Tara merasa lebih tenang setelah diselamatkan Tim dari tatapan dan segala ucapan intimidasi dari Banyu. Dia tidak suka dipersalahkan atas kejadian yang menimpanya, yang memilih terjun ke dunia gelap. Dia muak dengan apapun yang ada hubungannya dengan keluarga.
Rasa kenyang ini membuat Tara tertidur lebih cepat, dia memang ingin menghilang sejenak dari dunia yang sering kali mempermainkannya. Dia berharap ada malaikat maut menyapanya, dan barang kali ia mendekat dan menyerahkan diri agar dicabut nyawanya, merasa lelah melihat bagaimana kedua orang tua selama ini bersikap.
Tidur di sofa dengan televisi menyala, Tara tidak ingin kesepian sampai-sampai Televisi dibiarkan menyala menemani tidurnya.
Dia sudah masuk terlalu dalam kedunia mimpi. Didunia itu, Tara bisa menjadi apa saja, hanya disini dia tau bagaimana akhir dari kisahnya.
Sebelumnya Tara pernah bermimpi bagaimana dia merasakan beberapa kematian. Secara acak, masih tidak beraturan. Tapi mimpi kali ini terasa aneh, antara nyata dan tidak nyata. Ia berjalan pelan melintasi orang-orang yang berjalan secara cepat melalui, mengabaikan keberadaannya. Mereka berlarian ingin melihat sesuatu.
Tara berjalan mengikuti, hingga ia menemukan sesuatu yang tak terduga, ada seorang siswi tak bernyawa, tubuhnya menggantung di lantai dua. Tara mencoba mengenali wajah gadis itu, ternyata siswi itu adalah dirinya.
Sontak, ia terbangun dengan deru napas cepat. Hanya mimpi tapi terasa begitu menakutkan. Dia merasa baru saja terlelap tapi ternyata matahari sudah menyinari.
"Ada apa, Tar?" Tim terbangun diatas sofa.
"Ngapain kamu tidur disini?" Tara langsung memeriksa tubuhnya, masih melekat pakaian yang sama dengan semalam.
"Tenang! Gue enggak bakal ngapa-ngapain elo." Tim menguap dan merenggangkan tubuhnya. "Kamu mimpi buruk?"
Tara mengangguk.
Tim berdiri, mata Tara tertuju pada lelaki itu.
"Mau kemana?"
"Mau mandi. Ikut?"
"Ihh jijik."
"Mangkannya jangan tanya." Tim suka menggoda Tara. Meski dia menyukai Tara, dia tidak akan melalukan hal bejat kepada Tara. Tim masih tergolong bisa menahan diri, sama seperti Tara. Bisa menahan hawa nafsu. Jika tidak, sudah dipastikan mereka sudah jual diri jauh-jauh hari.
"Aku sudah beliin nasi bungkus buat kamu. Aku harus berangkat sekolah, nanti aku bantu tanya ke Sela tugas-tugas sekolahnya." Tim sudah siap untuk berangkat.
Tidak ada jawaban dari Tara, dia melihat gadis itu dari ambang pintu.
"Apa kamu mendengarku?" Tanya Tim mengejutkan.
"Iya." Jawab Tara pada akhirnya.
"Ada yang kamu inginkan. Atau mungkin kamu ingin aku bolos sekolah buat nemenin kamu!" Lagi-lagi Tim menggoda.
"Jangan aneh-aneh, deh. Enggak lucu!" Ketus Tara.
"Emang aku enggak ngelucu, lagian kamu sendiri dari tadi diam aja. Gue takut kamu macem-macem dirumah sendirian, misalnya...."
"Bunuh diri." Kata pamungkas yang membuat Tim takut. Lagi-lagi Tara memulai kata yang berhubungan dengan kematian.
"Ah sudahlah! Aku jadi takut." Tim berjalan beberapa langkah.
"Tapi Tim, aku takut jika itu terjadi." Kata Tara.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Kematian Tara
Teen FictionAkan dijelaskan bagimana Tara telah melakukan beberapa cara untuk mengakhiri hidupnya. Sepertinya dia tak tahu bukan hanya 4 cara kematian yang sudah ia lakukan. Ternyata cara ke 5 ampuh membuatnya benar-benar menghilang, cara ke 5 itu dikenalkan ol...