Rumah sakit

7 1 0
                                        

Setelah melakukan pemeriksaan dan beberapa jahitan memakan waktu 2 jam, akhirnya Tara dipindahkan ke ruang rawat inap. Meski begitu, orang-orang yang ada diruang tunggu, masih menunggu kabar dari Tara sebab sedari tadi ia belum sadarkan diri.

Tim, Sela dan Bara duduk, sebenarnya Tim sudah melarang Sela untuk tidak menghubungi orang tua Tara. Tim tahu betul mereka bukan jadi obat melainkan mala petaka. Bisa-bisa rasa sakit yang dialami Tara berkali-kali lipat rasanya ketika melihat orang tuanya. Sela tetaplah Sela, ia sudah menghubungi orang Tua Tara. Mereka datang dengan wajah cemas. Tim tidak tahu mereka bisa secemas itu mendengar kabar putrinya mengalami kekerasan.

"Bagaimana keadaan Tara?" Tanya Angi dan Banyu bersamaan.

"Masih belum siuman." Jawab Tim.

"Siapa yang berani melakukan ini pada Tara, aku tidak akan tinggal diam."

"Orang tua Rani memiliki kedudukan tinggi, tidak mudah untuk menjatuhkannya." Jelas Sela. Meski dirinya juga kaya, sepertinya Rani orang berbahaya. Jadi Sela ingin balas dendam, hanya saja menunggu waktu.

"Tidak peduli. Beri tahu namanya. Akan aku cari orang itu." Kata Banyu murka.

"Namanya Raden Iskandarawan, biasa dipanggil Raden, saya dengar dia tengah sibuk dengan kampanye menjadi DPR." Jawab Bara.

Terlalu sulit untuk menjatuhkannya.

"Sepertinya aku mengenalnya." Angi mengorek isi kepalanya.

"Apakah dia termasuk orang yang pernah berpesta sex denganmu?" Sindir Banyu.

Anggi memincingkan matanya, kesal dengan sindiran Banyu. Setelah mendengat itu Angi ingat, dia adalah ayah Reno. Lelaki yang semalam ia pukul kepalanya dengan botol.

"Mampus!" Desis Angi.

"Apanya?"

"Pemuda yang semalam adalah anak dari Raden." Mata Angi terbelalak.

Baru saja dibicarakan, orang yang di maksud muncul di lorong, Raden berjalan disamping Reno yang duduk di kursi roda, kepala Reno penuh perban.

Semua tatapan mengarah pada apa yang dilihat Angi.

"Pa itu orangnya!" Kata Reno melihat Angi dan Banyu yang semalam memukulinya. Dia tidak menjelaskan mengapa sampai Reno babak belur. Yang dipikiran Raden saat ini adalah membalas dendam.

"Beruntung sekali kita ketemu. Aku Raden, ayah dari Reno yang kalian pukuli." Tatapa amarah Raden terpancar.

Banyu tidak takut selama menyangkut putrinya.

"Banyu. Aku akan membalas perbuatan bejat anak-anakmu!" Banyu lebih marah, sebab kejadian semalam dan hari ini. Emosinya meningkat.

"Bukankah seharusnya saya yang harus berkata seperti itu?"

"Kamu tidak tanya apa alasan kenapa kami memukul anakmu yang bejat itu?" Angi turut membela.

"Dia hampir menodai putriku dan putri brengsekmu yang bernama Rani, juga membuli dan melakukan kekerasan pada Tara." Banyu menunjuk ruangan yang ada Tara yang masih tak sadarkan diri.

"Jangan sok suci, kalian juga manusia brengsek yang berpesta dengan orang lain. Bagaimana jika dunia tahu orang tua macam apa kalian?" Bisik Raden.

Angi tidak takut. "Koreksi! Kita lihat saja! Orang tua macam kita! Kau dan keturunanmu bejat sedangkan kami memang orang tua bejat tapi tidak mau merusak masa depan anak kami." Jelas Angi memekik. Raden menelan ludah kasar dan pergi.

"Pa! Ayo balas mereka! Mereka hampir membunuhku!" Reno meronta tak terima jika pergi tanpa perlawanan.

Banyu memegangi Angi, mereka terlihat khawatir satu sama lain. Rasa yang tidak pernah singgah. Entah sejak kapan keduanya tidak saling berpegangan dan kini mereka saling berpegangan, meyakinkan dan menguatkan.

Cara Kematian TaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang