Bab 5 Tragedi

631 46 3
                                    

Note : Jangan dibaca di waktu-waktu sholat, jika sudah masuk waktu sholat usahakan sholat dulu sebelum membaca cerita ini.

Ingat kematian itu pasti, dan waktunya bisa saja sebelum anda selesai membaca cerita ini.

Jangan lupa vote dan komen serta kritik dan sarannya.

Jangan lupa vote dan komen serta kritik dan sarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aiza menutup pintu ruang rawat ibunya dengan pelan. Seperti biasa kehidupanya tidak pernah lepas dari rumah sakit, club malam, kampus dan beberapa tempat yang memerlukan jasanya.

Napas Aiza terhenti untuk sejenak. Dari kejauhan ia dapat melihat Aris dengan seorang wanita yang selalu berhasil memercikkan api cemburu di hati Aiza, yang lagi-lagi harus ia padamkan dengan memasang senyum kemunafikan diwajahnya.

"Aiza, kapan datang?" sapa wanita yang bernama Salsa itu.

"Satu jam yang lalu Dokter," jawab Aiza.

Dokter Salsa mengenal Aiza. cerita hidup Aiza yang mengundang empati dan pandangan kasihan dari orang-orang rumah sakit tentu bukanlah hal yang baru. Tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk membuat Dokter Obgyn seperti Dokter Salsal mengenal Aiza.

Aris dan Salsa kembali melanjutkan pembicaraan mereka dengan bahasa yang tidak Aiza mengerti. Pasangan yang serasi, pikir Aiza.

Dokter dengan Dokter. Fakta itu seolah mencubit hati Aiza, menunjukkan betapa kerdilnya ia jika dibandingkan dengan Dokter Salsa yang begitu anggun, cerdas dan mempesona.

Apalagi image Aris dan Salsa yang dikenal sebagai dokter Sholeh dan sholehah yang merupakan pasangan idaman para perawat rumah sakit. Sedangkan Aiza, baginya Tuhan pun masih abu-abu.

Sangat tidak tahu diri jika Aiza bersaing dengan wanita itu. Mengingat gosip Dokter Salsa menaruh perhatian pada Dokter Aris sudah terdengar ke telinganya. Meski wanita itu memilih diam dan memendam perasaannya, yah cinta dalam diam. Namun tidak sedikit perawat ataupun dokter rumah sakit yang membicarakan bahkan mendoakan pasangan idaman itu.

"Tadi bahas apa Dok? Serius banget," tanya Aiza basa basi. Dokter Salsa baru saja meninggalkan mereka.

"Ada pasien hamil yang harus melakukan operasi, kami sedang membahas tentang keadaan pasien dan dosis obat bius yang tidak akan membahayakan ibu dan janin." Aiza hanya mengangguk pura-pura mengerti.

"Tidak ke kampus Ai?" tanya Aris.

"Tidak Dok, Dosennya tidak jadi masuk."

Aiza berbohong. Alif, Dosen killer-nya itu pasti masuk hanya saja hari ini ia memang sengaja tidak ke kampus. Aiza masih merasa sakit hati dengan pengusiran Alif pekan lalu. Yah, setidaknya ia harus memanfaatkan kebijakan universitas yang mengizinkan mahasiswanya absen untuk tiga kali pertemuan, pikir Aisa.

"Mau makan siang bersama, Dok?" tanya Aiza.

Menggiurkan.

Aris menelan ludahnya, menghabiskan waktu bersama Aiza terasa begitu menggoda bagi Aris. Namun tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang bukan mahram kecuali yang ketiganya adalah setan.

"Ada operasi yang harus saya lakukan nanti, mungkin lain kali yah Ai," ucap Aris menolak dengan halus.

Ketika keinginan untuk menghabiskan waktu bersama Aiza Aris turuti, maka akan ada keinginan untuk mendapatkan lebih yang menyertainya. Iblis akan terus menggoda manusia dari arah mana saja hingga manusia jatuh dalam dosa.

Fakta bahwa Aiza adalah celah terbesar dalam keimanan Aris tentu bukanlah rahasia bagi iblis dan bala tentaranya. Ia tidak ingin terus terperdaya.

Seorang penghafal Al-Qur'an yang Masyur dapat jatuh dalam zina dan memilih untuk murtad hanya karena seorang wanita. Apalagi Aris laki-laki dengan keimanan biasa yang sedang tertatih dalam hijrahnya. Lebih baik ia menghindar setidaknya sampai ia dapat menstabilkan kembali perasaannya.

~~~***~~~

Jam menunjukkan pukul empat subuh sesekali Aiza menoleh ke arah belakang, entah kenapa beberapa orang laki-laki terus mengikutinya sejak ia keluar dari pintu belakang club yang biasa digunakan pekerja club agar tidak mengganggu tamu, yang seolah tidak ada habisnya.

Semakin lama orang-orang itu semakin mendekati Aiza. Aiza memutuskan untuk berlari, seketika orang-orang berbadan besar dengan jaket kulit itu mengejar Aiza.

Aiza memutuskan untuk bersembunyi di dekat tong sampah. Ia menutup mulutnya agar tidak terdengar suara napasnya yang memburu karena rasa takut dan cemas yang ia rasakan.

"Mati kita, jika tidak menemukannya. Bos pasti akan marah," ucap salah satu dari orang-orang itu.

"Bos bukanlah orang pemaaf, bisa kau bayangkan wanita itu hanya menolak Bos untuk menemaninya minum dan Bos mencarinya. Apalagi kita yang gagal melakukan tugas. Aku belum siap kehilangan kepalaku," ujar salah satunya.

Mata Aiza membulat ingatannya berputar pada kejadian beberapa hari lalu saat dia menolak menemani laki-laki tua bangka dan menyiramnya dengan alkohol karena meraba tubuhnya.

Aiza berteriak dan sontak berdiri ketika melihat tikus berjalan kebawah kakinya. Mahluk kecil itu menghancurkan rencana persembunyian Aiza.

Seketika tatapan orang-orang itu tertuju pada Aiza. Menatap Aiza dengan tatapan mengerikan seolah akan memakan Aiza hidup-hidup.

"Mau kemana?" tanya salah satunya dengan nada yang mengerikan.

Aiza seketika berlari dengan panik, hingga tanpa sadar menyebrangi jalan dengan terburu-buru dan seketika itu sebuah mobil berjalan dengan cepat ke arah Aiza. Aiza dapat melihat cahaya mobil itu menyorot wajahnya. Aiza menutup matanya, menunggu ajal yang ada di depan matanya. Beberapa detik menunggu tidak ada yang Aiza rasakan.

"Berhenti kau," suara teriakan terdengar dari orang-orang yang mengejar Aiza.

Tanpa menoleh, dengan panik Aiza memutuskan berlari menjauhi mobil yang hampir menabraknya, menyelamatkan diri. Satu-satunya yang terpikir dalam otaknya hanyalah berlari sejauh mungkin dari orang-orang yang mengejarnya.

Sayang perbedaan stamina antara wanita dan laki-laki membuat orang-orang itu mampu mengejar Aiza.

"Mau kemana cantik?" kata salah seorang dari mereka dengan nada menggoda yang menjijikkan setelah berhasil menyudutkan posisi Aisa dalam gang sempit.

"Jangan sentuh aku, pergi kau."

Aiza mengayunkan tasnya ke segala arah, berharap ada salah satu dari laki-laki itu yang akan mendapatkan hantaman. Namun usahanya sia-sia, mereka justru menghempaskan tas Aiza dengan mudah dan menangkap tangannya, membaringkan Aiza di atas jalan beraspal.

Air mata Aiza mengalir saat beberapa laki-laki hidung belang itu merobek pakaian Aiza hingga menampakan beberapa bagian tubuhnya. Aiza tak mampu membuka matanya, yang ia dapat lakukan hanyalah menangis ketika pelecehan itu ia dapatkan.

Semua terjadi begitu cepat, suara tembakan terdengar ditelinga Aiza tak lama kemudian ia merasakan sebuah jaket melingkupi tubuhnya, saat itulah Aiza membuka matanya yang penuh air mata dan mendapati seorang laki-laki yang tidak asing baginya, untuk pertama kalinya ia bersyukur melihat laki-laki itu.

Alif.

Aiza menangis dengan keras, antara rasa syukur dan rasa malu. Ia bersyukur Alif menyelamatkannya, namun ia malu harus bertemu laki-laki itu dalam kondisi yang memalukan.

Ada satu hal yang tidak Aiza sadari, ada kilatan amarah dari mata Alif ketika melihat kondisi Aiza.

Bersambung ....

Jangan lupa vote dan komen serta kritik dan sarannya, biar yang tulis juga semangat.

Simfoni Takdir ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang