Ada apa

2 0 0
                                    

Setelah kembali dari kantin rombongan itu terpecah ada yang memilih ke lapangan sekolah ke perpustakaan dan ada yang kembali ke kelas Rahma salah satunya diikuti lima orang lainnya.

Rahma memelankan langkahnya yang tadinya dia yang memimpin jalan kini sudah berjalan di barisan paling belakang,bukan tanpa alasan dia melakukan itu matanya jelas melihat jika Vano dan yang lainnya sedang ada di ujung tangga mungkin menunggu Haeria,dan sialnya karena Vano malah berteman dengan Raka.

Mereka terus berjalan seolah empat orang yang saat ini ada ditangga hanya pajangan yang tak perlu di hiraukan.

Raka menatap lekat gadis itu,ada banyak pertanyaan di otaknya salah satunya kemana cincin gadis itu.

Malas berlama-lama bersama pikirannya Raka mendekat,menahan pergelangan tangan gadis itu, Rahma tersentak kaget sebenarnya bukan hanya dia tapi semua orang yang ada disana.

Siapa yang tidak akan kaget seorang Raka Angkara baru saja menahan langkah Rahma yang baru saja dikenalnya pagi tadi.

Semua orang menatap was-was saat gadis itu malah memberikan respon diluar dugaan sama sekali tidak bisa dibenarkan,bagaimana mungkin dia begitu dingin dan dengan kasar menepis tangan cowok itu.

"Cincin lo mana?"Raka akhirnya melontarkan pertanyaan yang sudah sejak pagi memenuhi otaknya.

Rahma menengang apa yang akan dia katakan pada teman-temannya nanti,"Gue buang"Katanya singkat.

Raka menengang,apa harus dibuang gadis itu benar-benar tidak menghargai.

Rahma berlalu tepat di saat ingin memasuki kelas tali sepatu gadis itu terlepas mau tidak mau gadis itu merunduk memasang tali sepatu miliknya.

Raka melihat semua pergerakan itu dan matanya jelas melihat sebuah kalung yang menjuntai dari leher gadis itu sebelum dia dengan cepat bangkit lalu kembali memasukkan kalung itu kedalam kaos miliknya, berusaha menyembunyiakan. Kalung dengan liotin sebuah cincin.

"Oh dikalungin, kenapa nggak ngomong sih"Raka membatin.

"Cincin apa Ka?"Saga bertanya,penasaran.

"Kepo lo"Balasnya seolah mereka memang sudah lama saling mengenal.

"Lo udah kenal dia?"Ujar Arga tak mau kalah.

"Tadi pagi"Katanya singkat.

Vano yang merasa jika keduanya terlalu ingin tahu memilih melangkah menjauh yang mau tidak mau diikuti ketiganya.

Sepeninggalan cowok itu lima orang yang masih ada disana memutar otak mereka,cincin apa yang di maksud cowok itu, dan kenapa mereka terlihat sudah lama saling mengenal.

Feni lebih dulu tersadar memilih masuk kedalam kelas,niatnya dia ingin bertanya pada Rahma walaupun dia sudah bisa memastikan jika gadis itu tidak akan mengaku tapi apa salahnya mencoba.

"Ra,tadi yang dibilang Raka maksudnya apa sih?"Dia langsung bertanya,tanpa duduk terlebih dahulu.

"Enggak sekarang"Balas gadis itu cuek.

Feni mengangguk mengerti,tidak sekarang, berarti Rahma belum siap bercerita,dan itu hak nya.

Diam-diam lekukan bulan sabit muncul di bibir gadis itu saat melihat sahabatnya seolah sangat memberinya ruang dan tidak bertanya terlalu jauh,gadis itu belum siap bercerita bukan berarti tidak akan bercerita.

Dia tidak ingin semua orang menjadi heboh apalagi ini hari pertama seorang Raka ada disekolah.

Saat ini yang harus dia lakukan yaitu berfikir bagaimana dia bisa mencari titik lemah seorang Raka Angkara dan mengadu pada orang tuannya,setelah itu semua akan selesai tidak ada lagi cincin dan tidak ada lagi Raka.

Matahari untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang