Pengganggu yang sebenarnya(2)

1 0 0
                                    


!!!

Pipi gadis itu rasanya sudah sangat panas, tamparan itu tidak bisa di katakan santai.

"Gue yang buat lo tunduk"

Belum sedetik gadis itu menyelesaikan kalimatnya Rahma sudah lebih dulu bangkit menarik keras rambut gadis itu membuat kepalanya ikut mendongak.

Gadis itu membawa cewek ular itu melemparnya ke arah dinding tepat di sebelah seorang Raka Angkara.

"Nggak ada satupun orang yang berani mukul gue"Gadis itu berucap dengan nada penuh penekanan, dia berusaha mengabaikan kepalanya yang kembali pusing.

"Gue bangga karena gue yang pertama"Gadis itu masih bisa menjawab dengan santai.

"Gue Rahma,anak ips 4,Mama gue punya toko kue di depan penempatan,kalau lo kenapa-kenapa setelah ini lo bisa nyuruh orang datang buat minta ganti rugi"

Bugghh.....

Rahma menyelesaikan kalimatnya dengan baik, sebelum melayangkan satu bogem ke wajah gadis itu, darah segar mengalir dari bibir indah cewek ular itu,Rahma rasanya kurang puasa dia dengan santai mengambil air milik Raka dan menyiramkan air itu pada wajah kesakitan milik Sindi.

"NGGAK ADA YANG BISA BUAT GUE TUNDUK,TERUTAMA ELO BITCH"Rahma mengamuk,Haeria maju menarik seragam gadis itu agar menjauh,dua orang teman Karin membantu Sindi untuk bangkit.

"LO MAU BUAT DIA MATI HAH?"haeria berteriak keras di hadapan gadis itu.

Rahma merunduk banyangan yang selama ini berusaha dia lupakan kembali memenuhi otaknya,dia tidak lemah semua orang harus tahu itu terutama dia yang sekarang entah ada dimana.

Seorang guru memasuki kantin dengan wajah memerah melihat keributan itu.

"KALIAN SEMUA, KE BK SEKARANG"Guru itu berteriak,lalu pergi.

Lina berjalan lebih dulu disusul yang lainnya, sebelum benar-benar meninggalkan kantin Rahma dengan cepat melempar sebuah botol air minum ke arah Sindi yang berhasil dihindari cewek itu, semua orang kaget luar biasa.

"See you next time Bitch"Ujarnya,lalu benar-benar meninggalkan kantin.

Haeria melempar tatapan penuh kasihan kepada Karin dan Sindi,saat ini seragam dan rambut Karin sudah dihiasi aksen warna kuning dan Sindi darah di sudut bibirnya sungguh menggoda.

-----

12:30

Rahma menatap jam besar yang yang ada di dinding ruangan BK, sedari tadi mereka dipaksa untuk saling meminta maaf, Karin jelas menolak,dan tidak jauh berbeda dengan Lina gadis itu bahkan dengan berani berdecih sinis saat guru itu menyurunya meminta maaf lebih dulu.

Perlu di tekankan mereka tidak salah, Jam satu pas mereka semua baru dibiarkan meninggalkan ruangan itu dengan syarat tim Karin membersihkan toilet sekolah dan Tim Lina lagi-lagi berakhir dijemur dilapangan.

Situasi di jam 1 siang benar-benar bukan main,panas membakar,Rahma mendengus sinis bisa dipastikan tanpa perlu meleset jika besok hingga dua hari kedepan dia tidak akan duduk di dalam kelas seperti biasanya.

Kepala gadis itu berputar hebat, pandangannya mengabur,dia duduk dengan cepat tapi kembali bangkit saat seorang guru yang sedari tadi mengawasi mereka berteriak menegur gadis itu.

"Hebat! Sehari sampe dijemur dua kali"Saga berjalan mendekati ke enam orang itu diikuti teman-temannya yang lain.

"Hebat pala lo"Rifka mencibir.

"Enak?"Vano bertanya, Haeria meringis.

"Lumayan No"Jawab gadis itu sambil cengengesan.

"Stop kayak gini"Vano mulai naik pitam.

Matahari untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang