Tanya Aldi mengetuk pintu kamar Biya.

"Masuk aja Yah," itu bukan suara Biya, tapi kembarannya.

Saat membuka pintu pemandangan yang ia lihat membuat Aldi menghela napas.

"Kakakmu tidur?" Biya mengangguk.

"Semalam Biya nangis terus, baru bisa tidur selepas subuh tadi Ayah," jawab Bayu bangkit dari ranjang kembarannya. Semalam ini dia memang menemani Biya di kamar ini. Mereka kembar, ikatan batin keduanya sangat kuat. Bayu bisa ikut merasakan kesedihan Biya meski kembarannya tidak mengatakan apapun.

"Abang istirahatlah, biar Ayah yang jaga kakak,"

"Abang lebih tertarik mendengar penjelasan Ayah," ucap Bayu saat ada di hadapan Aldi. Aldi menghela napas sebelum mengangguk.

"Ayo ke taman belakang." Ucap Aldi menepuk bahu Bayu.

.
.

"Jadi?"

"Ayah gabisa apa-apa bang," Bayu bisa merasakan kefrustrasian Ayahnya.

"Memang ada apa Yah? Bukannya ayah awalnya setuju?" Aldi mengangguk.

"Gibran anak baik, ayah suka. Ayah sama sekali tidak keberatan awalnya. Apalagi ayah bisa merasakan kakakmu juga punya ketertarikan sama Gibran."

"Nah terus?"

"Mereka tidak bisa menikah bang, kalian saudara." Bayu menatap Ayahnya kaget bercampur tak percaya.

"Hah? Ayah ada main sama uminya Gibran?" Tanya Bayu tak percaya. Pasalnya Gibran pernah cerita kalau dia anak dari hubungan di luar pernikahan. Bahkan sampai sekarang Gibran tidak tau siapa ayahnya.

"Astaghfirullah pikiranmu bang," kata Aldi menyentil dahi Bayu.

"Hehe maap Ayah. Lha terus?"

"Kamu pernah diceritain Bunda kan kalau sewaktu bayi ASI Bundamu tidak lancar dan kamu gamau minum susu formula sampai harus dirawat karena kurang nutrisi?" Bayu mengangguk, ia masih tidak paham apa hubungannya.

"Ayah mencari ibu susuan saat itu, dan umi Gibran orangnya."

"Ja-jadi kita saudara sepersusuan?" Aldi mengangguk.

"Kalian mahram bang, kakakmu tidak bisa menikah dengan Gibran." Kata Aldi lesu.

"Ayah, lalu bagaimana?" Aldi menggeleng.

"Ayah tidak tau harus bagaimana. Kakakmu pasti kecewa. Ayah salah karena tidak berpikir jauh ke depan, ayah tidak pernah berpikir kalau saat dewasa kalian mungkin saja saling tertarik. Saat itu Ayah hanya bingung harus mencari ibu susuan dimana lagi."

B [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang