B 38

3.5K 317 6
                                    

"Biyy, kamu berdarah!" Panik Derren sambil mengguncangkan bahu Biya yang masih tertidur.

"Apasih?" Sewot Biya karna tidurnya terganggu, ia merasa baru bisa tertidur pulas beberapa saat yang lalu.

"Darah, kamu berdarah! Ada yang sakit? Ayo ke ru-"

Sebelum Derren menyelesaikan kekhawatirannya, Biya sudah terlebih dahulu berlari ke kamar mandi.

Derren semakin panik, apalagi melihat darah yang cukup banyak di sprei mereka. Akhirnya ia menyusul Biya ke kamar mandi.

Tok tok tok

"Biy, are you okay?" Tanya Derren khawatir.

"Ayo keluar, aku siapin mobil kita ke rumah sa-"

"Aku tembus Derren, bukan sakit." Sahut Biya dengan nada kesal.

Derren mengerjap. Ia lupa Biya sedang haid. Bukankan kemarin dia sendiri yang mengatakan 'tembus gapapa'.
Dirinya merasa bodoh dan salah tingkah.

"Aaa, aku kira."

Hening. Derren jadi bingung harus bagaimana.

"Biy, do you need something?" Tanya Derren akhirnya. Sementara di dalam kamar mandi Biya bingung, apakah ia harus meminta tolong Derren mengambilkan baju ganti atau kembali keluar dengan keadaan yang penuh darah. Okay, itu berlebihan.

"Oke aku bantu beresin sprei ki-"

"Jangan!" Sahut Biya cepat.

"Biar aku aja. Jangan sentuh sprei itu!" Lanjut Biya.

Derren berpikir, ah mungkin saja Biya malu. Sebenarnya ia juga malu sih, tapi ia ingin membantu Biya, rasanya tidak patut jika Biya kesulitan sendiri sementara ia hanya melihat.

"Oke oke, santai mbak. So, aku bisa bantu apa?"

Hening sejenak sebelum Biya menjawab.
"Tolong ambilin baju ganti, sama pembalut." Ucap Biya akhirnya.

"Okay wait!" Jawab Derren.

Walau ini pertama kalinya, tapi Derren sudah tau dimana letak barang-barang Biya, jadi ia pikir tidak akan sulit menemukan apa yang Biya butuhkan.

....

"Lanjut tidur dulu Biy, nyucinya besok aja." Kata Derren melihat Biya akan mengambil ember yang biasa digunakan untuk mencuci. Sebenarnya mereka punya mesin cuci. Tapi Biya sering mencuci dengan tangan terlebih dahulu untuk pakaian yang benoda sebelum menggunakan mesin cuci.

"Kamu tidur duluan aja, spreinya udah diganti."

"Nggak mau, ayo tidur bareng." Keduanya mengerjap. Derren juga terkejut dengan pilihan kata yang ambigu barusan. Tapi bodoamatlah.

"Ayo tidur aja, nyucinya besok."

"Gabisa Der, nanti nodanya susah hilang kalau nggak langsung dicuci."

"Yaudah gausah dipake lagi. Beli baru. Ayo tidur." Kali ini Derren mendekati Biya yang bersandar pintu kamar mandi, menunggu air di ember terisi.

"Kamu tidur duluan aja, aku nyusul habis ini. Nggak lama kok."

"Gamau, mau tidur sambil peluk." Biya memberikan tatapan malas.

"Yaudah buruan, aku tunggu." Ucap Derren mengalah karena tau Biya tidak akan menuruti permintaannya.

Biya melanjutkan acara mencucinya, mengabaikan Derren yang menunjukkan ekspresi merajuk.

***

Beberapa bulan kemudian...

B [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang