Karma

18 5 0
                                    

Saat berada dibawah lampu disko berkelap-kelip, kian malam kian meremang. Mereka yang datang bergoyang tak tahu arah, hilang kesadaran tak peduli bagian tubuh diraba oleh lawan jenis, mereka nampak menikmati suasana ekstrem bagian kecil neraka yang akan mereka rasakan.

Sebenarnya Tara muak jika berlama-lama melihat sekitar penuh dengan dosa, yang akhirnya timbul pertanyaan dalam diri bahwa dia akan terjebak pada aliansi neraka seperti mereka. Melihat orang-orang yang ditempat terkeji di dunia dan di akhirat.

Astaga! Harusnya Tara berlari dan mencari perlindungan tapi dia tetap berdiri tempatnya, sesekali tersenyum dan menuangkan minuman alkohol pada pelanggannya. Bayaran yang cukup mahal untuk menuangkan minuman. Bayaran akan meningkat jika custumer meminta untuk ditemani dalam semalam. Tau sendiri apa maksudnya, bukan.

Beruntung Tara tidak tertarik dengan segudang uang, teringat dirinya terlahir dari orang bercukupan tapi memaksanya untuk bekerja karena bosan di rumah dan tidak mau melibatkan kedua orang tuanya yang bejat itu dalam urusannya-(makan dan kebutuhan lainnya)

Dari kejauhan, Tara melihat Tim yang tengah asyik menemani seorang wanita yang lebih tua dari Tara. Terlihat sangat akrab hingga menimbulkan banyak spekulasi yang menjijikan diatas kepalanya.

"Gigolo?" Pikir Tara lalu menggeleng tak mungkin jika Tim melakukan hal serendah itu. Tidak.

Tim dan tante-tante itu berjalan menuju keruang vvip.

"Jika gue berpikir buruk tentang dia, bukankah dia juga berpikir buruk tentang gue." Akhirnya Tara mengalihkan fokus pada custumer yang bangkit dari meja judi lalu mengajakku ke ruang pertemuam VVIP. Sebenarnya Tara tidak menyukai jika ada yang meminta ditemani diruang yang membuatnya tidak leluasa gerak apalagi melarikan diri, jika ada sesuatu hal buruk terjadi. Karena ada 2 gadis bersamanya, jadi Tara lebih tenang walau terlihat 2 gadis itu pintar sekali merayu dan mereka tidak marah jika pantatnya dipukul oleh custamernya. Beruntung yang Tara temani tidak sekurang ajar itu.

Sesampainya di ruang pertemuan VVIP, didalam sudah ada 2 orang berjas seakan melakukan pertemuan bisnis. Tara tertegun melihat salah satu orang tersebut tidak asing baginya. Seorang pria lengkap dengan pakaian kantor dan tas yang biasa di bawa.

"Brengsek. Kenapa harus ketemu Papa disini?" Pikir Tara berdiri dibelakang pria yang bertubuh gempal.

Seperti biasa, Tara dan kedua gadis bersamanya menuangkan minuman yang sudah tersedia. Setelah mereka meneguk dan basa basi, ada beberapa dari mereka mendengar penjelasan kontrak kerja sama dari dua orang pria yang sudah dari tadi menunggu namun fokus ke dua pria lain bersama pria bertubuh gempal tengah bermain asyik dengan genggaman masing-masing.

Tara hanya meringis jijik. Ingin rasanya berlari, benar-benar lari dari pandangannya saat ini.

"Bisakah kalian fokus mendengarkan kontrak kerja kita? Suara kalian membuat milikku menegang!" Teriak sang bos.

Tara membuang muka.

"Sebentar, pak! Apa kalian bisa menunggu aku menandatangani kontrak? Jika perlu kalian bisa menikmati mereka setelah aku, anggap ini tanda pertemanan."

Baik Tara dan Papa melebarkan matanya.

Tanpa aba-aba, kedua pria yang terselubung napsu akhirnya melakukan tugas biadabnya dan kedua gadis itu merespon dengan sangat baik. Sedangkan Tara sudah dijatuhkan diatas meja disaksikan seorang papa yang terdiam kaku melihat bagaimana putrinya akan digagahi oleh seorang pria biadab.

Tara mencoba memanggil, anggap saja meminta pertolongan. Pria bertubuh gempal itu sangat kuat membuat Tara tidak bisa menyingkirkan pria brengsek itu, ujung matanya meneteskan air mata. Salah satu tangan mencoba meraih kearah Papa tapi Tara menahan. Dia anggap ini adalah suatu balasan untuk sang Papa karena sering kali menikmati tubuh para gadis seusianya. Walaupun gadis-gadis itu rela melakukannya dengan bayaran. Setidaknya inilah yang perlu dilakukan Tara agar sang Papa sadar bahwa perbuatannya bejat, sangat bejat.

BRAK!!! Satu pukulan membuat pria bertubuh gempal itu terguling ke lantai saat dia berusaha menerobos tangannya masuk kedalam rok putrinya. Tanpa berpikir panjang, sang Papa memukul berkali-kali hingga akhirnya mematahkan tangan kanan pria bertubuh besar karena berani meremas dada putrinya dan berani mencoba memasukkan tangannya dibalik busana putrinya.

"Lepaskan!! Apa kau gila?!" Teriak pria itu kesakitan.

"Aku tidak peduli dengan kontrak itu, yang aku pedulikan jangan coba-coba kau menodai putriku." Suara pria itu ganas seperti singa. Ini pertama kalinya Tara melihat Papa semurka ini pada orang lain, tidak menyangka jika Papanya akan berbuat senekat ini untuk melindunginya.
Tara hanya terdiam dan menangis tanpa suara. Dia benar-benar terlindungi, dan baru kali ini Tara merasakan perlindungan yang sesungguhnya dari orang tuanya.

Pria itu melepaskan kunciannya.

"Jika kau coba-coba balas dendam karena ini, aku pastikan bukan hanya perusahaanku yang hancur, tapi kau juga hancur. Aku tau perusahaan yang kau miliki sepenuhnya milik istrimu, jadi jika kau membawa kasus ini ke polisi, aku akan mengatakan sebenarnya pada istrimu seberapa bejat dirimu yang sebenarnya." Ancam Papa akhirnya berjalan kearah Tara, menggendong putrinya seperti saat pertama kali Papa menggendong Tara yang baru terlahir didunia.

Kenangan masa kecil menyeruak diatas kepala mereka.

Tara menenggelamkan wajahnya dibahu sang papa. Dia sangat rindu aroma khas tubuh papanya yang dia rangkul saat pulang dari kerja, meminta didengarkan cerita selama di sekolah dan Papa tidak keberatan jika Tara manja dan meminta bermain dengannya walau sejujurnya Papa sangat lelah tapi demi putrinya dia bisa melakukan apapun untuk putrinya.

Semuanya kehangatan yang jarang sekali terjadi lenyap ketika akhirnya Tara tau betapa brengseknya Papa-nya yang suka bermain dengan gadis remaja, sama bejatnya dengan sang mama.

Dari kejauhan Tim melihat Tara dengan seorang pria, Tim mengenal wajah itu. Papa Tara. Tim merasa Tara berada di tangan yang tepat.

*****

Cara Kematian TaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang