𝐊𝐞𝐝𝐞𝐥𝐚𝐩𝐚𝐧

243 41 83
                                    

"Kalau begitu mari bersahabat. Atau jika mau, kau boleh menganggapku sebagai kekasihmu."

"Ah, jangan salah paham. Pasien-pasienku yang lain juga sering menganggapku sebagai suami mereka" Lanjut Seokjin santai.

"Apa kau kira aku ini sakit jiwa sampai tak bisa membedakan mana kenyataan dan mana tidak, lalu menganggapmu sebagai kekasih atau suamiku juga?" Kali ini Byulyi benar-benar memandang Seokjin dengan ekspresi dongkol.

"Aku hanya memberimu pilihan. Karena menangani pasien pengidap gangguan mental tak semudah menangani pasien yang mengidap penyakit lainnya. Termasuk ketika aku menanganimu saat ini. Bisakah kau membantuku meringankan nya dengan cara ikuti saja instruksiku?" Kali ini Seokjin menurunkan nadanya, dan berbicara dengan lembut pada Byulyi.

"Geurae. Katakan padaku setelah ini apa?" Tanya Byulyi masih dengan nada kesalnya.

"Besok pagi tolong datang kerumah sakit untuk melakukan psikoterapi pertamamu" Pesan Seokjin.

"Tidak bisa. Aku harus bekerja besok pagi" Jawab Byulyi cepat.

"Baiklah kalau begitu, mari bertemu setelah kejaanmu selesai besok"

Byulyi memandang Seokjin dengan tatapan tak percaya. Wanita itu agaknya tampak menyesal karena telah 'memberi hati' pada Seokjin. Byulyi kira dengan alasannya pergi bekerja besok akan membuatnya bebas dari jadwal terapi itu, namun kenyataanya Seokjin tetap pada pendiriannya untuk bertemu setelah Byulyi selesai bekerja.

Tanpa sepatah katapun, dengan kasar wanita itu melangkah kedalam kamar dan menutup pintunya dengan keras. Seokjin terdiam diposisinya, namun kedua ujung bibirnya bergerak melebar. Setelahnya pria itu memutuskan untuk segera turun dan pergi dari kediaman Byulyi.

Satu jam berlalu, bibi Hwang memutuskan untuk pulang karena pekerjaannya sudah selesai dan rumah Byulyi terlihat sangat bersih sekarang. Sepeninggal wanita itu, seorang pria yang lain datang kerumah Byulyi. Pria tampan itu langsung memencet bell dan menunggu pintu itu dibukakan untuknya.

Dari depan monitor disamping pintu, Byulyi bisa melihat Yoongi sedang berdiri dibalik pintu dengan sebuah paper bag besar ditangan kirinya.

"Aish apakah rumahku ini adalah taman hiburan? Mengapa semua orang datang kemari sejak tadi" Gerutu Byulyi jengkel.

Bagaimana tidak, sejak pagi tadi rumahnya sudah didatangi oleh tim produksi, bibi Hwang, dokter Seokjin, dan sekarang Yoongi. Mengapa pula pria itu kembali kesini? Apa dia tidak punya kerjaan lain? Seketika Byulyi mengumpati nasib buruknya hari ini.

Setelah membiarkan Yoongi menunggu selama hampir lima menit, Byulyi akhirnya membuka pintunya dengan terpaksa.

"Annyeong haseyo, Byulyi-ah" Sapa Yoongi ramah.

Byulyi tersenyum tipis, namun sorot datar matanya sudah memancarkan aura tidak senang.

"Bolehkah aku masuk?" Tanya Yoongi setelah sadar sejak tadi Byulyi belum mempersilahkannya masuk.

Sebelum Byulyi menjawab, Yoongi sudah menerobos masuk kedalam dan duduk disofa.

"Michigetda. Mengapa semua orang masuk seenaknya sebelum aku mempersilahkan mereka" Umpat Byulyi dalam hati.

Sepertinya wanita itu teringat dengan Seokjin yang kelakuannya hampir sama dengan Yoongi sekarang ; masuk kedalam rumah wanita itu sebelum diizinkan oleh pemiliknya.

Tanpa canggung Yoongi meletakkan barang bawaannya keatas meja, lalu dia duduk disofa dan mengajak Byulyi untuk bergabung.

"Aku sudah makan" Terang Byulyi tepat ketika Yoongi mengeluarkan beberapa kotak sushi dari paper bag nya.

Sociopath [Jin X Moonbyul] (Complete) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang