Bab 22 Ragunya Hati

157 23 12
                                    

Note: Membaca Al-Qur'an lebih utama daripada membaca cerita ini.

Terima kasih kepada orang-orang yang terus memberikan saya dukungan dan tidak meninggalkan cerita ini, kalian semua memberi saya kekuatan yang besar. Dan mohon maaf karena terbitnya harus sebulan sekali, sebab kesibukan membuat saya hanya dapat mencicil cerita ini untuk ditulis.

Waktu yang diberikan keluarga Alif pada Aiza benar-benar Aiza manfaatkan dengan baik. Mulai dari melakukan sholat istikharah, mencari informasi tentang Alif dari orang terdekat Alif, tetangga bahkan media sosialnya. Aiza sudah seperti penguntit. Namun tak ada satu hal buruk pun yang ia dengar tentang Alif kecuali kabar pernikahannya yang gagal, entah apa penyebabnya.

Tidak ada yang dapat membuat Aiza ragu dengan Alif, hanya saja setiap ia yakin akan memberikan jawaban ketakutan selalu muncul. Selalu ada rasa takut bahwa pernikahan yang akan ia jalani tidak akan bahagia. Ia akan ditinggalkan seperti ayahnya meninggalkan ibu dan dirinya dulu. Meski selalu ia tepis dengan keyakinan bahwa semua manusia memiliki takdirnya masing-masing.

Lama berpikir namun tak menemukan jawaban pasti akan rasa ragu dalam hatinya. Aiza meraih ponselnya dan menghubungi Sonia.

"Assalamu'alaikum, Sonia," sapa Aiza saat teleponnya diangkat.

"Waalaikumsallam. Kenapa, Za?"

"Hmm gini Sonia, aku ingin bertanya sama kamu," ujar Aiza dengan ragu.

"Kenap, Za? Tanya saja, kalau aku bisa bantu pasti aku bantu," kata Sonia menyadari rasa sungkan Aiza.

"Aku ingin bertanya ... Bagaimana menurutmu tentang Pak Alif?" ujar Aiza akhirnya.

"Berapa kali kamu akan tanyakan ini sama aku sih, Za? Kamu lebih tahu Pak Alif daripada aku, Za. Kamu kan anak bimbingannya Pak Alif dulu," jawab Sonia.

"Maksudku setelah aku dari kampus, apa ada sesuatu yang kau tahu dan tidak aku ketahui?"

"Aku tidak pernah mendengar aib tentang Pak Alif selain kasus seorang mahasiswi yang mengaku-ngaku jadi istrinya dan kamu tahu dengan pasti siapa mahasiswi itu," ujar Sonia telak menyinggung Aiza.

Ah, benar aib terbesar Pak Alif disebabkan oleh dirinya, pikir Aiza.

"Namun itu sama sekali tidak merubah pandanganku bahwa dia adalah sosok laki-laki yang baik," ujar Sonia selanjutnya.

Aiza menghela napas dengan berat. "Setiap kali aku yakin untuk melangkah lebih jauh, selalu datang keraguan di dalam hatiku Sonia," ujar Aiza akhirnya.

"Jika kamu memang masih ragu kenapa tidak meminta nasehat saja pada Mba Salsa?"

"Aku tidak mungkin menambah beban pikiran Mba Salsa di Palestina. Kamu tahu sendiri tujuan Mba Salsa ke sana untuk apa."

Beberapa bulan setelah meninggalnya Aris. Dokter Salsa berangkat ke Palestina untuk menjadi relawan kesehatan di tanah para Nabi itu. Wanita itu memang memiliki jiwa kepedulian yang tinggi terhadap sesama muslim. Bahkan meski ia di Palestina, sesekali ia tetap menelpon Aiza untuk mengingatkannya untuk kajian rutin. Dia benar-benar tahu bagaimana memperlakukan seseorang yang baru belajar Islam seperti Aiza.

"Kalau begitu tanyakanlah nanti pada ustadzah saat kita kajian nanti. Insya Allah dia akan memberikan saran terbaik untukmu ... Kamu tidak lupakan kalau hari ini kita kajian dan kamu pengisi kultumnya."

"Astagfirullah, aku lupa Son," ujar Aiza seketika sembari menepuk jidatnya.

Terlalu banyak memikirkan lamaran Alif membuat Aiza lupa jadwal kajian dan dia adalah pengisi kulktum untuk halaqohnya hari nanti. Untungnya ia diingatkan oleh Sonia. Yah, ia dan Sonia satu kelompok kajian. Awalnya Aiza hanya iseng mengajak Sonia untuk ikut. Ternyata ajakan sederhana itu membuat Sonia turut ikut memperdalam ilmu agama.

"Ya sudah, siap-siap gih! Nanti aku jemput. Assalamu'alaikum," ujar Sonia mematikan telepon.

"Waalaikumsallam."

~~~***~~~

Harasanya baru kemarin lamaran yang Alif ajukan untuk Aiza. Namun hati ini telah jatuh tempo waktu yang diberikan untuk Aiza memberikan jawaban.

Perlahan ia mendekati ayahnya yang sedang duduk di teras rumah. Menemani Ibu tirinya untuk berjemur, menunda penuaan tulang-tulang yang dimakan usia.

Ragu. Aiza benar-benar ragu sampai sehari yang lalu perkataan Murobbi-nya membuat perasaan ragu itu menghilang.

"Pilihlah pasangan berdasarkan 4 perkara, hartanya, keturunannya, parasnya dan Agamanya. Namun sebaik-baiknya adalah memilih berdasarkan agamanya. Jika datang laki-laki yang baik agamanya meminangmu dan hatimu memiliki kecenderungan padanya maka terimalah. Sesungguhnya menikah itu ibadah seumur hidup. Pasangan yang dipilih haruslah orang yang tidak dibenci agar ridho untuk berbakti padanya dan haruslah orang yang baik agamanya agar dapat membimbing anak dan istrinya."

Aiza duduk di kursi kosong di samping ayahnya.

"Bagaimana keputusanmu Aiza?" tanya Pak Pratama pada Aiza.

"Bismillah ... Ayah, Aiza minta tolong sampaikan pada keluarga Pak Alif bahwa Aiza menerima lamaran mereka." Wajah Aiza memerah saat mengucapkan jawabannya.

Wajah Pak Pratama tampak begitu bahagia mendengar ucapan Aiza.

"Alhamdulillah, Ayah bisa melihat pernikahanmu," ucap Pak Pratama dan menggenggam tangan Aiza.

"Ayah bicara apa sih, tentu saja Ayah harus lihat pernikahan Aiza."

"Ayah sudah semakin tua Aiza, untuk hidup pun Ayah bertahan dengan cuci darah. Melihat kamu menikah adalah impian terbesar Ayah sebelum Ayah meninggal."

Aiza menghapus air mata Ayahnya.

"Ayah tidak boleh berpikiran yang macam-macam! untuk mengarungi rumah tangga, Aiza masih butuh banyak saran dan bimbingan dari Ayah karena itu Ayah harus sehat dan terus menemani Aiza. "

Pak Pratama menangkup tangan Aiza.

"Ayah akan selalu berdoa yang terbaik untukmu, Aiza .... Ya sudah bapak telepon Pak Faruq dulu."

~~~****~~~

Alif sedang menyusun kembali buku-buku yang baru saja dipakainya mengajar ke dalam rak.

Suara ponsel membuat Alif menoleh.

"Assalamu'alaikum," ucap Alif.

"Waalaikumsallam Alif, tadi Ayah Aiza sudah menelpon Bapak. Alhamdulillah, lamaran kamu diterima."

"Alhamdulillah," ucap Alif secara spontan.

"Cepatlah pulang! Bapak sama Ibumu sudah siap-siap untuk ke rumah Aiza." ujar sang ayah dari balik telepon.

"Baik, Pak."

Alif mencari kontak di ponselnya. Kemudian mengetik pesan.

Terima kasih sudah menerima lamaran saya

Bersambung ...

Jangan lupa vote dan komen

Simfoni Takdir ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang