Pagi Yang Berbeda

27 7 0
                                    

Pagi ini terasa berbeda. Tim dan Tara berjalan bersama sambil menggenggam tangan menyusuri lorong sekolah. Tidak peduli bisikan orang, bahkan guru-guru ambil peran juga. Mereka heran melihat Tara yang yang misterius, pendiam bersanding dengan Tim yang ceria dan berkepribadian bebas. Pasangan yang aneh.

Tim dan Tara berpisah didepan kelas Tara.

"Kalau ngantuk, bilang aja. Biar nanti aku beliin kopi." Kata Tim mengusap rambut Tara, tak segan memamerkan kemesraan.

"Enggak usah, terima kasih. Kayaknya elo yang butuh kopi, mata elo merah dan ada kantung matanya." Tara mengelus wajah Tim.

Tim tersenyum dan berbisik.

"Gue suka hubungan palsu ini." Bisiknya lalu pergi.

Tara mendesis kesal, lalu tersenyum. Bukan karena perasaan, dia senang bertemu seseorang yang memiliki kesamaan.

Baru saja Tara meletakkan tas di atas meja dan mendaratkan pantatnya di bangku kayu. Sela menghampiri dengan suaranya yang cempreng dan khas.

"Elo bener-bener gila ya, Tar! Gue enggak habis pikir sama elo, terang-terangan publikasi kemesraan elo. Sebenernya elo waras apa enggak sih, Tar?" Sela nyerocos sambil memegang kepala Tara, memeriksa panas atau tidak.

"Apaan sih Sel? Seharusnya gue yang nanya ke elo, elo waras apa enggak? Dari kemarin sok peduli sama gue? Elo mau dibilang enggak waras sama temen-temen yang lain karena sudah mau berteman sama gue."

Sela melirik teman-teman yang duduk di bangku masing-masing. Dia merasa malu, tapi dia mengabaikannya.

"Yang penting gue berteman sama manusia, kan?" Sela melihat Tara dan tersenyum bangga. "Iya,, meskipun manusia yang satu ini aneh." Lanjutnya memecah tawa, secara terang-terangan mengejek Tara. Ejekan yang sama seperti yang dikatakan siswa siswi selama ini.

Tara menyipitkan mata, gelak tawa itu membentuk senyuman miring. Dia tidak terlihat marah atau tidak suka dengan kalimat Sela. Lagi pula dia menyadari bahwa apa yang dikatakan Sela memang benar adanya. Yang membuat Tara tersenyum, cara penyampaian Sela tentang kalimat itu. Dia tidak merasa dihina, melainkan diingatkan bahwa dirinya manusia aneh. Akhirnya Tara tertawa membuat tawa Sela terhenti dan melongo melihat Tara yang tak pernah tertawa seperti itu.

Sela kembali tertawa mengingat kalimat yang sukses membuat pagi ini benar-benar berbeda.

"Jadi elo beneran pacaran sama Tim?" Sela tak henti-henti menanyakan hal yang sama.

"Kita berpacaran sampai kami mati ala-ala romeo juliet." Bisik Tara.

Sela bergidik mendengarnya. Tara meledakkan tawanya kembali.

*****
To be continue...

Nah nah nah, aku suka banget setiap karakter ada temen yang bisa di andalkan.

Menurut kalian, sahabat seperti apa yang kalian inginkan di dunia ini?

Jangan lupa kasih vote dan komen.

💜💜💜💜💜💜💜

Cara Kematian TaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang