Bab 24 Selesai Akad

314 24 8
                                    


Setelah menjadi imam sholat dadakan sesuai keinginan Ibu mertuanya. Yang hasilnya sudah dapat di tebak, Aiza hanya membaca surah-surah di juz tiga puluh untuk menghindari kesalahan. Yah meski pada akhirnya dia tetap melakukan sedikit kesalahan.

Akhirnya di sinilah Aiza-di dapur dengan Bik Sri Dan Ibu Ana. Mereka memasak beberapa menu makanan makan malam keluarga.

Setelah pernikahan selesai. Keluarga besar Alif tidak langsung pulang kecuali Hafidz dan sanak saudara termasuk Sepupu Alif, wanita hamil yang pernah Aiza lihat  bersama Alif di depan ruangan Dokter Salsa. Sepupu sekaligus saudara sepersusuan Alif dan Hafidz. Wanita yang sudah membuat Aiza terbakar cemburu saat itu.

Aiza merasa malu jika mengingat rasa cemburu tak jelas yang ia rasakan saat itu. Apalagi ketika Aiza menanyakan perihal wanita itu pada Alif saat mereka ta'aruf. Alif sama sekali tidak menyembunyikan senyum saat menjelaskan terkait kesalahpahaman Aiza.

"Bik, sambalnya nggak usah pakai terasi yah! Mas Alif alergi udang," kata Aiza saat melihat Bik Sri yang hampir mengulek terasi.

Ibu Ana tersenyum mendengar perkataan Aiza.

"Iya, Non," ujar Bik Darsih

"Kamu sudah hafal to alerginya Alif?" ujar Ibu Ana dengan nda bertanya.

"Iya, Bu. Itu yang paling saya hafal soalnya kalau alergi kan bahaya untuk Mas Alif," jawab Aiza.

"Panggilan untuk Alif pun sudah berubah," tutur Ibu Ana menimpali.

"Iya, Bu. Mas Alif kurang suka di Pak, katanya kedengaran tua," kata Aiza sembari tertawa kecil.

Ibu Ana ikut tertawa sembari menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Aiza

"Memang anak itu. Padahal memang sudah tua, makannya dulu Ibu suruh cepat-cepat lamaran."

Perkataan Ibu Ana membuat Aiza mengingat lamaran Alif yang tidak jadi berlanjut ke jenjang pernikahan. Ia masih penasaran dengan hal itu. Namun ia tidak berani bertanya bertanya.

"Hmm, maaf Bu, jika tidak keberatan ada yang ingin Aiza tanyakan."

"Tanyakan saja, Nak. Jangan merasa sungkan pada Ibu."

"Terima kasih, Buk ... Seperti yang ibu tahu, saya dulu mahasiswinya Mas Alif. Dulu saya sempat mendengar Pak Alif sudah lamaran dan perempuan itu mereka lamaran Mas Alif ... Saya cuma ingin tahu Bu, apa yang membuat lamaran itu tidak ke jenjang pernikahan? Saya tidak enak untuk menanyakan perkara ini pada Mas Alif."

Terdengar helaan napas dari Ibu Ana.

"Memang benar dulu Alif sudah pernah melamar seorang perempuan dan lamaran itu pun diterima.  Hanya saja entah bagaimana, dua minggu sebelum pernikahan wanita itu mundur dan Alif menerima itu. Kami pun tidak ingin memaksa," jawab Ibu Ana.

Aiza yang mendengar penuturan Ibu Ana hanya mengangguk. Ia sebenarnya tidak habis pikir apa yang membuat perempuan itu mundur. Mengingat dulu saat Aiza menghadiri seminar yang mana wanita itu adalah pematerinya. Wanita itu tampak sholehah. Sosok perempuan yang tak mungkin menolak laki-laki sholeh.

Namun manusia telah ditakdirkan berpasang-pasangan. Meski saling cinta jika bukan jodoh tetap saja akhirnya tak akan bersama dan meski tak pernah saling menyapa bahkan terpisah samudera tetapi jika ditakdirkan berjodoh akan selalu ada jalan untuk bersatu. Jodoh memang misteri.

"Tapi ibu haram kamu tidak kepikiran dengan itu. Sekarang kamu adalah istri Alif, wanita yang dia pilih," lanjut Ibu An ketika melihat Aiza melamun.

"Iya Bu, Aiza mengerti," kata Aiza menenangkan ke khawatiran Ibu mertuanya.

Aiza tak akan cemburu dengan masa lalu Alif. Toh, sekarang ia yang menjadi istri Alif. Aiza hanya penasaran yang membuat Alif tidak jadi menikah dulu.

Simfoni Takdir ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang