𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 𝐏𝐮𝐥𝐮𝐡

251 48 91
                                    

Sampai tiba-tiba seorang pria keluar dari dalam rumah, dengan sebuah botol soju ditangan kanannya. Pria itu mendekati Naeun dan terlihat seperti sedang meneriakinya dengan mimik marah.

Byulyi memicingkan matanya untuk yang kedua kalinya agar dia bisa melihat sosok itu dengan jelas hingga..

Deg

Wanita itu merasakan sesuatu yang bergejolak memecah jaringan paru-parunya. Napasnya tercekat dan telinga terasa seperti sedang mendentum hebat. Byulyi berusaha meyakinkan pikirannya atas apa yang sudah ditangkap oleh kedua bola matanya itu. Pupil mata Byulyi yang tadinya mengecil karena cahaya sekitarnya masih begitu terang, kini semakin membesar karena dia menjadi sangat takut sekarang.

Orang itu.

Mata Byulyi menangkap satu kejadian lagi, saat pria paruh baya itu menghempaskan botol sojunya ketanah hingga pecah berkeping-keping lalu menarik rambut Naeun sampai mereka kembali masuk kedalam rumah. Byulyi menunduk diposisinya karena kejadian itu adalah sebuah hal yang tak seharusnya dia lihat.

"Andwae" Lirihnya dalam hati.

Air mata bercucuran begitu saja dari kedua ujung matanya, tapi Byulyi bersikeras untuk tetap diam. Sampai pada satu titik saat dia tak bisa lagi menahan, isak tangis melesat begitu saja dari mulutnya. Bukan seperti tangisan pada umumnya, saat ini Byulyi menangis seperti seseorang yang sedang sesak dadanya.

"Agassi, apa kau baik-baik saja?" Tanya pria itu cemas sambil melirik ke bangku belakang.

Byulyi tak menjawab. Dia hanya bisa terus menangis sambil memegangi dadanya. Kemudian wanita itu mengeluarkan ponselnya untuk menelepon seseorang dengan tangannya yang masih begetar hebat.

"Yeob-"

"Yoongi-ah..." Lirih Byulyi.

"Byul-ah, wae? Mengapa kau menangis?" Tanya Yoongi dari ujung telepon.

"Na-"

Tiba-tiba telepon terputus karena ternyata ponsel Byulyi sudah kehabisan baterai dan sekarang benar-benar mati total.

"A-ajusshi, tolong antarkan aku ke rumah sakit Gamsin sekarang" Ujar Byulyi terbata-bata.

Lima belas menit kemudian Byulyi sampai ditujuan dan langsung turun dari dalam mobil. Wanita itu masih saja menangis dibalik kacamata hitamnya sambil terus berjalan menuju kamar tempat Seokjin dirawat, tetapi dia tidak menemukan pria itu. Sepertinya Seokjin sudah tidak lagi dirawat disana dan dengan segera dia melangkah menuju ruangan dokter nya itu.

Benar saja, pria itu terlihat sudah tidak memakai piyama rumah sakit saat ini. Tampak juga wanita yang bernama Bae Irene itu berada didekatnya.

"Byulyi-ssi?" Tanya Seokjin.

Byulyi tak menjawab dan tak segera melepas kaca mata yang dipakainya itu.

"Ah, sepertinya kau lupa bahwa kita sudah tidak perlu lagi melakukan sesi konsultasi" Papar Seokjin sambil melirik jam tangannya.

Wanita itu berusaha untuk mengeluarkan suaranya, namun lidahnya terlalu kelu.

"Um, aku harus mengantarkan Irene ke bandara karena dia akan kembali ke Inggris hari ini. Telepon aku jika kau sudah siap untuk jadwal hipnoterapi lanjutanmu" Jelas Seokjin.

Pria itu berjalan mendekati pintu, disusul oleh Irene yang mengikuti langkahnya. Seokjin menunduk dihadapan Byulyi dan lagi-lagi Irene melakukan hal yang sama. Tepat setelah mereka berdua berjalan melalui Byulyi, akhirnya satu kalimat berhasil terucap dari mulutnya.

Sociopath [Jin X Moonbyul] (Complete) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang