Masih memaki baju rumah sakit ditutupi jaket milik Tim, Tara keluar berjalan pelan menuruni jalanan yang sedikit terjal dan bebatuan. Gadis itu mengernyit kesakitan setiap kali melangkah, kakinya masih cedera karena insiden pembully-an.
"Mangkannya aku gendong ajah!" Tim menahan rasa sakit setiap kali Tara mencengkeram lengannnya, kuat-kuat.
"Malu tau!" Jawab Tara.
"Malu sama siapa?" Tim heran.
"Iya penduduk sini." Tara melihat sekeliling.
"Ngapain malu? Toh, mereka sudah terbiasa melihat sepasang kekasih belum nikah jalan berdua di villa sekitar sini." Bisik Tim nakal.
Tim langsung menggendong Tara di punggungnya. Tara tidak bisa berontak, dia takut jatuh karena jalannya tidak rata.
Sampai dipasar dekat villa, yang katanya dekat tapi nyatanya perlu jalan 2km jauhnya. Tidak terbayang bagaimana lelahnya Tim berjalan sambil menggendong Tara.
Mereka memilih baju dan membeli beberapa setelan baju dan dalamannya juga. Banyak pertanyaan dari pedagang baju itu, yang berasumsi bahwa Tim dan Tara kawin lari, kabur dari rumah karena tidak direstui atau orang buangan (ini yang paling tidak relavan).
"Apa itu orang buangan?" Tanya Tim penasaran.
"Orang buangan itu, orang yang tidak diharapkan, karena melakukan hubungan hina, yang salah satunya menjadi perebut pasangan orang. Meski disini sangat tabu dengan hal itu, tapi lebih baik yang datang kesini orang-orang yang saling mencintai dan singel jadi tidak ada hati yang tersakiti." Jawab Ibu penjaga toko.
Tim menyerahkan beberapa lembar uang.
"Aku dan dia termasuk orang pertama, kedua dan orang buangan karena menghindari malaikat maut, bukan menghindari seseorang." Jawab Tara.Tim melirik Tara, lalu melihat penjaga toko.
"Oh jadi kalian tidak punya waktu lama untuk hidup?" Penjaga toko itu semakin penasaran, menanyakan penyakit apa yang diderita.
"Bukan soal penyakit, bukankah setiap yang bernafas akan kembali pada sang penciptanya. Permisi Bu!" Jelas Tim sebelum Tara semakin ngacau.
Mereka sudah berganti baju dan mencari makanan. Dan beberapa stok makanan untuk di villa.
"Kira-kira, mama sama papa nyariin aku enggak ya?" Tanya Tara.
"Kamu bilang sendiri, kita adalah orang buangan." Jawab Tim. "Bercanda. Pasti mereka nyariin lah, beda sama aku."
"Kan kamu cowok, ngapain dicariin." Ketus Tara.
"Orang tua pasti nyariin anak cowoknya kalau udah berani bawa kabur anak orang." Jelas Tim.
"Ups!" Tara menahan tawanya.
*****
Di rumah sakit.
Angi menangis, dia tidak pernah merasa sepeduli ini sampai menangis di perhatikan banyak orang. Banyu marah-marah ada staf rumah sakit karena membiarkan pasien kabur begitu saja. Kalau perlu dia akan menuntut rumah sakit jika sampai terjadi apa-apa pada Tara.
"Hasil CCTV menunjukkan pasien dengan suka rela kabur dari rumah sakit, sepertinya ada yang dihindari. Mungkin Bapak dan Ibu merenungkan diri, apakah tindakan pasien bisa jadi menghindari masalah yang ada dirumah." Jawab seorang kelapa Dokter yang khas dengan jaket putih dan kacamatanya.
Banyu terdiam, sadar bahwa Tara menghindari orang-orang yang menyakiti hatinya. Orang tuanya sendiri.
Angi dan Banyu bingung harus mencari kemana. Mereka tidak mau kehilangan putri semata wayangnya.
"Kita salah, Mas." Angi menurunkan egonya.
"Tapi terlambat untuk mengubahnya." Lanjut Banyu.
"Tidak ada kata terlambat. Kita harus mengusut tuntas pembulian ini aar Tara tahu bahwa kita sudah menjadi orang tua yang peduli dengan dia." Usul Angi.
"Aku harus menuntut departemen pendidikan. Harus ada tindakan. Agar tidak terulang kejadian seperti ini." Banyu menyalakan mobilnya.
Sudah membawa dokumen hasil visum untuk ditunjukkan ke kepala sekolah.
"Saya tahu, ini sulit bagi bapak ibu. Tidak semudah itu kami pihak sekolah mengeluarkan Rani atas tindakan ini. Kami akan memberikan hukuman skorsing." Kata Pak Kepsek.
Banyu nyengir, "anda kira saya tidak tahu kalau Raden, ayah dari Rani penyumbang terbesar di sekolah ini, jangan mentang-mentang karena itu, kalian meloloskan tersangka."
"Saya punya opsi lain, jika memang Rani masih sekolah disini, hasil visum ini akan saya sebarkan pada media dan tahu kan, siapa nanti yang kena imbasnya?" Angi mengancam.
"Reputasi sekolah hancur tapi Raden tidak. Saya tahu betapa besar kuasanya untuk menutupi isu ini, dia tidak mau masalah ini menjatuhkannya dalam pemilihan nanti." Tambah Banyu.
"Kami permisi!" Banyu dan Angi bersiap untuk melawan. Mereka tahu siapa musuhnya.
Setelah Angi dan Banyu pergi, Pak Kepsek yang tadinya diam dan takut, ia segera mengambil hpnya, gemetar menekan beberapa nomor dan memberitahu Raden soal ancaman Angi dan Banyu.
Raden murka, dia harus melakukan balasan. Karena kesal sampai membanting hp kelantai sampai pecah saking kesalnya.
"Papa sudah bilang, lakukan apapun dengan cara halus, jangan menjatuhkan Papa dengan cara bodohmu itu!" Teriak Raden memarahi Rani sambil menarik rambut putrinya.
"Sakit Pa!" Rengek Rani.
Raden berkali-kali memukul dan menendang tubuh Rani.
"Maafin aku, Pa!"
"Sudah hentikan, Mas!" Istri Raden datang menghentikan.
"Dari dulu sudah kuperingatkan untuk menggugurkan bayi itu ketika tahu dia perempuan! Tapi kamu tetap saja mempertahankannya. Lihat sekarang! Kekacauan apa yang sudah ia buat sampai menyeretku dalam kasusnya."
"Kamu juga salah, Mas! Kamu menuntut semau Mas, tapi keegoisan Mas sudah menghancurkan rumah ini." Sang istri membangunkan Rani dan berjalan keluar ruangan.
"Kamu mau kemana? Aku belum selesai hukum Rani."
"Sudah sepatutnya aku bercerai denganmu Mas."
"Jangan bahas cerai! Cerai! Cerai! Kau sama saja dengan Rani, mau menghancurkanku!" Bentak Raden.
Memang sebaiknya Risa, istri Raden pergi dari ruangan itu, mengobati luka Rani.
"Mama!" Rani memeluk sang Mama. Dia tahu mengapa Rani dihukum sedangkan Reno tidak dihukum atas kesalahan yang sama fatalnya.
Mereka menangis terseduh dalam gelapnya kehidupan yang disembunyikan dari dunia. Keluarga Raden selalu terlihat bahagia, berwibawa dan sempurna. Nyatanya, tidak. Semua itu adalah bingkai kosong yang dihiasi kebohongan. Raden sangat mahir bermain peran.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Kematian Tara
Teen FictionAkan dijelaskan bagimana Tara telah melakukan beberapa cara untuk mengakhiri hidupnya. Sepertinya dia tak tahu bukan hanya 4 cara kematian yang sudah ia lakukan. Ternyata cara ke 5 ampuh membuatnya benar-benar menghilang, cara ke 5 itu dikenalkan ol...