🕊01. Keputusan Ayah

15.3K 644 32
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

⚠️ Ambil baiknya, buang buruknya⚠️

⚠️ Jangan menjudge cerita sebelum membaca seluruhnya⚠️

📖 Selamat membaca 📖

🕊🕊🕊

"Pokoknya kamu harus ambil jurusan kedokteran." Tegas sang ayah.

"Tapi yah, aku nggak pernah niat buat jadi dokter."

"Terus kamu mau jadi apa? Mau jadi preman kamu iya?"

"Pokoknya aku nggak mau ambil jurusan itu."

"Oh sekarang kamu udah berani ngelawan ya sama ayah!"

"Dasar anak nggak tau diri, saya sudah menyekolahkan kamu biar pinter. Tapi malah kamu tambah bodoh seperti ini."

"Yah, aku nggak mau. Aku mau jadi penulis, itu yang aku cita-citakan dari dulu. Aku mau semua orang tahu aku dari tulisan-tulisan aku. Pokoknya aku mau kuliah tapi bukan kedokteran tapi sastra." Tegas anak gadis yang berusia delapan belas tahu itu.

"Baik kalau itu mau kamu, silahkan keluar dari rumah ini. Kamu bukan anak saya lagi dan bukan bagian dari keluarga ini."

"Yah, jangan seperti ini Fika ini anak kita satu-satunya. Ayah tega liat dia tidur dijalanan?"

"Biarin aja bu, Fika emang nggak pernah di anggap sama ayah. Dia cuma peduli sama Dhea."

"Jaga ucapan kamu ya, apa hak kamu menyebut nama Dhea disini hah!"

"Tuh kan, dia cuma peduli sama Dhea. Padahal yang anak kandung disini itu aku, sedangkan dia? Cuma anak jalanan yang beruntung di pungut sama ayah."

Plak

"Cukup! Saya nggak sudi punya anak kandung kalau hanya seperti kamu mending saya memungut belasan anak jalanan yang saya jadikan anak daripada satu anak kandung seperti kamu." Katanya yang kini sudah benar benar marah. "Sekarang keluar dari rumah saya dan jangan pernah mencoba untuk menginjakan kaki kamu di rumah ini." Katanya sambil berbalik dan meninggalkan ruang keluarga itu.

"Baik tuan Wijaya, saya Shafika Efra Wijaya. Ah bukan nama saya hanya Shafika Efra bukan lagi anak dari tuan Wijaya yang terhormat." Wijaya yang mendengar ucapan Fika pun langsung berbalik, ia heran mengapa putri semata wayangnya bisa berubah seperti ini. Apakah selama ini ia salah mendidik?

"Baiklah silahkan pergi."

"Yah, ibu tau ayah marah sama Fika tapi tolong yah jangan usir Fika. Dia cuma satu satunya anak kita."

"Masih ada Dhea bu, dia lebih baik dari anak kandung kita."

"Ibu nggak pernah nganggap dia anak ibu, anak ibu cuma satu hanya Fika. Dan nggak ada yang lain." Tegas Maya yang tak terima dengan keputusan sang suami. "Kalau ayah tetap mengusir Fika, baik ibu juga pergi dari rumah ini bersama Fika." Ancamnya.

"Ibu"

"Aku hitung sampai tiga, kalau ayah tetap di keputusanya maka ibu akan pergi dan nggak akan pernah sudi untuk kembali."

"Satu."

"Ibu," peringat Wijaya.

"Dua."

"Aku bilang udah"

"Dua setengah"

"Ibu aku bilang CUKUP!" bentak Wijaya karena ia tak mungkin melpaskan Maya. Karena Maya adalah hidupnya dan akan tetap seperti itu.

Solawat Cinta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang