Kembalinya Haechan dari ruang makan, membuat langkah kaki dengan segera melangkah menuju Istana yang di tinggali para saudara bungsunya.
Dalam hati, pemuda tan itu ia perlu melihat langsung kondisi Jisung.
Tapi sebelum itu, dia harus pergi ke Jaemin.
Donghyuck sedari tadi di panggil tidak merespon, membuat Haechan semakin frustasi.
"Sial, cengkraman orang tua itu kuat sekali" celoteh Haechan, bisa merasa rasa nyeri di pundak serta pergelangan tangannya.
Mata Beruang Haechan melirik sinis saat melihat Dua pelayan berjalan dengan tegap, enggan menunduk hormat padanya.
Haechan sedang dalam mood yang tidak baik.
"Beritahu Jaemin kalau aku ingin bertemu" kata Haechan begitu pemuda itu tiba didepan istana Mawar, istana nya para pangeran bungsu.
Kedua prajurit yang sedang menjaga pintu saling pandang, saling mentelepati apa yang harus mereka lakukan.
"Kalian tidak dengar apa yang aku katakan? Aku tidak suka mengulang ucapan ku" Aura ditubuh Haechan kian pekat akibat pemuda itu tidak bisa mengontrol emosi miliknya.
Membuat kedua prajurit itu, meneguk Saliva mereka dengan kasar.
"Akan saya laporkan terlebih dahulu, pangeran." Kata prajurit tersebut.
Haechan berdecak sebal. Suasana hatinya semakin tidak bagus.
Kedua prajurit itu segera masuk kedalam istana untuk segera melapor.
Tidak ingin tetap bersama Haechan, takut-takut nyawa mereka akan melayang melihat air muka Haechan yang gelap.
"Maaf membuat mu menunggu, Donghyuck. Ayo masuk." Jaemin datang langsung setelah mendapat laporan bahwa Haechan datang.
Haechan sendiri hanya mengangguk, mengikut dalam diam langkah kaki Jaemin yang berjalan didepannya.
Istana yang di tempati para pangeran bungsu sangat besar dan mewah.
Di setiap sudut tempat yang ia lewati bisa ia lihat berbagai guci hingga patung mahal terpajang rapi.
Haechan menghela nafas, "Jae, bisa kita langsung ke tempat Jisung. Aku ingin melihat nya"
Jaemin langsung menghentikan jalannya.
Lalu menoleh kearah Haechan.
"Apa engkau punya bukti, bahwa kau tidak akan mencelakakan, Jisung-i?" Kata Jaemin dengan wajah datarnya.
Haechan kaget, wah ternyata si jisung ini sangat disayang, bahkan oleh Jaemin yang merupakan kembaran Donghyuck.
"Perintah Kaisar" jawab Haechan datar.
Haechan berdecak lagi, dia pikir Jaemin ada disisinya. Ternyata dia keliru, Jaemin juga tidak menyukainya.
Seperti kata Kaisar, semua orang termasuk para pangeran berpikir bahwa pangeran Donghyuck adalah pelaku dari kutukan yang didapat kan Jisung.
"Lagipula kau bisa mengawasi ku, bukan. " Tambah Haechan.
Jaemin masih diam menatap pada mata Haechan yang juga menatap matanya.
Tak lama kemudian ia menghela nafas, "ikuti aku" kata Jaemin
Mereka kembali melangkah semakin dalam memasuki istana.
Bahkan semakin lama, semakin sedikit pelayan yang berlalu lalang.
Hingga akhirnya, mereka tiba di ujung Istana.
Terdapat satu pintu, dengan sinar biru serta tulisan mantra yang menyelubunginya.
Haechan memandang penuh tanya pada Jaemin.
"Ini mantra Pelindung dari menara penyihir. Kutukan Jisung sangat kuat, sehingga siapapun yang berada di dekatnya bisa mati dengan segera setelah melihatnya."
"Jadi kalau ini dilindungi, bagaimana caraku untuk masuk?" Tanya Haechan.
Jaemin menatap heran pada Haechan. "Hanya anggota keluarga kekaisaran dan pemilik menara sihir yang masuk. Biasanya Jeno dan Chenle akan datang kemarin ditengah malam untuk bermain sebentar dengan Jisung--
--mereka menggunakan penutup mata yang sudah dilapisi sihir pelindung, tapi mereka tetap tidak bisa berlama-lama bersama Jisung karena kutukan Jisung, adalah kutukan angin kematian"
Haechan mengangguk paham "Aku akan masuk" katanya.
"Pakai ini" Jaemin menyerahkan penutup mata pada Haechan yang diterima dengan senyuman oleh Haechan.
"Terimakasih" kata Haechan kemudian menggunakan penutup mata itu.
Ia menyentuh pelan pintu didepannya. Cahaya biru yang semula berpendar di pintu kini mulai menyelimuti tubuhnya.
Mendadak tubuh Haechan merinding, bisa ia rasakan Perasaan dingin yang memilukan.
Haechan meraba Udara disekitarnya.
Sudah tidak ada pintu didepannya, Haechan melangkah pelan, memajukan diri sebanyak 10 langkah.
"Siapa?" sebuah suara serak basah yang familiar terdengar, Haechan memalingkan wajah kearah asal suara.
Jantungnya berdegup kencang.
Sosok itu bersembunyi dibalik gelapnya kamar.
"A... Aku.. Ekhem.. Aku Pangeran Donghyuck, aku kemari untuk memeriksa keadaanmu" kata Haechan gugup.
Sosok itu diam tak bergeming.
"...Chan Hyung?"
Kepala Haechan berdengung.
Haechan tanpa sadar waspada dan memasang kuda-kuda bertahan.
"Kau, Hae...chan Hyung kan?" Sosok itu bertanya.
Haechan membatu, apa yang terjadi.
"J.ji..jisungi?" Panggil Haechan dengan gemetar.
Sebenarnya apa yang terjadi?!
Sijeuni... Maaf baru up.. awowkwkwk..
Kyu, ada beberapa problem di RL.. awowkwkwk buka WP ternyata banyak yang nunggu^^
Nih, udah aku up ya... Hehe
Semoga next chapter aku fast update, say ... AMINNNN
Hehe..
Okay, ingat, selalu jaga kesehatan, jangan begadang, jangan lupa ibadah.
Dan jangan lupa bahagia^^
- Kyu -
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Pieces
Fanfiction[Fanfiction + Fantasy] Ketika membuka mata Haechan terperangkap didalam tubuh seseorang yang mirip dengannya, yang bernama Donghyuck. Seorang Pangeran Keempat sebuah Kekaisaran yang ditakdirkan mati akibat kejahatan yang dilakukan olehnya. Bagaimana...