3.1 Maldem & Mirdom

1.3K 226 3
                                    

(Picture by Pinterest)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Picture by Pinterest)

Semua orang menatap takjub pada dua sosok besar dihadapan mereka.

Dua sosok besar didepan mereka, mereka adalah Maldem.

Sosok mitos yang diceritakan sebagai pelindung cermin jiwa atau pembatas garis jiwa, tempat yang konon dikatakan sebagai petunjuk orang-orang yang sudah mati.

Tidak ada yang tau dimana pembatas garis jiwa karena lokasi tempat itu bahkan tidak tercatat sedikit pun didalam sejarah kekaisaran ini

Bahkan buku-buku terlarang tidak ada satupun yang menyebutkan lokasinya.

Disana hanya tertulis, cermin jiwa dilindungi oleh 2 hal. Maldem dan Mirdom.

Maldem merupakan dua sosok didepan mereka saat ini.

Tanpa izin kedua sosok besar itu, tidak akan ada yang bisa masuk. Tapi terdapat pengecualian bagi anak-anak yang diberkahi cahaya dan kegelapan.

Dihadapan Maldem, ketujuhnya berbaris sejajar. Suara Maldem terdengar tegas dan menggema.

Memerintahkan mereka mundur atau mereka akan mati.

Semua mata menatap Donghyuck menunggu arahan, tapi pemuda itu terlihat menutup mata.

"Waktunya bergantian" bisik Donghyuck.

Saat mata itu perlahan terbuka, tatapan dingin itu hilang, diganti dengan tatapan hangat dan bersahabat.

Jisung buka suara, "Hyung?" dan membuat sosok Donghyuck menoleh.

"Halooo Jisung-ie, aku kembali" katanya riang.

Itu Haechan, Haechan sudah kembali.

"Ah, aku hanya sebentar setelah ini Donghyuck akan langsung mengambil alih untuk menjelaskan sesuatu " ungkap pemuda itu.

Chenle dan Jisung tampak penasaran dengan maksud ucapan Haechan.

Haechan terkekeh, "Maldem hanya akan mengizinkan kita masuk jika aku yang memegang alih tubuh ini." Haechan menatap Mark.

"Ayok Hyung. Semuanya berpegang tangan" kata pemuda itu, posisinya adalah Haechan dan Mark berada di ujung.

Saat tangan mereka sudah saling menggenggam, Mark dan Haechan mengeluarkan kekuatan mereka untuk menyelimuti tubuh kelima saudara mereka.

Maldem menatap mereka, tangan yang sebelumnya menutup kita ditarik seakan memberi tanda bahwa mereka boleh masuk.

"Ayok, kita harus masuk" kata Mark

Dibalik tangan Maldem ada sebuah gate berwarna hitam gelap. Tanpa ragu ketujuhnya masuk kedalam gate itu.

Takjub lagi-lagi mereka rasakan ketika mereka melihat sosok besar itu memegang sebuah cermin raksasa.

Puzzle PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang