Kita

2 0 0
                                    


Jam sudah menunjukkan pukul enam dan gadis itu masih juga tertidur,Dokter sudah memeriksanya dan ternyata kacapekan.

Raka masih setia berada disana duduk di sofa sambil memainkan ponsel miliknya,dia mengangkat pandangannya, meletakkan ponsel miliknya di sofa saat melihat gadis tidur itu sudah mulai menggeliat.

"Udah bangun?"Raka mendekat,gadis itu sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresi kaget yang menghiasi wajahnya.

"Ngapain?"Ujar gadis itu dengan suara serak.

"Jagain kamu"Raka mendudukan dirinya tepat dihadapan gadis itu lalu membawa punggung tangannya memeriksa suhu tubuh gadis itu.

"Masih panas"Gumamnya.

Gadis itu bergerak hendak turun dari tempat tidur.

"Mau apa?"Raka bertanya sambil memengang pundak kanan Rahma.

"Pipis"Cicitnya,dia sudah tidak bisa menahan.

Raka dengan sigap mengangkan tubuh gadis itu,membawanya ke arah kamar mandi dia masuk menurunkan gadis itu lalu keluar tanpa kata.

Rahma tidak hanya buang air kecil tapi juga mencuci wajahnya, dia memandangi pakaiannya kaos abu-abu yang ia kenakan pagi tadi dan rok sekolah yang masih melekat padanya.

Gadis itu menyembulkan kepalanya,Raka mendekat "Kenapa?"Dia bertanya heran.

"Ambilin kaos"Katanya singkat.

Raka melangkah menuju lemari gadis itu membukanya,ada banyak hoodie didalam sana Raka mengambil piyama tidur berwarna abu-abu lalu berbalik memberikannya pada gadis itu.

Gadis itu tidak melayangkan protes saat Raka malah mengambil piyama saat dirinya meminta kaos,dia hanya menurut malas berdebat.

Dia keluar berjalan dengan pelan,Raka terus saja menatap ke arahnya,entahlah Raka hanya berfikir jika gadis itu sedikit takut padanya sekarang.

"Ada Mama, kamu bisa teriak kalau aku macem-macem"Katanya,seolah mengerti ketakutan gadis yang saat ini sudah menutup setengah tubuhnya dengan selimut.

"Lo bisa pulang sekarang"Kata gadis itu sambil tersenyum singkat "Makasih"Lanjutnya.

"Nanti"Raka masih betah ada disana.

"Lo nggak malu?"Rahma bertanya yang sukses membuat Raka menatap lekat ke arahnya.

"Malu?"Raka masih tidak mengerti maksud ucapan gadis itu.

"Tunangan lo bar-bar gini"Katanya sambil bangkit dari tidurnya dan membuang pandangannya menatap ke arah lain.

Raka yang sadar jika ini sudah sangat serius memilih memutar duduknya yang tadinya menyamping kini menatap gadis itu dengan baik.

"Kenapa harus malu?"Raka malah kembali bertanya.

"Gue nggak baik Ka"

"Sama,aku juga nggak sebaik itu"

Hening beberapa saat Rahma menatap Raka yang saat ini juga ikut menatapnya,ada pertanyaan besar yang gadis itu ingin tanyakan,pertanyaan yang sudah memenuhi otaknya.

"Kalian masih pacaran?"Rahma memberanikan diri untuk bertanya.

"Siapa?"

"Sindi dan elo"

"Siapa yang ngomong?"

"Dia"

"Enggak dia cuman ngaku-ngaku, kita udah putus"Raka menjelaskan dengan tenang.

"Hemm"

"Kamu jadian sama Galen?"Kali ini Raka yang melempar pertanyaan itu.

"Akrab aja nggak"Balasnya sambil tersenyum sinis, merasa telah dibodohi perasaanya sendiri.

Matahari untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang