𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚 𝐏𝐮𝐥𝐮𝐡 𝐓𝐮𝐣𝐮𝐡

264 42 96
                                    

“Moon Byulyi-ssi. Biarkan aku memperjelas semuanya” Ucap Naeun licik. “Ibumu mati karenamu” Sambungnya dengan tatapan tajam.

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Naeun tersenyum puas sambil terus melirik Byulyi kemudian pergi begitu saja meninggalkan wanita yang masih mematung diposisinya itu. 

“Anindwae” Lirihnya dalam hati.

Sedetik kemudian badan Byulyi terjatuh ketanah karena kakinya tak bisa lagi menumpu badannya. Isak tangis melesat dari bibir Byulyi, disertai dengan derasnya air mata yang terus bercucuran tak henti. Wanita itu menepuk kasar dadanya, berharap segala sesak yang dialaminya segera berlalu. Tapi Byulyi tidak cukup kuat untuk mengontrol dirinya sendiri. Bibirnya bergetar, begitu juga dengan seluruh badannya. Wanita itu menguatkan dirinya untuk berdiri dan masuk kedalam rumahnya dengan bersusah payah, hingga dia berhasil tiba didalam kamar.

Byulyi menangis sejadi-jadinya sambil berpegangan pada meja rias disebelahnya.

“Itu bukan salahku” Lirihnya disela tangisan.

Matanya yang tadinya sayu kini berubah menjadi tajam, dengan kilatan amarah yang terpancar jelas dari sana. Seperti sedang dirasuki oleh kekuatan yang jahat, Byulyi bediri tegak dan berusaha mencari sesuatu didalam raci meja riasnya. Wanita itu melihat sebuah gunting tajam didalam sana dan dengan cepat dia meraihnya.

Byulyi mengarahkan sisi yang tajam kearah pergelangan tangannya, namun gerakannya berhenti begitu saja. Raut wajahnya berubah menjadi sedih, sampai air mata kembali keluar dari kedua ujung matanya.

Tangisnya pecah karena dia tak sanggup melakukan hal itu- melukai dirinya sendiri.

Byulyi melampar gunting itu dengan kasar ke lantai. Wanita itu mendekati meja rias dan mencampakkan benda apapun yang ada diatas sana seperti orang yang sedang kehilangan akalnya.

Prang!”

“Prang!”

Suara pecahan botol parfum terdengar nyaring bersama dengan serpihan-serpihan kaca yang sudah berserakan dilantai. Kamarnya saat ini berantakan, dengan benda-benda kecil yang sudah berceceran dilantai karena amukannya itu.

Byulyi terus menangis, seperti tak ada waktu lagi untuk berhenti. Dia bersandar disudut kamarnya dengan keadaan yang begitu berantakan sekarang. Tatapan matanya memandang lurus kedepan tetapi guratan kesedihan terpatri dengan sangat jelas. Bahkan hingga menit ke sepuluh pun dia tetap bertahan pada posisinya sambil terus menangis.

Sampai tiba-tiba pintu kamar Byulyi terbuka disertai dengan pekikan seorang wanita setelahnya.

“Byul-ah apa yang terjadi?!” Seru Yongsun panik karena melihat benda-benda yang berserakan di lantai.

Wheein yang berada dibelakang Yongsun itu juga menjadi sama paniknya. Mereka hendak menghampiri Byulyi, tetapi Byulyi menahannya.

“Ka” Ucap Byulyi pelan tanpa menoleh kearah Yongsun dan Wheein.

“Byul-ah...” Panggil Yongsun menahan tangis.

“Ka ragu!” Kali ini Byulyi berteriak sekuat tenaganya sambil terus menangis.

Mata Yongsun tertuju pada gunting tajam yang tegelatak dilantai, kemudian wanita itu segera memungutnya. Yongsun dan Wheein juga membersihkan pecahan-pecahan kaca bekas botol parfum yang berhamburan dilantai agar Byulyi tak melukai dirinya dengan benda itu.

“Jebal, ka” Lirih Byulyi setelahnya.

Yongsun dan Wheein segera keluar dari kamar Byulyi dengan begitu panik. Sejak beberapa tahun yang lalu, Byulyi tak pernah lagi bertindak seperti ini. Apa ini semua ada hubungannya dengan sesi hipnoterapi yang diberikan dokter Seokjin? Byulyi juga ingin melompat dari atas gedung kemarin malam walaupun dia menyangkalnya. Apa keadaannya semakin memburuk sekarang?

Sociopath [Jin X Moonbyul] (Complete) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang