𝐊𝐞𝐬𝐚𝐭𝐮

355 50 49
                                    

Matahari bersinar cukup terang hari ini. Seorang wanita berumur dua puluh delapan tahun dengan piyama polos berwarna gelap masih saja tertidur pulas diatas tempat tidurnya padahal hari sudah mulai siang.

Bersamaan dengan keheningan, terdengar suara seseorang yang lain menggema memenuhi seluruh ruangan hingga wanita bernama Moon Byulyi itu akhirnya tersadar dari tidurnya. Byulyi membuka kelopak matanya dan mendapati manajernya sedang menepuk-nepuk lengannya dengan mimik wajah yang begitu panik.

"Byul-ah, bangun" Seru Yongsun.

Wanita itu bangkit dan mengucek pelan kedua matanya lalu menatap Yongsun tanpa ekspresi.

"Dokter Kim, Byul-ah-" Yongsun menarik napasnya, lalu kembali melanjutkan kalimatnya. "Dokter Kim... sudah pergi meninggalkan kita untuk selamanya" Lanjut Yongsun sambil berkaca.

Byulyi terdiam selama tiga detik, kemudian wanita itu akhirnya bersuara.

"Lalu?" Byulyi menaikkan alisnya.

"Byul-ah kumohon. Berikan simpatimu kali ini. Dia adalah dokter yang sudah merawatmu selama hampir dua tahun ini" Kali ini Yongsun bicara dengan nada serius.

"Pria tua itu meninggal, lalu apa urusannya denganku? Bukankah semua orang juga akan mati pada waktunya?" Jawab Byulyi acuh.

"Ya, Moon Byulyi. Aku sedang tak ingin berdebat denganmu. Sebaiknya cepat bersiap karena hari ini kita akan menghadiri acara pemakamannya"

"Naega wae?" Tanya Byulyi tetap tanpa ekpresi.

"Tiga puluh menit" Seru Yongsun dengan tatapan tajam, kemudian wanita itu berlalu dengan kesal menjauhi kamar Byulyi.

Byulyi terdiam sejenak, lagi-lagi tanpa ekspresi. Matanya memandang lurus kedepan, seperti sedang memikirkan apakah dia harus mengikuti perintah Yongsun ataukah harus membangkang. Wanita itu sudah menghabiskan seluruh hidupnya untuk tidak pernah mendengarkan orang lain dan juga tak pernah peduli dengan apa yang sedang dialami oleh orang-orang disekitarnya. Namun setelah berpikir panjang, akhirnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dia bersiap dan pergi bersama Yongsun ketempat peristirahatan terakhir mendiang dokternya.

Byulyi dan manajernya itu akhirnya sampai di rumah duka yang terletak di Rumah Sakit yang sama tempat dokter Kim bekerja, sekaligus rumah sakit kepunyaan pria berumur enam puluh tahun itu.

Mereka melihat situasi disekitar yang ternyata tidak ramai, melainkan sangat sunyi dan sepi. Bahkan orang yang berada disana bisa dihitung menggunakan jari, karena sepertinya acara pemakaman itu dibuat tertutup.

Tanpa menunggu lama Yongsun langsung mencari keberadaan keluarga Dokter Kim untuk mengucapkan belasungkawa.

Tetapi wanita itu hanya melihat seorang pria yang duduk dengan lemas di dekat peti mati. Pria itu memakai pakaian serba hitam, lengkap dengan sehelai kain putih yang terikat dilengan jasnya. Dengan segera Yongsun menarik tangan Byulyi dan membawanya mendekati pria itu.

"Annyeong haseyo, apa kau keluarga Dokter Kim?" Tanya Yongsun hati-hati.

Pria itu mengangguk pelan. Matanya sembab namun dengan tabah dia tetap tersenyum kecil kearah mereka berdua.

"Joesonghamnida, atas berita menyakitkan ini. Aku mengucapkan turut berduka cita dengan tulus dari hatiku yang paling dalam, semoga Dokter Kim beristirahat dengan tenang" Ucap Yongsun tulus lalu membungkukkan badannya ke arah pria itu.

Yongsun menyenggol bahu Byulyi seakan memberi sinyal agar wanita itu melakukan hal yang sama, tetapi Byulyi malah memandang wanita itu dengan tatapan tidak suka. Setelah beberapa detik dipelototi oleh Yongsun, dengan terpaksa Byulyi akhirnya buka suara.

Sociopath [Jin X Moonbyul] (Complete) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang