Note: jangan dibaca di waktu-waktu sholat. Jika belum sholat sebaiknya sholat dulu baru membaca cerita ini.
Simfoni Takdir ada di YouTube :
~~~***~~~
"Aku rasa, aku sudah gila," gumam Aiza saat menyadari apa yang ia ucapkan beberapa saat yang lalu.
Aris memandang Aiza dengan sendu. Di cengkeramnya kedua bahu wanita itu.
"Aiza, lupakanlah semua yang pernah terjadi di antara kita. Aku akan menikah, Aiza."
Petir seolah menyambar di kepala Aiza. Hatinya yang hancur baru saja ditaburi garam. Menambah perih luka yang belum sembuh.
"Masuklah ke dalam mobil. Kita pulang ke rumah, Ayah"
Seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Tubuh Aiza bergerak Masuk ke dalam mobil.
Aris memasang sabuk pengaman pada Aiza saat melihat gadis itu hanya terbengong dengan tatapan kosong. Setelahnya barulah ia menghidupkan mesin mobil dan meninggalkan klub malam tempat Aiza bekerja.
~~~***~~~
Aiza memandangi Aris yang menuntun ayahnya masuk ke dalam mobil. Beberapa saat setelah itu mobil mulai melaju meninggalkan halaman rumah. Mereka akan ke rumah sakit untuk check up, itulah yang Aiza dengar saat di meja makan.
Pagi ini saat Aiza muncul di meja makan, dapat ia lihat raut wajah ayahnya yang tampak terkejut. Namun secepat kilat berganti menjadi pancaran bahagia. Berbagai cerita sewaktu ia bayi laki-laki paruh baya itu ceritakan namun hanya di tanggapi dengan dingin oleh Aiza.
"Hanya ingatan itu yang bisa kau ingat sebelum membuangku." Tepat sasaran, laki-laki itu terdiam.
Aiza sengaja mengucapkan kata-kata kejam itu. Ia benci kebahagiaan di mata laki-laki itu. Setiap kali senyum bahagianya mengingatkan Aiza akan penderitaan yang harus ditanggung ibunya.
Berbagai rencana berputar di otak Aiza. Ia sudah memutuskan, akan membuat laki-laki tua bangka dan istrinya itu menderita di hari tua merekah.
Kebencian di hati Aiza telah mendarah daging. Cintanya pada Aris pun tidak mampu memadamkan api dendam yang ia semai nyalanya sejak belia.
Ketukan pintu membuat Aiza menoleh. "Non .... Non," panggil Bik Darsih, pembantu rumah tangga Aris dengan panik. "Ibu Non, Ibu mau bunuh diri." Lanjut wanita paru baya itu.
Aiza segera berlari. Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya, kenapa bisa wanita itu ingin mati. Apa wanita itu tidak suka keberadaannya di rumah ini? Inikah bentuk protes yang wanita itu lakukan. Tidak, ia tidak akan membiarkan wanita itu mati sebelum ia merasakan hukuman dari dirinya.
~~~***~~~
Dapur tampak begitu berantakan. Barang-barang berhamburan kemana-mana. Pecahan beling berserakan. Mata Aiza liar mencari, keberadaan Ibu Aris. Ia tidak ingin terlambat menyelamatkan wanita itu.
Matanya membulat sempurna, kenangan tentang ibunya muncul bagai kaset rusak saat melihat genangan darah mengelilingi Ibu Aris. Pergelangan wanita itu tampak teriris sama seperti keadaan ibunya dulu.
Teriakan Aiza tidak dapat terhindarkan. Spontan ketakutan itu kembali datang membuatnya terjatuh ke lantai dengan pandangan kosong.
"Ya Allah, Non ... Non," tepukan Bikin darsih di pipinya membuat kesadaran Aiza kembali.
"Bik ..."
"Kita bawa Ibu ke rumah sakit, Non."
~~~**~~~
Aiza menggigit kukunya. Lagi ia mengalami hal yang sama. Menunggu kabar seorang wanita yang bunuh diri di depan ruang UGD. Hentakan sepatu yang terburu-buru membuat Aiza menoleh. Ia bangkit dari kursinya dan berhamburan memeluk laki-laki itu.
"Ibumu ... Ibumu ..." Napas Aiza tersengal-sengal untuk mengatakan apa yang terjadi.
"Sudah ... Tidak perlu diceritakan kalau tidak bisa," ucap Aris menenangkan Aiza.
Dari belakang Aris. Pak Pratama yang di dorong Agus memandangi interaksi aneh antara kedua anaknya itu. Kesadaran menghantam laki-laki tua itu. Rupanya dosa masa lalu meninggalkan anak perempuannya itu berbuah cinta terlarang.
Pak Pratama menutup matanya, menyesali apa yang ia lakukan dahulu. Ya Allah, inikah dosa yang harus ia tanggung karena mengatasnamakan agama untuk ke egoisannya dulu? Pikir Pak Pramata.
"Aris ... Aiza." Pelukan keduanya seketika terlepas.
Aris menyadari, kesalahan apa yang telah ia lakukan. Meski Aiza adalah adiknya dari ayah yang sama. Tetap saja dalam Islam ada batasan interaksi antara keduanya karena adanya perasaan di hati mereka bisa saja sentuhan itu menimbulkan syahwat. Seandainya tidak ada perasaan di hatinya untuk Aiza maka tentu menenangkan gadis itu bukanlah masalah. Meski Aris anak hasil zina dan tidak memiliki ikatan nasab dengan Aiza tapi tetap memiliki ikatan Mahrom.
Aris sadar ia telah lalai. Melihat Aiza yang penuh air mata dengan ketakutan yang terpancar dari matanya membuatnya lepas kendali. Cinta yang coba ia kubur muncul ke permukaan begitu saja. Melemahkan pertahanan yang beberapa hari ini ia bangun.
Ya Allah, aku sungguh takut pada azabmu, pikir Aris.
Seorang dokter keluar dari ruang UGD. Aris segera menghampirinya, menanyakan bagaimana keadaan ibunya.
"Semua baik-baik saja, luka di pergelangan tangannya tidak dalam. Setelah dipindahkan ke ruang inap kalian bisa melihatnya."
Hembusan napas lega Aris dapat Aiza dengar. Ia tampak begitu menyayangi ibunya terlepas bagaimana pun masa lalu wanita yang telah melahirkannya itu.
Melihat reaksi Aris ketika melihat ibunya membuat Aiza sadar, menyakiti wanita itu artinya menyakiti Aris juga.
Aris menoleh pada Aiza. "Kau pasti terkejut?" tanya Aris, namun tidak di jawab oleh Aiza.
"Sejak beberapa tahun lalu, kesehatan Ibu mulai menurun. Rupanya selama ini ia menyimpan rasa bersalah untuk Ibumu. Itulah yang membuat kesehatannya menurun dan membuat ia banyak berhalusinasi. Besok mungkin kamu akan melihatnya tampak sehat tapi ia terkurung di dunianya sendiri dan beberapa bulan setelah hari ini mungkin ia akan melakukan hal yang sama, entah apa yang akan ia gunakan untuk melukai diri."
Shock. Itulah yang Aiza rasakan. Wanita itu dan ibunya sama. Matanya menatap ruang UGD dengan tatapan benci. Kau, kau tidak seharusnya sakit. Kau tidak seharusnya menderita, agar aku dapat memberimu penderitaan. Sekarang, bagaimana aku menghukummu? ucap Aiza dalam hatinya.
Bersambung ....
Penjelasan lanjut. Memeluk adik sendiri itu tidak masalah. Tidak dilarang selama sentuhan tersebut tidak menimbulkan hasrat. Hal ini berdasarkan kisah bahwa Rasulullah pernah mencium kening putrinya.
Meski Aris anak diluar nikah tapi dia tetap Mahrom bagi Aiza. Jadi sah-sah saja dia peluk Aiza cuman kan konteksnya disini mereka ada perasaan jadi seharusnya hindari sentuhan yang dapat membangkitkan syahwat.
Menurut pendapat ulama lain seperti ulama hanafiyah, imam Ahmad, imam Hambali dan jumhur ulama berpendapat bahwa anak hasil zina tersebut meski secara syar'i tidak memiliki hubungan nasab tetap tidak boleh dinikahi oleh ayah biologisnya (termaksud saudaranya yang lain) karena ada hubungan juz'iyah, sehingga tetap ada hubungan Mahrom diantara mereka.
Menurut mahzab Syafi'i bahwa anak hasil zina itu dinasabkan ke ibunya sehingga terputuslah semua hubungan nasab yang ada antara anak hasil zina tersebut. Bahkan seorang ayah dapat menikahi anak perempuan hasil zinanya karena tidak adanya nasab secara syar'i.
Saya ikut pendapat yang mana?
Saya ikut pendapat jumhur ulama. Karena sumber hukum itu ada 3.
1. Al-Qur'an
2. As-sunah
3. Ijtima Ulama

KAMU SEDANG MEMBACA
Simfoni Takdir ✅
EspiritualCerita The End (chapter masih lengkap) Terbuang dan ditinggalkan oleh sang Ayah membuat Aiza harus mencicipi pahitnya dunia malam demi membiayai ibunya yang koma di rumah sakit. Berbagai kejadian membuat ia dipertemukan dengan sosok yang tidak terd...