Malam ini, seperti malam yang sudah-sudah. Sabtu yang sangat menyebalkan. Karena di malam ini banyak sekali pengunjung yang semakin menggila. Tara hanya berusaha untuk bekerja seperti semestinya walau ada tangan nakal yang berusaha untuk menyentuh tapi dia berhasil mengelak.
Namun, malam ini ada sesuatu yang berbeda, lantaran ada seorang pria yang berusaha mendekati Tara. Sebenarnya Tara tidak sebegitu takut tapi cara pria itu memandang membuatnya bergidik, seperti melihat singa yang siap menangkap mangsanya. Tara berusaha untuk tetap dalam keramaian, jika tidak, bisa-bisa pria yang sedari tadi memiliki imajinasi liar itu mendekapnya dan melakukan sesuatu yang tidak diinginkan.
Takdir berkata lain. Tara sudah merencanakan agar tidak berada ditempat sepi. Saat dia diidalam kamar mandi, dia baru menyadari bahwa kamar mandi yang dia pilih adalah tempat yang sepi, Tara mengumpat dalam hati. Setelah menyelesaikan aktifitas di dalam kamar mandi. Dengan santai Tara berjalan, mengedarkan pandangan serta memberi ancang-ancang jika tiba-tiba ada yang mendekat, dia bisa berlari menuju keramaian.
Benar, pria itu sudah menunggu di ujung koridor, jalan satu-satunya menuju keramaian. Tara mendengus kesal melihat pria itu dengan senyuman liciknya.
"Hai, nona!"
"Mau apa elo disini? Ini bukan toilet cowok."
"Aku lagi nungguin kamu." Pria itu menyentuh dagu Tara, tapi segera dihempas.
"Minggir?? Gue mau lewat."
"Tidak akan, nona." Pria itu mencengkeram tangan Tara, menariknya dengan paksa kembali ke toilet.
Tara meracau, berteriak, walau itu sia-sia.
"Lepaskan!! Dasar brengsek!!" Teriak Tara sebelum akhirnya pria itu berhasil membawanya masuk kedalam toilet.
Sebelum pintu benar-benar tertutup. Seseorang menghalangi, menarik tangan Tara untuk menjauh dari pria hidung belang itu. Sebelum pergi, dia memberikan beberapa pukulan.
"Elo enggak papa kan? Tenang gue ada disini." Tim memeluk Tara.
Tim tahu jika Tara masih panik, cewek itu hanya diam dan tak berkata apa-apa selain mencari ketenangan dalam pelukan itu.
"Ayo kita pulang sekarang . Nanti gue yang urus sama bos." Kata Tim menggiring Tara ke luar dari tempat penuh hina.
"Gue ambil tas dulu." Jawab Tara, bibirnya masih gemetar. Tatapannya nampak kosong karena kejadian yang hampir merenggut harga dirinya.
"Gue temenin." Tim masih menggenggam erat tangan Tara. Berjalan bersama menuju loker para pekerja.
Usai mengambil tas, Tara dan Tim keluar dari gedung lewat belakang. Mereka diam-diam berjalan keluar agar tidak ketahuan pria berbadan kekar yang menjaga didepan klub. Saat berhasil memasuki area parkir, mata elang Tara menangkap seseorang yang dia kenal. Dia tengah berpelukan dengan seorang wanita yang lebih muda berpakaian seksi, berjalan menuju klub.
"Papa." Tara mengernyitkan dahi, tidak menyangka jika papa melakukan yang sama gilanya dengan sang mama.
Tara berlari kearah Pak Dayat, menarik paksa wanita yang sedang bergelayut mesra dengan papanya.
"Ngapain papa kesini? Sama wanita jalang lagi? Papa sudah gila!!" Teriak Tara.
Tim yang tadinya bersembunyi, kini muncul dan menarik Tara untuk pergi.
"Papa sedang bersenang-senang sayang." Pak Dayat tanpa dosa mengatakannya.
"Papa gila, ya? Kenapa papa tega ngelakuin ini?" Suara Tara kini terhenti.
Tim memilih untuk diam, dia tidak tahu harus bagaimana karena ini adalah urusan Tara dengan papanya.
"Mama kamu juga bermain gila di rumah, papa masih wajar melakukannya di luar rumah." Santai Pak Dayat mengatakan hal demikian.
"Sekarang Tara punya alasan yang kuat untuk melakukannya." Tara berlari menjauh. Sedangkan Tim terkejut mendengar kalimat itu, kalimat yang hanya Tara dan dirinya yang tahu.
Tim mengejar Tara yang sudah menangis tersedu-sedu, berlari walau jalan tersebut bukanlah arah rumahnya.
"Tara tunggu!!" Teriak Tim, dihiraukan oleh sang pemilik nama.
Di jalanan yang ramai, Tara menyebrang begitu saja, bunyi klakson begitu nyaring lantaran Tara menyebrang tanpa aba-aba. Dan tidak menyebrang di zebracross. Tim berusaha menerobos keramaian, dia terlihat kewalahan untuk menyebrang karena jalanan itu sangat ramai.
Kali ini bunyi klakson begitu nyaring. Teriakan terdengar histeris.
"Tara!!!" Tim memeluk Tara dan terjatuh di trotoar, membuat gaduh para pengemudi.
Tara hampir saja tertabrak sebuah mobil sedan yang melaju kencang, beruntung Tim berhasil menangkap tubuh gadis yang mengharapkan kematian itu datang lebih cepat.
"Kenapa elo nyelamatin gue? Kenapa?" Teriak Tara.
"Ra."
"Elo tahu keinginan gue apa, kan? Seharusnya elo biarin gue mati, Tim." Tara bangkit dan berlari menjauh dari kerumunan.
Tim hanya terdiam melihat punggung gadis itu, banyak luka yang tersampaikan dibalik punggung Tara. Dia tidak bahwa sebegitu besarnya Tara menginginkan kematiannya.
*****
Jangan lupa tinggalkan vote, komen dan share
Thank you
💜💜💜💜💜💜💜

KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Kematian Tara
Ficțiune adolescențiAkan dijelaskan bagimana Tara telah melakukan beberapa cara untuk mengakhiri hidupnya. Sepertinya dia tak tahu bukan hanya 4 cara kematian yang sudah ia lakukan. Ternyata cara ke 5 ampuh membuatnya benar-benar menghilang, cara ke 5 itu dikenalkan ol...