0.8 Renjun

3.8K 542 86
                                    

Haechan merasakan sesak nafas begitu ia bangun pagi ini.

Hansol bilang, ini sering terjadi pada pangeran lain apabila mereka berkunjung ke tempat Jisung.

Haechan memegang kepalanya yang berdenyut sakit.

Kemarin saat bertemu Jisung, ia sempat syok dan langsung pingsan.

Haechan merasa kemarin ia berhalusinasi sesuatu yang aneh.

Jisung itu, memanggil namanya.

Namanya yang sesungguhnya.

Tapi ia tidak begitu yakin karena pandangannya langsung menghitam begitu ia hampir melihat dengan jelas wajah Jisung.

Sial.

"Sshhh... Ughh" Haechan memijit pelan pangkal hidungnya.

Tubuhnya terasa lemah dan tidak bertenaga.

Mungkin dengan tidur sedikit lagi akan mengembalikan kondisinya.

Namun, baru saja ia memejamkan mata ketukan dari arah pintu mengganggu nya.

"Pangeran..."

Haechan menghela nafas, "masuk"

Pintu terbuka, Hansol kepala pelayan yang bertanggung jawab atas segala kebutuhan Haechan yang datang.

"Ada apa?"

Hansol menunduk hormat, "Pangeran Renjun datang berkunjung" kata nya sukses membuat mata pemuda tan itu menatap heran padanya.

"Pangeran Renjun ahli dalam pengobatan, dia datang untuk memeriksa keadaan Anda" kata Hansol lagi.

Haechan menghela nafas, malas berdebat, "suruh dia masuk" perintahnya.

Haechan kembali memejamkan mata, sinar matahari yang masuk ke kamarnya membuat ia semakin sakit kepala.

"Keadaanmu buruk sekali, sering seringlah berkunjung ke kamar Jisung, agar kau cepat mati"

Tidak perlu ditanyakan siapa yang baru saja mengucapkan kata-kata tersebut.

Berikan tangan mu, Haechan membuka matanya, mengikuti perintah Renjun ia memberikan tangan kanannya.

Walau terlihat ogah-ogahan, Renjun dengan teliti memeriksa tubuh Haechan.

Kalau bukan karena permintaan Jisung, dia tidak akan Sudi mengobati pemuda yang berbaring didepan nya.

"Racunnya sudah hilang, tapi sepertinya efek sampingnya masih ada. Istirahat dan beri dia ini, Aku harap aku tidak perlu lagi kesini."

Renjun mengemasi barang-barang nya, tidak ingin berlama-lama disini.

"Cepatlah mati" kata Renjun sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan kamar ini.

Haechan sendiri sudah menatap Aneh anak satu itu, "Dia Nyuruh aku mati atau hidup sih?"

* * *

Terakhir kali Renjun mendatangi istana ini, hawa dingin selalu ia rasakan.

Pelayan dan Prajurit disana pun selalu pucat pasi dan terlihat tegang.

Sangat tidak menyenangkan.

Ia sudah dengar rumor yang beredar di istana kekaisaran.

Lee Donghyuck, si bodoh itu berubah, itu yang dia dengar.

Awalnya ia tidak percaya, tapi melihat bagaimana ekspresi pemuda itu saat mereka bertemu di ruang makan kemarin.

Apalagi barusan ia berbicara langsung dengannya.

Puzzle PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang