Wait.

4 0 0
                                    


Setelah seminggu dirawat gadis itu masih saja enggan menemui seseorang bahkan mamanya sekalipun,dan dokter masih terus melarang dirinya untuk pulang.

Raka semakin dibuat frustasi bukan karena gadisnya tidak ingin bertemu dengannya tapi karena dia yang bahkan dilarang mendekat ke ruangan gadis itu.

Entah apa tujuan sang dokter tapi Raka tahu betul jika itu adalah keinginan si pasien.

Raka kembali datang hari ini,dia bahkan datang setiap hari,tercatat saat hari dimana gadis itu ditemukan Raka bahkan belum pernah muncul ke sekolah,tujuannya bangun di pagi hari hanya untuk datang ke rumah sakit dan berusaha menemui gadis itu.

Raka menatap sinis ke arah seorang dokter yang ternyata setelah di usut oleh rasa penasaran Raka dokter posesif itu adalah sepupu Rahma,kini bukan lagi pertanyaan besar kenapa sang dokter sampai rela mengawasi langsung ruangan gadisnya.

"Kasi saya kesempatan sekali aja" Ucap Raka memohon saat sang dokter menatap ke arahnya.

"Kamu lagi" Balasnya sambil menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Kamu ngga sekolah?"Tanya sang dokter.

"Nggak masuk"Jawab Raka enteng,dia dengan pelan berjalan ke arah pintu berniat usil.

"Kamu ngapain?"Tanya sang dokter dengan alis yang terangkat satu.

"Dokter liatnya saya ngapain? Please biarin saya masuk,bentar kok,janji"Raka masih berusaha memohon.

"Tidak" Final sang dokter yang terlihat tidak bisa dibantah.

Raka meninggalkan tempat itu berjalan dengan cepat merasa sudah sangat lelah,dia bahkan datang setiap hari tapi dokter sialan itu sama sekali tidak memberinya ruang.

Dia berjalan ke taman rumah sakit,melepas jaket kulit miliknya menyisahkan kaos hitam polos,dia mengeluarkan rokok dari saku celana miliknya. Dia bahkan menghiraukan peraturan NO SMOKING yang tertulis dengan besar di dinding rumah sakit.

Melihat Raka yang begitu menikmati rokok miliknya seseorang yang melihat pemandangan itu dari atas menyeringai sinis,dia membawa dirinya serta infus miliknya memasuki lift.

"Asap" Ucap seseorang dari belakang membuat Raka tersentak kaget.

Seseorang dengan baju pasien kebesaran dan tongkat infus yang dia pegang di tangan kanannya.

"Hei" kata Raka lalu mendekat memeluk gadis itu dengan erat.

Dia bahkan sangat bahagia sekarang,melihat seseorang yang dia perjuangkan agar bertemu kini sudah ada tepat dalam dekapannya dia bahkan datang menemui dirinya.

"Rindu" Lirih Raka.

"Bau" Balas gadis itu.

"Maaf tadi ngerokok"Kata Raka masih diposisi yang sama memeluk gadis itu.

"Lepas"

Raka mengurai pelukannya dia mengusap pelan rambut gadis itu "Kenapa rambutnya nggak di kuncir? Kamu nggak gerah?" Kata Raka.

"Gerah"Balasnya lalu dengan entang menjatuhkan kepalanya tepat di pundak laki-laki itu.

Raka tersenyum,bahkan sangat lebar "Aku bantu ikatin"Kata Raka

Rahma memundurkan langkahnya merongoh kantong baju miliknya mengeluarkan karet rambut berwarna hitam dari sana.

Dia memberikan itu pada Raka "Jangan kencang,pusing"Katanya lalu membalik tubuhnya memunggungi Raka.

Raka mengikat dengan pelan berusaha membuat gadis itu nyaman. "Kamu nggak takut sama aku?" Ucap gadis itu tiba-tiba

Bukannya menjawab Raka malah melebarkan senyumnya dia buat sangat bahagia dengan kata aku kamu yang digunakan gadis itu.

"Kenapa harus takut?" Balas Raka setelah menyelesaikan kegiatannya,dia membalik tubuh gadis itu lalu merapikan anak rambut di pelipis gadisnya.

"Aku gila,nggak waras aku bahkan hampir mati cuman gara-gara mama lebih milih Cio,dibanding aku" Ucap gadis itu dengan tawa renyah yang membuat Raka sedikit takut.

"Aku ada buat kamu,dan kamu nggak gila kamu cuman lagi capek aja"Kita Raka berusaha menenangkan.

" Ngantuk" Balas gadis itu.

"Kamu ngga mau pulang ke rumah? Mama Lia nunggu,dia sakit"Kata Raka dia menatap persis ke iris mata gadis itu.

"Ada Abang,kenapa aku?" Balasnya dengan nada sinis. Ternyata benar emosinya masih belum stabil ini menjadi alasan besar kenapa dokter melarang semua orang untuk berkomunikasi dengannya.

"Kamu nggak rindu sekolah?" Kata Raka lagi,masih berusaha membujuk gadis itu agar ingin segera meninggalkan tempat itu.

"Engga" Balasnya dengan tenang.

Dia berbalik meninggalkan Raka berjalan ke arah ruangan miliknya,dia bahkan sudah tidak peduli dengan keadaan semua orang,entah itu seseorang yang melahirkannya sekalipun.

Dia bahkan tidak pernah merasa ada saat seharusnya dia ada disana,posisi yang seharusnya menjadi tempatnya bahkan tergeser oleh orang asing yang katanya tidak tahu apa-apa.

Persetan dengan semua itu,kini ia hanya ingin hidup sendiri diatas keputusan dirinya dan tanpa seseorang tanpa Mama,ayah sahabat bahkan Raka.

"Abang bahkan bisa tanpa semua itu,kenapa Aruna ngga?" Lirih gadis itu.

______________________________

Raka berjalan menuju ke parkiran rumah sakit,memilih untuk pulang dan beristirahat sejenak,entah kenapa melihat gadis itu yang enggan pulang dan sepertinya sangat nyaman berada di rumah sakit membuatnya berfikir ada hal lain yang mencurigakan,dan di sembunyikan semua orang darinya.

Dia memasuki mobil miliknya,bertepatan dengan tubuh seseorang yang kini terhempas jatuh dari atap rumah sakit.

Semua orang berkerumun,entah apa yang mereka saksikan tapi rasa penasaran Raka benar-benar mengganggunya.

Dia membelah kerumunan,matanya tidak mungkin salah menangkap seseorang yang kini terbujur kaku dengan darah yang membanjiri kepala miliknya,adalah seseorang yang beberapa menit yang lalu bersamanya.

Raka mendekat dengan kaku dia mengangkat kepala gadis itu mencoba menyadarkan.

"Hei,bangun"Lirihnya.

Tidak ada jawaban kecuali suara seseorang yang berteriak memanggil perawat agar segera datang dan darah yang tidak berhenti mengalir dari kepala miliknya.

"Engga...enggak kamu nggak bisa ninggalin aku"Kata Raka dia selayaknya orang yang kehilangan akal sekarang.

"Aku tahu kamu capek,tapi aku masih butuh kamu. Kamu ngga bisa pergi seenaknya kayak gini"Raka masih asik bermonolog,dengan air mata yang entah kapan mulai membanjiri kedua matanya.

"Kamu bahkan ngga tahu gimana sayangnya aku sama kamu,apa aku sama sekali nggak bisa jadi alasan buat kamu tinggal sampai kamu milih buat pergi lebih cepat"

"Bawa aku juga"Kata Raka lalu mendekap tubuh gadis itu.

Seorang dokter datang bersama beberapa perawat Raka dengan cepat mengangkat tubuh gadis itu naik ke brangkar yang di dorong beberapa orang.

Unit gawat darurat hari itu terlihat sangat suram Raka masih setia menunggu,kini bukan hanya dirinya yang ada disana tapi juga mama serta ayah gadis itu.

Raka mengusap wajahnya dengan kasar apa ini salahnya,ini jelas salahnya dia mengungkit tentang sekolah dan keluarga gadis itu tepat didepan wajahnya.

"Aku tahu  kamu mencintainya,maka ku mohon biarkan dia tinggal lebih lama disini sebeb aku juga sangat mencintainya"Batin Raka berusaha menjelaskan kepada sang pencipta agar mengasihani dirinya dan membawa gadis itu kembali padanya.

"Bahkan kamu biarin aku hancur dalam dekapan bumi saat kamu bahkan damai dalam dekapan sang pencipta,apapun alasannya aku atau siapapun itu,kumohon kembali"Raka menyeka air mata yang lagi-lagi jatuh dari kedua matanya.

_______________

And:)🤍

Bersama damai,Aruna Rahma
Dan.... Bersama luka Raka Angkara.

Matahari untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang