🕊06. Solawat sang Dokter

6.2K 432 17
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

⚠️ Ambil baiknya, buang buruknya⚠️

⚠️ Jangan menjudge cerita sebelum membaca seluruhnya⚠️

📖 Selamat membaca 📖

Allah yang menguasai hati dan hanya Allah-lah yang mampu menggerakkan hati.

~Solawat Cinta~
@Bluerfy

🕊🕊🕊

"Eh Fik, gimana tadi?" Tanya seseorang yang melihat Fika duduk sendiri di kantin rumah sakit.

"Jangan tanya sama gue, sumpah ya tuh si gendut nggak tanggung-tanggung ngehukum gue." Cerocosnya kesal karena dokter Desi benar-benar membuatnya kesal bukan kepalang.

"Ya salah lo juga sih datang telat, udah tau dapet shift pagi eh malah nyantain di kasur malah masih bocan lagi." Sindirnya.

"Bacot Kev, bisa diem nggak sih." Ya yang mengajak Fika berbicara adalah Kevi. Si kampret dengan segala keusilanya.

"Udah ah, gue mau balik shift gue udah abis. Siap-siap aja lo sama dokter Rafa. Ngeri banget coy, gue kirain dokter Rafa itu baik ternyata eh ternyata lebih ganas dari dokter Desi," katanya mengompori.

"Hah! Maksud lo?"

"Liat aja ntar, gue mau balik capek mau bobo cian." Kata Kevi berjalan meninggalkan Fika yang masih duduk sendiri di meja kantin itu. Ia teringat akan hukuman yang baru saja ia laksanakan.

"Bagus, anak koas terlambat datang. Kamu nggak liat sekarang jam berapa? Jam 9. Dan kamu baru datang? Bravo Shafika Efra." Kata dokter Desi yang memang sudah menunggunya di lobby rumah sakit.

"Maaf dokter, saya kesiangan kar-,"

"Ah saya tidak peduli, sekarang bersihkan seluruh toilet rumah sakit yang ada di lantai 2." Setelah dokter Desi mengatakan itu Fika benar-benar lemas tadi saja dia belum sempat sarapan apa jadinya dirinya yang akan membersihkan seluruh toilet kamar rumah sakit di lantai 2 yang memiliki kamar kurang lebih 30 ruangan itu.

"Dan ya, harus selesai sebelum dhuhur. Sekarang lakukan! Gercep." Setelah mengatakan itu ia benar-benar meninggalkan Fika sendiri dengan ruang-ruang yang seakan ingin membunuhnya perlahan.

"Mati aja dah gue," batinya.

"Ah udahlah kalau inget yang tadi gue rasanya pengen cabik-cabik tuh daginnya si gendut biar kurusan. Kesel banget gue." Kesalnya yang masih saja belum reda karena hukuman yang di terimanya dari dokter Desi.

"Mending ngadem ajalah gue di taman rumah sakit, bikin pening lama-lama disini." Katanya sebelum beranjak ke taman rumah sakit yang cukup rindang karena banyak pohon yang di tanam disana.

Tapi saat akan melangkahkan kakinya ke taman tersebut ia mendengar seseorang sedang bernyanyi. Ah bukan sedang menyenandungkan solawat.

Raqqat ‘ainaya shawqan

Wa li Taibata tharafat ‘ishqan

Solawat Cinta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang