Tara terbangun dengan mata sembab, di luar langit masih gelap. Ini terlalu awal bagi Tara untuk terbangun. Dia tidak berniat untuk kerja. Setelah kejadian hari ini, rasanya dia tidak memiliki tujuan untuk pergi. Padahal ia merasa tidur sangat panjang tapi waktu terasa lamban, benar-benar mempermainkan hidup Tara.
Sembari menekan kepala terasa pening, Tara mendengar gemericik air berwarna merah dari dalam kamar mandi. Tara berdiri memastikan seseorang di dalam.
"Siapa?" Suaranya bergetar.
Perlahan ia meraih ganggang pintu dan memutarnya perlahan. Begitu terkejutnya ketika pintu terbuka, Tara mendapati dirinya terbujur kaku di bathup penuh darah dari pergelangan tangan yang tersayat.Tara tidak percaya jika dirinya mati dalam keadaan mengerikan. Dia ingin berlari tapi tubuhnya seperti tertancap ditempat dimana ia berdiri saat ini. Seseorang yang mirip dengan dirinya itu akhirnya terbangun dan mencekik leher Tara. Dalam sekejab ia terbangun penuh keringat dengan dada kembang kempis.
Mimpi yang terasa nyata menunjukkan kematian yang pernah dirasakan sebelumnya. Seharusnya Tara terbiasa dengan mimpi menyeramkan itu, seharusnya ia terbiasa terhadap ilusi yang selalu muncul tiba-tiba.
Tara mengingat kejadian semalam sambil mengepalkan tangan akhirnya ia bangkit penuh dendam pada sang Mama yang membwa bajingan itu, pada sang Papa yang tak pernah menjadi perisai dan dendam pada dirinya yang memilih lemah, menangis terseduh seperti pecundang.
Mata Tara memancarkan tatapan kebencian pada dunia. Memasang wajah kaku upaya agar Tara lebih kuat sebesar kebencian yang tertanam didada. Entah apa yang bisa dilakukan untuk menyingkirkan kebencian, kata maaf tidak bisa mengubah segalanya.
*****
Tara tidak lagi memiliki persembunyian, ia terlanjur membuka koneksi dengan manusia lain yang membuatnya lemah, membuatnya takut pada kematian. Bukan kematian meneimpa dirjnya melainkan menimpa orang lain disekitarnya. Seharusnya manusia-manusia yang dikirimkan Tuhan agar Tara bisa bersandar dan membagi kisahnya, sayangnya mereka asyik dengan dunia gelapnya.
Dulu sekolah adalah tempat nyaman untuk istirahat sejenak dari Takdir yang tak henti-hentinya mengolok-olok. Berkali-kali Takdir menang, mendatangkan sosok Rani di sekolah menjadi pembulli tak terkalahkan.
Bukan hanya cantik, melainkan dia kaya. Ayahnya penyumbang sekolah terbesar, wajar saja semua guru dan kepala sekolah segan terhadap Rani. Yang artinya Rani diperlakukan khusus termasuk nilai, walau sebenarnya Rani tidak terlalu pintar, karena sombong dia malah bermalas-malasan jadinya dia memilih jalan pintas. Semena-mena.
Menghindar adalah opsi terbaik mengingat Rani pasti akan meneror, masih tidak rela jika Tim berpacaran dengan Tara. Kali ini Tara memiliki alasan untuk mempertahankan Tim disisinya.
Tara duduk di bangku paling belakang, masih sepi, hening. Dia memilih tidur di atas kedua lengan dilipat. Wajahnya kacau beruntungnya dia menutupi wajah kacaunya dengan bedak dan liptint agar terlihat segar. Tidak menyedihkan.
Dalam pejamanan matanya, seseoranh menarik rambut Tara, lalu menggiring tubuh Tara ke toilet belakang sekolah. Toilet ini jarang didatangi siswa konon katanya angker. Padahal didalam terlihat bersih, penjaga sekolah selalu bersihkan seluruh toilet disekolah termasuk yang jarang dijamah siswa siswi.
Ditempat ini Tara mendapatkan pukulan, tubuhnya dibanting ke dinding dan ke lantai. Rasa sakit yang semula ia tahan pada akhirnya terucap lara dan darah yang mengalir di kepala, ujung bibir, dahi dan mulut. Sepertinya ini adalah gerbang kematian Tara selanjutnya. Ia tidak tahu rupanya banyak kematian yang ia lewatkan tapi takdir menyuruhnya untuk bertahan agar bisa tersakiti lagi, terlukai dan akhirnya takdir menang disaat aku mengeluarkan air mata dan memohon kematianku sendiri.
Saat inilah Tara memanggil "Tim! Datanglah!"
"Tim enggak bakal datang! Perek!" Teriak Rani menarik rambut Tara dan menghempaskannya ke dinding. Pada saat itu pandangan Tara menjadi buram. Seorang lelaki datang.
"Kalian gila!" Teriak Tim. Sela langsung memeluk tubuh sahabatnya. Dibelakang ada Bara yang hanya diam diambang pintu, tatapannya dingin. Jelas tatapan itu aneh, bukan simpatik melainkan memburu. Antara menunggu kematian atau turut terluka karena kejadian Tara saat ini. Semua nampak membingungkan, akhirnya Tara tak sadarkan diri.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Kematian Tara
Teen FictionAkan dijelaskan bagimana Tara telah melakukan beberapa cara untuk mengakhiri hidupnya. Sepertinya dia tak tahu bukan hanya 4 cara kematian yang sudah ia lakukan. Ternyata cara ke 5 ampuh membuatnya benar-benar menghilang, cara ke 5 itu dikenalkan ol...