بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Menikah bukan menyatukan dua manusia tapi menyatukan dua keluarga, dua kepala jadi satu. Jika kepercayaan saja tak ada, lalu rumah tangga seperti apa yang dibangun?
🕊🕊🕊
"Berdasarkan kesepakatan pemohon dari pihak suami kepada termohon pihak istri, maka pengadilan agama memutuskan bahwa, mulai hari ini kalian resmi bercerai!"
Tok! Tok! Tok!
Tiga kali ketukan palu itu diiringi dengan tetesan air mata pula. Inilah akhir kisahnya, inilah akhir ceritanya yang berlabuh di meja hijau. Miris sekali bukan? Kesalahpahaman yang berujung begitu tak adilnya.
Begitulah hukum di dunia ini, selalu pihak wanita yang disalahkan. Padahal dirinya dan Habib tak melakukan apapun, namun karena dirimya wanita. Maka tuduhan itu akan terus menerornya.
"Kamu kuat, aku akan terus berada di belakangmu." Fika mengangguk sebagai persetujuan, walau hatinya begitu hancur sekarang. Setidakmya ia masih memiliki pegangan selain Allah.
"Kamu pernah mengatakan bahwa jika suatu saat aku membutuhkanmu. Kamu akan datang menolongku, apakah kesempatan itu masih ada? Apakah tiket itu masih berlaku?" Lelaki itu mengangguk.
"Tentu saja, selalu ada kesempatan untukmu. Kita adalah teman bukan? Salin membantu." Fika hanya tersenyum tipis, iya ia masih memilki kesempatan.
"Terima kasih." Lelaki itu sekali lagi mengangguk, ia begitu menyanyangi wanita yang tengah patah hati ini.
Tak jauh berbeda dengan keadaan sang wanita, laki-laki yang berstatus sebagai dokter itu hanya bisa mengusap wajahnya kasar. Hari ini adalah penentuan akan nasib rumah tangganya, ia tak mau menghadiri sidang itu. Ia tak akan sanggup untuk menatap mata itu yang tentu saja akan merobohkan segala pertahanannya.
"Dok, pasien kamar Edelweis mengalami kejang!" Suara perawat yang memanggil membuatnya mau tak mau mendonggakan kepala, masih dengan mata yang memerah ia wajib melaksanakan kewajibannya sebagai perantara Allah untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Dokter memang bukan Tuhan, namun di tangan itulah ada restu sang pencipta.
Masih dengan tangan gemetar dan kepala yang dipenuhi dengan berbagai macam spekulasi ia berusaha untuk fokus memeriksa kondisi pasiennya. Namun, nahas sepertinya takdirnya hari ini seakan ingin mengacaukan segala harinya.
Titttt!
Lengkingan panjang itu membuat semua yang ada dalam kamar rawat itu terdiam. Ah, ini akhir kisah seseorang lagi. Sepertinya banyak takdir yang harus berakhir hari ini juga, seakan mengatakan bahwa mulai hari ini tak akan ada yang baik dalam dirinya. Tentu saja, ia baru saja melakukan sesuatu yang halal namun sangat dibenci Allah.
"Innalillahi wa innailaihi rajiun," ucapnya pelan. Kini, air matanya ikut luruh mengiringi kepergian seseorang untuk bertemu Rabbnya.
Tolong katakan pada-Nya, aku telah berusaha.
Bisiknya dalam hati, menyampaikan pada sang khalik bahwa manusia biasa ini kini tengah jatuh dan patah. Tubuhnya memang masih berada disini namun ruhnya seakan ikut bersama orang yang kini tersenyum di balik wajah pasinya. Mengapa? Wajah itu begitu damai seakan segala bebannya telah terangkat sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solawat Cinta ✔
SpiritualHIJRAH SERIES | Sequel of Nikah Muda | AWAS BAPER | Romance-spiritual| 🕊🕊🕊 Ketika Solawat Cinta atas nabi mampu membuat sesuatu bergetar dan menuntun untuk kembali setelah mengembara jauh. Ketika Solawat Cinta berkumand...