Utara Listari, yang biasa dipanggil Tara, gadis berusia 13 tahun duduk di bangku SMP di salah satu sekolah ternama di Jakarta. Dia baru memasuki kelas 10, menjadi siswi yang tergolong biasa, termasuk murid yang pandai. Ketika dia hanya merunduk di bangku yang ia duduki di paling belakang dan disaat seorang guru melempar pertanyaan secara mendadak, Tara bisa menjawab dan tentu dia akan membalas dengan pertanyaan yang membingungkan.
Sifatnya yang aneh membuat teman sebangkunya yang terdahulu lebih memilih pindah ke kelas lain lantaran tidak betah satu bangku dengan Tara, pun tidak ingin satu kelas. Tara lebih suka menyendiri. Kegiatan-kegiatan yang dia lakukan terlihat menyeramkan, seperti menulis di papan tulis dengan coretan yang menunjukkan cara-cara mengakhiri hidup.
"Siapa yang membuat coretan ini?" Pak Danar memukul meja.
Sepasang mata mengintimidasi gadis yang duduk di bangku paling belakang.
"Saya!" Gadis berambut panjang terjuntai yang tadinya hanya merunduk kini menunjukkan wajahnya. Cantik, tapi sayang wajahnya begitu suram.
"Sudah berapa kali saya katakan, jangan mencoret gambar yang tidak jelas seperti ini! Hapus sekarang!" Bentak Pak Danar.
Tara bangkit dan berjalan melewati deretan bangku, dia mendengar bisikan kebencian dari mereka. Saat berdiri di depan Pak Danar, menerima penghapus yang sudah di berikan. Tara masih berdiri di depan pria paruh bayah.
"Bukankah Bapak adalah guru seni? Apa Bapak tidak tahu bahwa apa yang saya gambar termasuk seni?" Tara mulai memberi pernyataan yang membingungkan.
Belum sempat menjawab, Tara berjalan ke depan papan tulis.
"Apakah Bapak takut? Karena coretan tidak jelas ini terlihat mengerikan." Tara menatap Pak Danar dengan tatapan menuntut jawaban.
"Ini adalah termasuk seni. Seperti yang di buat oleh Pablo Picasso tentang lukisan Guernica yang dibuat dari dampak perang dunia ke-2."
"Apa kamu sedang mengajarkan gurumu?"
"Bukan begitu, hanya saja tolong lihatlah gambaran ini tanpa mendiskriminasi." Tara menghapus hasil gambarannya. Meletakkan penghapus diatas meja dengan keras sama seperti yang dilakukan Pak Danar saat menggebrak meja.
"Anak itu benar-benar." Keluh Pak Danar berkeringat dingin.
"Gue gak sudi punya temen kayak dia."
"Serem banget."
"Dia emang aneh."
Suara-suara itu terdengar jelas di gendang telinga Tara. Sudah biasa mendengar bisikan kebencian.
Andai saja Tara bisa melakukan apa yang dia gambar di papan tulis tentang cara-cara mengakhiri hidupnya. Mungkin saat ini dia sudah melakukannya, bahkan sudah menghilang seperti keinginannya.
****
Entah apa yang aku tulis ini gengs.
Tapi percayalah! Semua yang ada ditulisan ini tiba-tiba saja muncul dan aku tuangkan dalam handphone.Jangan lupa tinggalkan jejak.
Aku bakal up banyak hari ini.
Bismillah
Wish me luck
![](https://img.wattpad.com/cover/229274529-288-k776339.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Kematian Tara
Teen FictionAkan dijelaskan bagimana Tara telah melakukan beberapa cara untuk mengakhiri hidupnya. Sepertinya dia tak tahu bukan hanya 4 cara kematian yang sudah ia lakukan. Ternyata cara ke 5 ampuh membuatnya benar-benar menghilang, cara ke 5 itu dikenalkan ol...