🕊30. Solawat Cinta

5.6K 290 42
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

⚠️Ambil baiknya, buang buruknya⚠️

⚠️ Jangan menjudge cerita sebelum membaca seluruhnya⚠️

📖 Selamat membaca 📖

🕊🕊🕊

Tak ada lagi awan bahagia menurut Fika, maupun matahari yang bersinar cerah. Baginya hidupnya telah gelap gulita.

Menulis adalah hal terakhir yang ia inginkan. Menulis setitik impian walau mungkin tak ada lagi harapan.

Payoda bergantung di langit biru
Ia melambai bagai sajak yang mengalun
Mencoba meraih bintang, namun ia gagal
Ia hanya bisa menyelimuti tanpa bisa mengenggam

Langit seakan membaca sang payoda
Ia berbisik pada buana impian
Ingin mengabulkan namun mentari seakan menolak
Hingga sang payoda hanya bisa memberikan tetes kesedihan

Aku tersihir oleh solawatnya

Sungguh aku tersihir oleh bait-bait solawatnya
Namun tetap saja ia bersembunyi seakan tau bahwa hati ingin diselimuti

Aku mencintainya lewat solawat yang ia lantungkan
Lewat Al-kahfi yang sudah ia bacakan
Ar-Rahman yang selalu ia gumamkan ditelingaku

Sungguh aku tersihir oleh solawatnya,
Solawat cintanya

Aku tak memiliki banyak kenangan tentangnya
Namun, ia telah menempati sesuatu dihati
Menjadi Tuan yang bertahta
Tanpa bisa untuk terganti

Wahai tuan, retak sudah inginku
Sejak talakmu melayang untukku
Tak ada lagi impian dalam kalbu
Karena cintaku telah pecah beribu-ribu

Tapi rahasia inginku berikan untukmu
Aku tersihir solawatmu
Bahkan untuk solawat yang pertama kali kau senandungkan.

Aku mencintaimu karena solawat nabimu.

Setitik harapan ia lantungkan untuk sang Tuan Rasa, puisi terakhir untuk sang pecinta solawat itu.

Maaf bang, aku hanya bisa membuat ini terakhir kalinya untukmu.

Fika menangis, bahkan ia menggambarkan dirinya sebagai awan dalam puisi itu.

Ia hanya bisa menangis tersedu, hingga malam kembali merenggutnya. Ia tak lagi meminta untuk bermimpi, ia hanya ingin kegelapan dalam tidurnya agar tetap tenang.

Ia tak akan tau apa yang terjadi besok, hingga setidaknya malam ini ketenangannya tak terganggu.

Ia terlelap dengan buku diary yang berada di pelukannya.

🕊

Di dalam sebuah rumah yang megah, terjadi ketegangan yang membuat seluruh penghuni rumah menjadi harap-harap cemas.

"Kamu menyanyangi bunda kan?" Yang ditanyai hanya bisa diam tak menanggapi.

"Sekali lagi bunda tanya sama kamu, kamu menyanyangi bunda?!" Kini suara wanita paruh baya itu meninggi, ia tak habis pikir dengan putranya ini. Mengapa sangat lama untuk berpikir dan mengambil keputusan.

Solawat Cinta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang