Malam

35 9 0
                                    

Pukul 10 malam, setelah berhasil menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan menyiapkan keperluan besok, Tara bersiap melakukan aktifitas tersembunyi. Memakai baju santai, kaos longgar dan jaket hitam serta celana jeans. Dia keluar rumah dari jendela agar Mama dan Papa tidak tahu bahwa diam-diam Tara keluar dari rumah.

Inilah alasan lain mengapa Tara menjadi gadis misterius. Tara bekerja di salah satu klub malam terbesar di Jakarta, walau banyak berbagai minuman dan kepulan asap rokok yang menyesakkan, dia tetap bersikeras bekerja paruh waktu di tempat sialan itu. Jangan berpikir macam-macam? Tara hanya bekerja sebagai pelayan, mengantarkan minuman dan makanan.

Karena memiliki perawakan yang tinggi dan berisi, sehingga tak terlihat bahwa dia masih SMP.

Dia bukan gadis nakal yang bermain dengan sembarang cowok, dia termasuk memiliki akal walau kehidupannya kelam. Alasannya bekerja karena dia ingin mengumpulkan banyak uang, agar dia bisa menghilang nantinya. Kedua orang tuanya mampu membiayai bahkan bisa dibilang Tara adalah anak orang kaya, semua permintaannya selalu dituruti, tapi tidak permintaan yang satu ini, keutuhan keluarga.

Dia teramat mengerti bahwa kedua orang tuanya berusaha hidup satu atap hanya karena permintaan dirinya, tapi bukan berarti dengan seenaknya membawa pacar main gila di rumah. Pikiran itu membuat Tara frustasi, karena beberapa adegan itu teringat ketika para pengunjung yang tak segan melakukan tindakan panas. Tara membenci adegan-adegan itu.

Pukul 2 pagi, masih ramai pengunjung, pemilik klub menyediakan tempat untuk mereka yang ingin mengakhiri di atas ranjang, tidak peduli jika si pria berkeluarga atau tidak, mereka akan melakukan kegiatan itu. Pemilik klub yang sebaya dengan Papa Tara pernah menawarkan pekerjaan itu, Tara menolak mentah-mentah, gadis itu tak segan jika memberontak membuat pria itu malah tunduk, tidak mengapa? Tara hanya meminta perlindungan agar pelanggan yang datang tidak macam-macam dengannya, jika tidak, ancamannya klub ini di gerebek oleh polisi. Tara menyimpan bukti-bukti kuat agar pria itu tunduk. Sungguh, Tara tidak ingin masuk ke dunia yang kelam itu.

Tara bekerja dari jam 10 malam hingga 3 pagi. Setelah merapikan diri dan bersiap pulang, sepasang matanya yang jeli seperti elang menangkap wajah sang papa yang bermesraan dengan wanita jalang. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat-kuat, ingin sekali memukul wajah mereka agar sadar bahwa perbuatan mereka sangat gila. Sayangnya, dia tak berupaya untuk melakukannya, ketimbang kehabisan nafas karena amarah lebih baik dia pergi dari tempat yang sama-sama kelam seperti rumahnya.

Langkahnya menuruni tangga, klub itu memiliki 3 lantai, Tara hanya bekerja di lantai 2, jarang sekali dia melihat lantai 1. Ah, dia mendelik melihat seseorang tengah bersih-bersih meja dan kursi, klub jni tutup pukul 3 pagi, sepertinya dia bekerja disini.

"Tim!!" Panggil Tara.

Tim menoleh dan terkejut melihat sosok teman sekaligus pacarnya (Pacar bohongan).

"Tara! Sedang apa elo disini?"

"Sama seperti elo, putus asa."

"Gue enggak se-putus asa itu."

"Kalau enggak putus asa, kenapa elo milih kerja disini? Kan ada restauran paruh waktu yang bisa elo kerjakan."

"Kenapa elo nyeramahin gue? Elo seputus asa itu kerja disini?" Tim tertawa melihat ekspresi Tara yang tak seperti di sekolah. Tara terlihat berbeda karena lebih cerewet seperti cewek-cewek pada umumnya.

"Gue sebarin baru tahu rasa elo."

"Sama-sama kelar dong hidup kita." Tim menertawakan Tara, membuat geram.

"Gue enggak masalah, kerja disini adalah upaya gue buat menghilang dan mati secara perlahan."

"Udah deh, Ra. Bisa enggak, elo enggak bahas kematian. Takut tau." Tim menghentikan tawanya, dia pikir Tara akan ikut tertawa, ternyata tidak.

Tim melanjutkan bersih-bersih, tinggal sedikit lagi.

"Tungguin gue Ra. Kita pulang bareng." Tim menyelesaikan pekerjaannya dan menyusul Tara yang menunggu.

Pagi ini terasa dingin, dengan naik motor membelah keheningan jalan. Mereka seperti memiliki kehidupan yang sama-sama rumit hingga membuat mereka terdampar di tempat gelap dan kotor walau mereka tak bekerja seperti itu.

"Sejak kapan elo kerja disana?" Tim memulai perbincangan.

"Sejak keputus asaan membuatku hilang akal. Loe sendiri?"

"Udah hampir 3 bulan."

Dari kaca spion, raut wajah Tim terlihat gusar, ada sesuatu yang dia sembunyikan.

"Tenang aja, gue enggak bakal bilang soal ini." Tara mencoba memancing.

"Bukan itu."

"Lalu kenapa elo diem?"

"Gue berpikir kata-kata elo di sekolah, tentang kematian antimainstream dan gue bilang kita bisa mati ala romeo juliet."

"Terus, elo mau ngelakuin itu?" Tanya Tara santai.

"Kalau boleh buat. Gue mau."

Jawaban Tim meledakkan isi kepala Tara. Tak habis pikir bahwa cowok playboy yang terkena hobi mempermainkan cewek-cewek, yang terlihat riang dan berprestasi memiliki kemelut kehidupan rumit yang menginginkan kematian itu datang lebih cepat. Sama seperti Tara.

*****

Aku pengen bikin ini plot twist dan ada kemarahan yang mengejutkan.
Ini hanya fantasi remaja, jadi semua yang aku tulis pure dari imajinasiku.

💜💜💜💜💜💜💜

Maaf jika ada kesamaan alur,tokoh dan penempatan. Ini aku buat bener2 dari pikiranku.

Hargai karya dengan memberi vote dan komen.
Thank you

💜💜💜💜💜💜💜

Cara Kematian TaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang