𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐬

226 42 65
                                    

“Apa ada sesuatu yang buruk terjadi disini?” Tanya Seokjin hati-hati.

Byulyi menggelengkan kepalanya.

“Ani. Sudah kukatakan aku hanya tak suka berada disini” Tegas Byulyi.

Seokjin mengangguk mengerti, namun dia masih seperti belum puas dengan jawaban Byulyi itu.

“Lalu bagaimana perasaanmu setelah menceritakannya padaku?” Seokjin kembali melemparkan pertanyaannya pada Byulyi.

“Tidak ada yang berbeda” Jawab Byulyi singkat.

“Sh, bagaimana kalau kau ikut aku sebentar” Ajak pria itu kemudian bangun dari duduknya.

“Kemana?”

Ka ja”

Byulyi memandang Seokjin dengan jengkel. Pria itu selalu seperti ini, mengajaknya pergi tapi tak pernah memberi tahu ingin kemana. Pengalaman terakhirnya, Byulyi harus berakhir dilingkungan asing tempat anak-anak kecil yang tak dikenalnya. Wanita itu dengan terpaksa mengikuti Seokjin dari belakang dengan muka masam, sekaligus sedang menerka-nerka kemana pria itu akan membawanya kali ini.

“Masuklah” Ajak Seokjin.

Mereka sampai pada sebuah auditorium di rumah sakit milik ayah Seokjin itu. Tempatnya sama seperti auditorium pada umumnya, dengan banyak kursi yang tersusun rapi seperti didalam gedung bioskop. Byulyi melangkah perlahan kedalam ruangan itu sambil mengikuti Seokjin dari belakang.

Ruangan itu sepi, gelap dan sedikit menyeramkan sebenarnya, tapi semua itu bukanlah masalah bagi Byulyi. Inderanya tidak tajam karena wanita itu terlalu cuek dengan keadaan sekitarnya. Bahkan jika melihat hantu sekalipun, bisa dipastikan Byulyi hanya menatapnya dengan tatapan tajam. Atau kalau dia sedang kumat, arwah yang malang itu harus menerima kenyataan pahit diumpati oleh manusia tak punya hati seperti Byulyi.

Seokjin menekan sakelar lampu hingga seluruh ruangan yang tadinya gelap dan menyeramkan itu menjadi terang seketika.

“Silahkan duduk” Suruh Seokjin sambil menunjuk salah satu dari beberapa banyak kursi yang kosong.

Pria itu naik keatas panggung, kemudian menyetel sesuatu hingga sebuah video muncul di layar proyektor. Seokjin mematikan kembali lampunya hingga seluruh ruangan menjadi gelap seperti semula dan hanya meninggalkan sinar dari layar proyektor tersebut sebagai sumber pencahayaan.

Seokjin menghampiri Byulyi, kemudian duduk tepat disebelahnya.

“Kemarikan tanganmu” Perintah Seokjin sambil menyodorkan telapak tangan kirinya kehadapan Byulyi.

“Mwoya?” Tanya Byulyi tidak senang.

“Tanganmu” Balas Seokjin sambil melirik tangan kanan Byulyi.

“Sirheo” Tolak Byulyi cepat.

Untuk apa Seokjin menyuruh Byulyi meletakkan tangannya diatas tangan pria itu. Apa dia sedang mencari kesempatan dalam kesempitan? Ditambah lagi dengan situasi yang terbilang gelap saat ini. Bagaimana jika dia melakukan sesuatu yang tidak-tidak pada Byulyi? Seketika wanita itu menggerutu dalam hati sampai akhirnya Seokjin sendiri yang menarik tangan Byulyi dan memegangnya.

Dengan refleks wanita itu melirik ke sebelah kanan sehingga pandangan matanya secara tidak sengaja berhenti pada kedua mata Seokjin yang juga sedang meliriknya. Dengan masih saling bertatapan, Seokjin menyelipkan jarinya diantara jemari Byulyi, kemudian pria itu menggenggamnya.

“Ya!” Protes Byulyi sambil berusaha melepaskan tangannya.

“Lihat kedepan” Perintah Seokjin pada Byulyi, tanpa melepas genggamannya.

Sociopath [Jin X Moonbyul] (Complete) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang