Haechan itu kalau sudah nekad, tidak ada yang bisa menghentikan dirinya.
Itulah yang ia lakukan saat bertemu Jisung.
Dia sadar kalau tubuhnya sudah mulai terasa aneh dan tidak nyaman.
Kepalanya sakit, pandangannya buram, dan Haechan merasa dia akan muntah.
Tapi Haechan menahannya, mengingat ia bertemu adiknya, adiknya yang sesungguhnya.
Namun tampaknya ia sudah hampir mencapai batas.
Jisung menyadari itu, dan segera menuntun Haechan untuk segera keluar dari kamarnya.
Dan setelah Haechan keluar dari kamar itu semuanya gelap.
* *
Haechan mengerjap-mengerjap matanya, kepalanya terasa mau pecah.
"Sebaiknya kau tidak memaksakan diri, Donghyuck." Tidak perlu ditanyakan suara siapa itu, sudah pasti Renjun.
"Aku tidak pernah berpikir bahwa kau akan melanggar apa yang aku perintahkan, aku menyuruhmu istirahat dan besok kau bisa menemui Jisung. Tapi tampaknya kau terlalu bodoh untuk memahami kata sederhana itu"
Haechan menghela nafas, "diam-lah, Renjun" ucap pemuda itu dengan suara serak.
"Wah dan sekarang kau menggunakan banmal padaku" tambah Renjun.
"Hansol, tolong panggil Winwin kemari, dan suruh dia membawakan obat yang berada di laci nomor 5" perintah Renjun yang segera di laksanakan oleh Hansol.
"Apa kau tau sudah berapa lama kau pingsan?" Tanya Renjun sembari mengecek kondisi tubuh Haechan.
"Satu hari?" Tebak Haechan
"Tteng! Satu Minggu tepatnya, kau terlalu lama terpapar didalam san, apalagi dengan kondisi tubuh seperti itu, aku memang menyuruhmu untuk segera mati, tapi bukan secepat ini"
Haechan diam tidak menyahut, tolong siapapun hentikan pemuda disampingnya ini untuk berbicara
"Renjun, diam-lah, setiap kau berbicara kepala ku seperti akan meledak"
"Ckkk,,, aku akan diam setelah obatmu sampai kesini" ungkap Renjun
"Asal kau tau, jika saja saat itu kau tidak segera keluar, kau mungkin sudah mati, sekarang--
-- Dan juga, bagaimana bisa kau tidak menggunakan penutup mata, hah?! Kau benar-benar ingin segera mati?"
Haechan Menatap jengah pada Renjun yang sedari tadi tidak mau diam.
"Aku baik-baik saja jika melihatnya, rahasia kan ini"
Renjun melotot, Donghyuck baik-baik saja setelah melihat wajah Jisung? Itu tidak mungkin.
Sudah banyak yang mati ditempat saat mata mereka melihat langsung wajah adik bungsunya itu.
Jadi sangat tidak mungkin Donghyuck menjadi pengecualian.
"Dari mana kau tau, kalau kau bisa melihat Jisung tanpa harus terbunuh?" Tanya Renjun.
"Jisung sendiri yang ngomong, dia bilang kalau itu aku, aku akan baik-baik saja" kata Haechan
"Hey, berikan aku minum, tenggorokan ku sakit" kata Haechan yang segera dilaksanakan oleh Renjun
Setelah memberi Haechan minum, kedua orang ini menjadi diam.
Haechan yang berusaha meredakan sakit kepala nya, dan Renjun yang berpikir keras.
Namun itu tidak lama sampai akhirnya Hansol datang bersama seorang wa- pria cantik, pria itu membawa sebuah nampan yang mana diatas nampan itu terdapat sebuah guci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Pieces
Fanfic[Fanfiction + Fantasy] Ketika membuka mata Haechan terperangkap didalam tubuh seseorang yang mirip dengannya, yang bernama Donghyuck. Seorang Pangeran Keempat sebuah Kekaisaran yang ditakdirkan mati akibat kejahatan yang dilakukan olehnya. Bagaimana...