🕊18. Pernikahan

6.3K 406 24
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

⚠️ Ambil baiknya, buang buruknya⚠️

⚠️ Jangan menjudge cerita sebelum membaca seluruhnya⚠️

📖 Selamat membaca 📖

🕊🕊🕊

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, sebulan sudah sejak lamaran itu terjadi. Kini tibalah acara yang di nanti-nanti, hari pernikahan.

Adat demi adat semua telah di lakukan oleh Fika dan Ai.

Fika yang yang sebenarnya tak begitu menginginkan pernikahan ini hanya pasrah saat ibu dan keluarga besarnya membuatnya repot dengan semua adat yang di lakukan oleh keluarganya.

Satu yang membuat Fika bahagia dari pernikahan ini yaitu semua keluarganya datang baik itu yang berasal dari Sulawesi maupun Semarang, keluarga dari ibu dan ayahnya. Namun, di balik kebahagiaan itu satu hal yang membuat mood bahagianya down. Ayahnya.

Ayahnya tak datang di hari bahagianya, bahkan memberi ucapan selamat pun tak ada, padahal ia sangat mengharapkan yang akan menjadi wali nikahnya adalah sang ayah. Dia yang akan menjabat tangan calon suaminya dan membacakan ikrar sehidup semati. Bahkan ia berharap bisa merasakan euforia bagaimana rasanya sang ayah menyerahkan putrinya pada laki-laki lain. Yang tak lain adalah suami putrinya. Tapi itu hanya khayalan karena sang ayah benar-benar tak datang.

"Apa ayah tak datang bu?" Tanyanya pada Maya yang kini menatapnya dengan senyum sendu.

"Bu," panggilnya lagi karena tak mendapat respon ia akhirnya berbalik dari cermin yang ada di meja rias itu.

"Ibu!" Panggilnya sekali lagi dengan nada sedikit keras, dan ternyata berhasil sang ibu tersadar.

"Hah! Iya sayang?" Tanyanya seperti orang linglung, dan air mata yang sejak tadi ada di pelupuk mata kini terlepas sudah.

"Ibu kenapa?" Tanya Fika balik, ia heran mengapa ibunya seperti ini bukankah ibunya sangat mendukung pernikahnya dengan dokter Rafa?

"Nggak papa sayang, ibu cuma mikirin kamu yang dulu. Nggak kerasa ya kamu udah mau nikah aja, padahal rasanya ibu baru aja melahirkan kamu, menggendong kamu dalam dekapan ibu. Dan sekarang kamu-" Maya tak dapat melanjutkan ucapanya, ia hanya menangis tersedu. Fika yang merasa ibunya butuh dukungan menghampiri dan memeluknya erat.

"Bu, jangan sedih. Fika akan tetap jadi anak ibu, kebangganya ibu. Bahkan Fika akan tetap jadi bayi kecil dan princess kecilnya ibu. Pernikahan ini tak akan mengubah apapun, selain status Fika yang naik ke level yang lebih tinggi dari anak perempuan yang selalu ibu gendong sekarang akan jadi seorang istri, itu aja nggak ada bedanya bu. Fika tetap anaknya ibu dan nggak ada yang bisa mengubah itu," katanya yang juga kini sudah berlinangan air mata sambil memeluk erat ibunya itu.

Setelah melepaskan pelukan Fika, "Jangan nangis sayang. ini hari bahagianya kamu." Dan mengusap air mata yang kini sudah membasahi pipi putrinya itu.

"Tuh make up kamu sampe luntur begini, bisa-bisa tante Meli ngomel kalau liat keponakanya seperti ini, kamu tau sendiri kan bagaimana tantemu yang satu itu?" Katanya sambil terkekeh pelan.

"Iya Fika tau, pasti tante Mel akan merepet karena hasil karyanya aku rusakin begini," jawab Fika yang juga membalas senyum ibunya.

Solawat Cinta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang