Sebenarnya.

6 0 0
                                    

Setelah kejadian mengenaskan beberapa hari yang lalu kini semua orang harus kembali di tampar dengan kenyataan pahit jika saja gadis itu koma.

Pendarahan fatal pada kepala miliknya membuat bahkan dokter tidak mampu menebak kapan dia akan bangun. Raka tidak ada bedanya raga nya mungkin ada di tempat itu tapi jiwanya sama sekali tidak,jiwanya berkelana entah kemana.

Raka menatap sekeliling melihat orang-orang yang berlalu lalang di depannya,entah semua orang punya kesakitan tersendiri atau hanya dia.

Hari ini tepat lima hari setelah kejadian dan sudah hari ke lima pula gadis itu damai dalam tidurnya,dan Raka yang sesak bersama penantiannya nya.

Seorang dokter dengan jas tampak berbeda kini dia memakai jas berwarna hitam mungkin sehabis dari luar rumah sakit,Raka bangkit menyambut kedatangan sang dokter, senyum halus sang dokter ikut menyambut Raka.

Sang dokter duduk tepat di hadapan Raka matanya menatap ke dalam ruangan yang menampilkan tubuh seseorang dengan bantuan medis dimana-mana.

Raka mulai gelisah ada banyak pertanyaan besar di dalam kepalanya,tapi yang paling menyiksanya kenapa dokter gadis itu berganti dan kemana dokter yang selalu setia menunggu gadis itu beberapa hari yang lalu.

"Saya dokter Frans" Katanya seolah paham dengan rasa penasaran Raka.

"AH... Raka" Balas pemuda itu sedikit canggung.

"Saya menggantikan dokter Ferdi dari sekarang"

"Kenapa?" Pikiran pemuda itu kembali mengangkasa,kenapa harus di ganti,apa dokter Ferdi membuat kesalahan atau bagaimana.

"Dia sudah tidak mampu,dia tidak percaya diri bisa menyembuhkan Aruna" Jawaban dari Dokter Frans sangat mengagetkan Raka.

"Menyembuhkan? Tunggu... Saya tidak paham"Kata Raka.

"Dia salah satu pasien rawat jalan yang mengidap penyakit kepribadian ambang"

Penjelasan sang dokter membuat Raka layaknya dijatuhi beribu-ribu batu,dunianya benar-benar hancur sekarang.

"Memang sulit untuk sembuh tapi bukan berarti tidak bisa sembuh kita hanya butuh waktu sedikit lama"Jelas sang dokter berusaha menarik Raka kembali ke dunia.

"Orang tua Aruna tahu?" Tanya Raka dengan hati-hati.

"Mereka tahu,pasien sudah menunjukkan perubahan sekitar satu tahun yang lalu tapi tiga bulan terakhir pasien kembali berulah,aksi bunuh diri berulang, temperamen yang buruk,kami masih berusaha mencari akar dari traumanya"

"Dia kadang kambuh,sulit mengontrol amarahnya sampai melukai banyak orang dan dirinya sendiri,kami sudah beberapa kali bertemu saat dia menjadwal pertemuan untuk kontrol,tapi sekitar satu Minggu sebelum kejadian dia yang mengonsumsi obat tidur dia sama sekali tidak pernah mengunjungi rumah sakit"

"Apa sangat berbahaya?" Kata Raka.

Dokter itu menagngguk "Tapi yang dia butuhkan bukan seseorang yang tidak percaya diri bisa membantunya sembuh,dia hanya butuh orang-orang hebat untuk mendorongnya sembuh"Jelas sang dokter lalu bangkit.

"Orang-orang tidak percaya diri salah satunya kamu,seberbahaya apapun dia,dia tetap manusia dan dia akan sembuh" Penutup pembicaraan yang berhasil menampar Raka tanpa menyentuh tubuhnya, Frans berlalu dari hadapan Raka.

Raka tersenyum miris,pengecut sepertinya memang tidak berdaya di dunia,ingatan masa lalu kini berhasil membuat dirinya kembali terombang ambing.

Raka mendekat ke pintu ruangan disana terdapat kaca transparan yang membuatnya bisa sedikit leluasa menyaksikan wajah gadis itu.

"Kamu memang mau menyiksa semua orang" Kata Raka lalu mundur dengan teratur lalu berbalik dan pergi dari sana.

_____________________________

14 Agustus

Raka kembali menyusuri lorong rumah sakit,setelah beberapa Minggu tidak berkunjung dia memutuskan untuk kembali ke tempat ini.

Tubuhnya membawa dirinya berjalan lurus memasuki lift dan naik ke lantai 4 tempat dimana sang kekasih yang sudah sangat lama tertidur itu berada.

Raka menaikkan sebelah alisnya melihat semua orang ada disana,orang tua gadis itu dan juga para sahabatnya,Raka mendekat semakin langkah itu membawanya dekat semakin perasaan dalam dirinya berbisik jika saja ada yang tidak beres.

"Kenapa Ma?" Raka bertanya saat wanita itu yang tak lain adalah Mama Aruna tiba-tiba memeluknya.

Dia menggeleng hebat dalam pelukan Raka membuat laki-laki itu semakin dibuat bingung. Feni perempuan dengan paras cantik itu kini sudah luruh ke lantai rumah sakit seolah kedua kakinya tidak mampu menopang tubuhnya.

"Dia harus pergi" Kata seoarang dokter yang berhasil membuat emosi Raka tersulut.

"MAKSUD LO APA HAH?"Raka maju melihat ke dalam ruangan dan tidak ada siapa-siapa disana.

"ini keputusan dia,kita tidak bisa mengobatinya dalam situasi yang tidak dia inginkan"Jelas sang dokter.

"Keputusan dia?oh shit dia bahkan nggak bangun buat ngomong keputusan dia ke elo"kata Raka sambil menunjuk tepat didepan wajah sang dokter.

"Dia akan berangkat kemana dan kapan dia akan kembali saya tidak akan memberitahu,kalian bisa menunggu" Kata sang dokter lalu berlalu seolah tidak memperdulikan perasaan mereka semua.

Sebelum benar-benar melewati tubuh Raka sang dokter memberikan Raka sebuah buku dengan sampul bertulis MATAHARI UNTUK RAKA.

Raka membisu seluruh tubuhnya seolah menolak untuk mengejar sang dokter,kemana gadisnya meninggalkannya usahanya untuk merayu semesta ternyata tidak cukup untuk membuat gadisnya tinggal untuknya.

Dia pergi entah kemana dan entah kapan akan kembali menyapa entah alasan besar seperti apa yang membawanya pergi tanpa pamit.

Raka dengan pelan meninggal rumah sakit sedikit menghembuskan nafas berat dengan air mata yang berderai di kuda matanya.

"Dimana pun kamu sejauh apapun itu tunggu!aku pasti akan menemukanmu"Batin Raka!

Bukankah sedari awal memang Raka yang menemukan gadis itu maka tidak ada bedanya dengan saat ini,dia akan menyusul entah kemana walaupun harus mengunjungi semua negeri.

-----------------

Note: sampai jumpa di perjalanan Aruna Rahma!

🦋

Matahari untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang