Menepis rasa

0 0 0
                                    

"Kamu bisa saja mengelak tapi tatapanmu tidak! Ada yang lain selain gadis kaku ini!"

-Aruna Rahma

Setelah kejadian sore itu entah Rahma yang berlebihan atau ini memang benar Raka menjaga jarak dengannya.

Jika cowok itu berfikir bahwa gadis itu akan berbalik mengejar atau setidaknya bertanya kenapa dia menjauh maka cowok itu baru saja salah mengambil langkah,jelas tindakannya itu memberikan Rahma ruang yang sangat luas.

Gadis itu tentu menikmati acara memberi jarak yang dilakukan Raka, entah apa yang maksud cowok itu Rahma tidak peduli,mungkin dia malu karena kepergok beberapa hari yang lalu atau dia merasa jika gadis itu marah dan butuh waktu tapi ayolah bukankah gadis itu menolak kehadiran dirinya kenapa harus marah,itu malah membahagiakan.

Hari ini Bazar Smansa kembali di adakan semacam mata pelajaran kewirausahaan yang diikuti anak kelas X para kakak kelas hanya ditugaskan membeli jajanan yang mereka sediakan agar modal kembali dan Bazar seperti ini bisa di adakan ditahun berikutnya.

Rahma bersama beberapa temannya kini berada diparkiran sekolah terlalu malas bergabung dengan banyak orang untuk membeli jajanan yang dijual berjejer didepan kelas.

"Kalian nggak ada niatan buat beli?"Haeria bertanya,sedari tadi memang dia yang tampak sangat penasaran terutama saat semua orang kembali ke kelas dengan makanan yang terlihat enak.

"Mahal Her"Kahfi menyadarkan gadis itu.

"Mahal buat kantong lo"Balas gadis itu.

"Tahu aja"Kekehnya.

"Keluar aja lah, nyari makan diluar mayan murah meriah"Usul Rafli yang juga ada disana.

"Ayok"Haeria bersemangat,sedangkan lainnya hanya mengangguk menyetujui.

"Panggil Cintia dulu"Rifka mengingatkan.

"Gue aja"Veri segera berlari manaiki tangga,menjemput gadis itu.

Cintia baru saja sakit hati setelah pangeran berkuda putih tenyata masih mencintai gadis yang lain dan memilih bersama gadis itu.

Mereka serentak mendongak ke arah tangga,kemudian kembali serentak menggeleng saat melihat Veri yang datang dengan seorang gadis dengan wajah yang ditekuk,Veri membawa gadis itu layaknya membawa anak kucing.

Karena gerbang sekolah ditutup mereka akhirnya lewat samping jalan ilegal ini adalah saran dari seorang Veri Gustian,cowok satu itu memang terlalu sering lewat dijalan ilegal itu karena dekat dengan rumah dan sebagai sarana paling baik saat terlambat.

Mereka tiba diluar sekolah dengan selamat tapi tidak ada yang tahu jika masuk nanti keselamatan mereka dipertanyakan.

Sepeninggalan mereka dua orang yang sedang berada di rooftop menatap dengan kepala menggeleng salah satu dari mereka bahkan sudah menyiapkan rencana untuk mengadu pada orang tua salah satu dari delapan orang yang baru saja keluar dari pekarangan sekolah.

Rahma duduk bersama Cintia disebuah warung sederhana yang tidak terlalu jauh dari sekolah, sedangkan yang lainnya memesan makanan,dua gadis itu lebih memilih duduk dari pada ikut memesan karena sejatinya makanan yang mereka pesan selalu sama hanya saja ada yang spesial saat kita memesan sendiri.

Matahari untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang