Tara
Rasanya hukuman selama seminggu belajar dirumah saja sangat membosankan. Benar-benar kapok. Besok sudah waktunya kembali sekolah, walau sejujurnya aku muak pulang ke rumah dan mendapatkan serangan pertanyaan atau kenyataan yang sama.
Endingnya sama-sama menyakitkan.
"Aku enggak mau pulang." Aku menolak Tim yang akan mengantarkan pulang.
"Tapi kamu harus pulang, bukankah kamu harus ambil seragam dan buku-buku sekolah. Kamu tidak selamanya bersembunyi seperti ini." Bujuk Tim.
"Jadi kamu tidak mau lagi jadi persembunyianku." Kata-kata menyakiti diriku sendiri. Aku menyembunyikan kesedihan. Entah mengapa, beberapa hari ini aku sangat manja pada Tim setelah ilusi kematian waktu itu. Aku tidak ingin jauh dari Tim.
"Hey! Hey! Hey! Kenapa kamu jadi mendadak sedih begini. Aku hanya tidak mau kamu memberi jarak dengan kedua orang tuamu. Pergi dan bersembunyi bukan satu-satunya cara menyelesaikan masalah." Tim mendekat, kedua tangannya memegang pipi yang sudah basah, entah kapan aku menangis. Tim mencoba mengarahkan pandanganku pada mata indahnya.
"Sekalipun kamu berlari keujung dunia, aku tetap yang akan menemanimu."Aku memegang tangannya yang masih menempel di pipi, ujung ibu jarinya mengusap air mata berusaha menghentikan tangisan. Aku merasa Tim lebih mendekat hingga embusan napas hangatnya menerpa wajahku, aku terpejam.
Aku tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Penyatuan.Tim benar-benar mengecup bibir ini, tanpa permisi sebab aku terpejam tanda bahwa aku siap untuk menerima. Tetap saja aku terkejut sampai mata ini terbuka melihat bagaimana mata Tim menatapku lembut. Tanpa ada nafsu atau setan yang menguasai. Dia hanya ingin melakukan itu agar aku tahu bahwa aku miliknya dan dia milikku.
"Eheeemmm!!!" Sela datang mengejutkan.
Aku dan Tim menjauh sambil mengusap bibir masing-masing.
"Jadi ini yang kalian berdua lakukan selama disini, cukup romantis juga, aku sudah berhasil merekamnya!" Sela merekam kegiatan yang senonoh.
Aku menghampiri Sela, mencoba merampas. Gadis itu memasukkan hp ke dalam tasnya dan dipeluknya erat-erat.
Percuma saja meronta meminta bantuan pada Tim, lelaki itu hanya diam seakan mempertahankan rasa bibirku di bibirnya. Aku tersenyum sejenak, diam-diam. Sela selalu berhasil memergoki.
"Video ini jadi bukti bahwa kalian saling suka. Kalau kalian mengelak, terutama elo!" Sela menunjuk tajam kearahku. " Ini jadi bukti seorang Tara bibirnya rela dicium oleh Tim."
Dan aku bungkam.
*****
Tim dan Sela mengantarkan pulang. Sela masih tidak tahu apa yang terjadi diantara aku dan keluargaku. Aku dan Tim sepakat menyembunyikan kebenaran, dan membuat kebohongan bahwa kedua orang tuaku mau bercerai, kabur dari rumah adalah satu-satunya cara untuk menggagal perceraian. Aku sedikit menahan tawa jengkel dengan alasan klasik itu. Aku harus berpura-pura agar Sela tidak tahu betapa sadisnya takdir menyakitiku terlahir dari kedua orang tua yang bejat.
"Kita enggak disuruh masuk?" Tanya Sela.
"Jangan!" Jawab aku dan Tim serentak.
Sela melihat kami secara bergantian. Memang terasa aneh, aku tidak tahu didalam ada mama yang sedang bermain dengan lelaki lain atau tidak.
"Ada apa sih? Aku mau ngobrol sama nyokap bokap Tara agar enggak jadi cerai."
"PERCUMA!" Kali ini suara aku dan Tim semakin meninggi.
"Ihh barengan lagi ngomongnya. Jodoh udah fix!" Sela sangat mudah teralihkan.
Aku turun dari mobil, melihat tampak depan rumah. Beberapa detik terdiam lalu aku melihat rumah itu berapi. Sijago merah itu bukan berniat melahap melainkan menjadi selimut rumah itu. Mengerikan.
Pandangan ini berbalik ke mobil ada Sela dan Tim yang masih menunggu aku masuk. Beralih agar tidak melihat ilusi api, sayangnya ketika aku melihat rumah itu, api itu masih asyik menari-nari.
Disinilah aku berjalan masuk. Kehidupan sebenarnya menyambut. Rumah yang lebih mengerikan dari kematian. Aku tidak tahu ilusi ini bertahan berapa lama? Semua nampak nyata ketika aku memegangi api yang menyambutku masuk kedalam rumah.
"Apa elo yakin Tara baik-baik saja?" Tanya Sela masih heran.
"Entahlah." Tim mengemudikan mobilnya, dia mengantarkan Sela pulang sebelum akhirnya ia pulang ke rumah utama.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Kematian Tara
Teen FictionAkan dijelaskan bagimana Tara telah melakukan beberapa cara untuk mengakhiri hidupnya. Sepertinya dia tak tahu bukan hanya 4 cara kematian yang sudah ia lakukan. Ternyata cara ke 5 ampuh membuatnya benar-benar menghilang, cara ke 5 itu dikenalkan ol...