𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚 𝐏𝐮𝐥𝐮𝐡 𝐒𝐞𝐦𝐛𝐢𝐥𝐚𝐧

236 42 98
                                    

"Dia teman kuliahku saat di Inggris. Sh, tapi sebernarnya kami lebih dekat dari teman" Jawabnya sambil tertawa kecil.

"Lebih dekat dari teman?" Tanya Byulyi dalam hati.

Seketika wanita itu merasa dadanya sakit setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut Seokjin.

"Aku lebih senang memanggilnya dengan sebutan gang-aji karena namanya asing ditelinga orang Korea. Irene lahir diinggris jadi tidak memiliki nama korea seperti kita" Terang Seokjin sekadar basa-basi.

Byulyi hanya melemparkan senyuman simpul kearah pria itu.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Byulyi pelan.

"Aku sudah jauh lebih baik karena sejak pagi tadi Irene menemaniku berbicara" Jelas pria itu.

"Mianhae" Lirih Byulyi sambil memandang lekat-lekat mata pria itu.

"Gwenchana. Aku bersyukur kau tidak terluka"

"Geurigo, gomawo" Ucap Byulyi lagi dengan suara menahan tangis. "Karena telah menyelamatkanku" Lanjutnya.

Byulyi mengulum bibirnya. Sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk memberitahu Seokjin bahwa Byulyi adalah wanita yang diselamatkannya dua belas tahun yang lalu.

"Ah, cha" Seokjin menyerahkan salah satu map berwarna putih yang ada diatas meja kecilnya itu.

Byulyi menerimanya, lalu membaca namanya tertera disana. Ternyata sejak tadi Seokjin mengerjakan laporan rekam medis pasiennya, termasuk milik Byulyi juga.

"Byulyi-ssi, aku membawa kabar baik untukmu" Ujar Seokjin sambil tersenyum. "Karena keadaanmu sudah semakin membaik, kita tidak lagi perlu melakukan sesi konsultasi. Kau hanya perlu fokus untuk hipnoterapimu. Mungkin sekitar dua atau tiga kali lagi sampai kau benar-benar sembuh" Sambungnya.

Sebenarnya Byulyi senang mendengar kabar ini. Tapi wanita itu justru memancarkan aura kesedihan. Memang benar Byulyi merasakan perubahan yang besar pada dirinya akhir-akhir ini. Dia sudah bisa mengontrol ekspresi dan emosinya, tersenyum, tertawa, bahkan dia sudah bisa merasakan apa yang orang lain rasakan. Artinya Byulyi sudah semakin dekat dengan kesembuhan.

Tetapi itu juga berarti bahwa dia akan segera menjauh dari Kim Seokjin. Hanya dua atau tiga pertemuan untuk hipnoterapi yang tersisa, dan fakta itu cukup membuat Byulyi merasakan hatinya semakin sakit.

"Katakan padaku kapan kau siap untuk jadwal hipnoterapi kedua kita" Pesan Seokjin sambil tersenyum kearahnya.

Byulyi masih diam diposisinya sambil berusaha menyunggingkan senyum tipis kearah pria itu, namun sorot matanya terlihat berbanding terbalik.

"Gomawo, kalau begitu sebaiknya aku pulang" Pamit Byulyi sambil menundukkan kepalanya kearah Seokjin. "Semoga lekas sembuh" Lanjutnya pelan.

Wanita itu bangkit dari duduknya dan hendak meninggalkan Seokjin dari ruangan itu. Tanpa sengaja, tas tangannya menyenggol sesuatu yang terletak diatas meja sampai benda itu jatuh ke lantai.

Byulyi mengutip botol obat berwarna putih itu kemudian segera meletakkannya ditempat semula. Benda itu terlihat tak asing bagi Byulyi, karena sepertinya dia pernah melihat botol yang sama sebelumnya.

Tapi dia tidak berpikir terlalu lama tentang itu dan langsung berjalan menuju pintu. Wanita itu memegangi dadanya yang begitu sesak sejak tadi. Telalu banyak hal yang tak sesuai dugaannya terjadi hari ini.

"Mengapa kau bisa menyukai doktermu sendiri, Moon Byulyi?" Batin Byulyi. "Sementara dia mungkin saja menyukai wanita lain" Lanjutnya sambil menahan tangis.

Sociopath [Jin X Moonbyul] (Complete) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang