Bab 7 Usai Sudah

524 38 2
                                    

Note: jangan lupa membaca Al-Qur'an dulu baru baca cerita ini dan jangan dibaca di waktu-waktu sholat.

Aiza keluar dari ruang rapat dengan perasaan lega karena dapat mencegah pemberhentian pak Alif sebagai Dosen yang disebabkan kasus tindakan asusila yang dituduhkan orang-orang padanya. Setidaknya ia bisa memberikan sedikit bantuan untuk orang yang telah menolongnya.

"Tidak seharusnya kamu berbohong di awal," ujar Alif dengan tatapan tak suka pada Aiza saat mereka berdua berjalan berdampingan ketika keluar dari ruang rapat.

Aiza mengarahkan pandangannya pada Alif. Alisnya berkerut, ia tidak mengerti mengapa laki-laki angkuh ini memberikan pandangan ketus padanya. Sedangkan Aiza telah membantunya, seharusnya laki-laki itu berterima kasih padanya.

"Saya hanya berniat untuk menolong Bapak."

"Tapi tidak seharusnya kamu berbohong di awal," ucap Alif memperjelas.

Alis Aiza mengkerut. "Saya hanya ingin membantu Bapak."

"Saya tidak butuh bantuanmu. Kamu sama sekali tidak tahu dampak seperti apa yang kamu timbulkan karena kebohonganmu," ucap Alif mulai emosi.

Ucapan Alif membuat emosi Aiza terpancing saat itu juga.

"Saya ...."

Sering ponsel Aiza menghentikan sumpah serapah yang siap ia lontarkan pada Dosen tampannya itu. Ia segera mengangkat telepon saat melihat nomor Aris tertera di layar ponselnya.

"Halo, ada apa, Dok?"

"Aiza, aku harap kamu dapat tenang. Segeralah ke rumah sakit! Kondisi ibumu menurun."

Gurat kemarahan di wajah Aiza menghilang. Raut wajahnya seketika berubah pucat. Tidak, cukup ayahnya yang pergi, ia tidak ingin ibunya meninggalkannya juga.

Tanpa menghiraukan Alif yang sejak tadi memperhatikan perubahan sikap dan raut wajahnya. Aiza berlari meninggalkan laki-laki itu, baginya saat ini yang terpenting adalah ibunya masalahnya dengan Alif bisa mereka selesaikan lain kali. Saat ini ibunya membutuhkannya.

Alif mengucapkan banyak Istighfar melihat tingkah Aiza. Sejenak Alif memandang punggung Aiza yang semakin menjauh. Sebelum akhirnya Ia memutuskan mengikuti mahasiswinya itu.

~~~***~~~

Aiza berlari menyusuri koridor rumah sakit. Perasaannya begitu kalut, dokter mengabarinya bahwa kondisi ibunya menurun.

Aiza membuka pintu ruang rawat ibunya. Pandangan Aiza melihat beside monitor yang tampak lurus. Beberapa perawat memasang defibrilator.

Seorang perawat tampak mengoleskan gell konduksi di atas lead. Dokter meratakan gell yang telah dioles dengan menyatukan lead. Dokter mengucapkan beberapa instruksi.

"Iam clear."

"You clear."

"Everybody clear."

"Shock."

Beberapa kali Dokter melakukan shock untuk mengembalikan denyut jantung wanita paruh baya itu. Namun, tidak ada perubahan berarti yang terjadi pada ibunya.

Beberapa menit berlalu. Perasaan Aiza semakin tidak menentu, air mata Aiza terus mengalir saat melihat ibunya yang tidak berdaya. Suara bedside monitor yang menampakkan garis lurus seketika membuat Aisa roboh dan menangis dengan kencang.

Dokter tampak membuka mata ibunya, melihat pupil wanita tua itu. Dokter itu menggeleng dan beberapa perawat dalam ruangan itu menunduk, menandakan betapa dalamnya duka yang mereka rasakan. Mereka semua tahu kisah Aiza, bagaimana perjuangan gadis itu agar ibunya dapat bertahan hidup.

Simfoni Takdir ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang