Bab 21 Salman Al-farisi

193 27 14
                                    

Note: jangan baca di waktu-waktu sholat.

Mohon maaf sebelumnya saya sibuk untuk hasil. Alhamdulillah pekan lalu sudah hasil dan sekarang sedang mengurus untuk ujian meja. Mohon doanya yah.

🌺🌺🌺 Happy Reading 🌺🌺🌺

Tanpa banyak berkata, Pak Pratama menempatkan kursi rodanya di hadapan ketiga laki-laki yang tampak tidak asing lagi di matanya. Pak Pratama berdeham sejenak sebelum memulai pembicaraan. Setelah terlebih dahulu mempersilahkan tamunya itu untuk duduk.

"Silahkan diminum, mohon maaf cuma sajian sederhana," ujar Pak Pratama mencoba mencairkan suasana yang sedikit menegang karena perubahan rencana awal yang baru diberitahukan pada keluarga Aiza.

"Begini, Pak Faruq. Semua keputusan tergantung pada putri saya. Saya meminta waktu agar putri saya dapat berpikir karena lamaran yang berubah ini. Sebelum itu saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan yang kiranya dapat dijelaskan keluarga Pak Faruq pada kami. Yang pertama, apa alasan Nak Alif mengajukan lamaran untuk putri saya? yang kedua bisakah Nak Alif membimbing anak saya, baik secara dunianya ataupun agamanya?" ujar Pak Pratama.

Sejujurnya Pak Pratama tidak meragukan Alif. Ia yakin Alif mampu membimbing Aiza, hanya saja sebagai seorang ayah ia membutuhkan komitmen dari laki-laki itu sebelum menyerahkan putrinya. Ia ingin mendengar langsung janji Alif dengan telinganya sendiri.

Aiza adalah satu-satunya putrinya. Ia ingin Aiza mendapatkan yang terbaik.

"Kalau pertanyaan itu, biarkan Alif sendiri yang menjawabnya," ujar Pak Faruq dan melirik pada Alif.

Alif memperbaiki posisi duduknya. Ia tegakan punggung, bersiap menjawab semua pertanyaan yang diajukan pak Pratama.

"Bismillah, sebelumnya saya mengenal putri Bapak ketika ia masih menjadi Mahasiswi saya. Yang membuat saya mengajukan lamaran pada putri Bapak, karena saya melihat proses perjuangannya untuk berubah menjadi lebih baik ... Saya mencari perempuan yang mampu menemani saya berjuang melewati kehidupan dunia dengan berlandaskan pada aturan agama, karena itu saya merasa putri Bapak adalah perempuan yang tepat untuk mendampingi perjuangan saya."

Alif menunduk sejenak. "Untuk pertanyaan kedua ... Insya Allah, saya akan berusaha membimbing dan memperlakukan putri Bapak dengan berlandaskan aturan agama ... Sejatinya kata insya Allah ini adalah sebuah janji yang berat pertanggungjawabnya karena nama Allah menyertai janji itu."

"Baik saya sudah mendengar jawaban Nak Alif akan pertanyaan saya untuk keluarga Pak Faruq. Ini adalah adalah pertanyaan saya yang terkahir, apa alasan perubahan lamaran yang awalnya untuk Hafidz berubah menjadi Nak Alif?"

"Untuk pertanyaan itu, biarkan saya yang menjawabnya, karena saya sebagai orang tua dari Hafidz dan Alif," ujar Pak Faruq.

Pak Faruq pun menceritakan, peristiwa yang membuat lamaran berganti.

Sore itu ketika pulang dari kampus, Alif tampak tidak seperti biasanya. Setelah membersihkan diri, ia segera menghampiri ayahnya yang duduk di taman belakang rumah mereka.

"Pak," sapa Alif sembari menyodorkan sebuah lembaran kertas.

Sejenak Pak Faruq menatap anak laki-lakinya itu sebelum memasang kacamatanya dengan rapi. Ia mengambil kertas yang di sodorkan Alif padanya.

"Siapa ini?" tanya Pak Faruq.

"Dia mahasiswi saya dulu ... Menurut Bapak bagaimana?" ujar Alif.

"Menurut Bapak, sepertinya dia gadis baik-baik. Tetapi untuk calonmu cobalah tanyakan pendapat Ibumu. Bagaimanapun dia ratu di rumah ini. Bapak berharap wanita yang kamu bawa dapat saling bahu membahu dengan Ibumu."

Simfoni Takdir ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang