Plakkk
Rara memegang pipinya yang baru saja Azzel tampar, selama ini pria itu tidak pernah menamparnya namun sekarang? Rara tidak pernah berpikir jika Azzel berani seperti ini.
"K-kamu nampar aku?" tanya Rara tidak menyangka.
"Bangsat!" umpat Azzel dengan penuh amarah.
"Berani lo ngasih Lia eskrim tanpa ngasih tau gue!" bentak Azzel sambil mencengkram bahu Rara dengan kuat.
"Ak-aku ngga tau kemar-rin dia nangis pengen es krim," balas Rara dengan terbata-bata karena merasa kesakitan.
"Lo ngasih dia berapa es krim?"
"Li-lima!"
"Setan! Lo ngasih lima ke Lia? Lo mau bunuh anak gue? Kalau nggak suka Lia lo bisa bilang ke gue bangsat!!" teriak Azzel marah.
Rara mengucapkan kata maaf terus-menerus dengan air mata yang terus mengalir di pipinya, ia memegang bahu yang baru saja Azzel cengkram dengan kuat.
Azzel menoleh ke arah Rara yang menunduk dengan isak kan kecil, ia pergi meninggalkan gadis itu.
Memang kemarin Lia menangis ingin meminta es krim, Rara sudah mencoba melarang untuk tidak memakan lima bungkus es krim tapi Lia menangis kencang membuat Rara takut untuk menolak.
Azzel kembali memasuki kamar dan melihat Lia yang menatap kearahnya.
"Daddy, Mommy nya udah selesai dipinjam?" tanya bocah itu dengan polosnya.
Azzel hanya berdehem lalu duduk di pinggir kasur sambil menatap Lia.
"Lia mau nggak pulang sama mommy Jeje lagi?" tanya Azzel.
"Kok gitu, emangnya kenapa kalau cama mommy Lala?" tanya Lia merasa sedih.
"Mommy Rara nggak suka sama Lia, dia jahat," kata Azzel yang masih marah pada Rara.
Lia menunduk sebentar.
"Tapi Mommy Lala baik kok, Lia mau cama Mommy" curhat Lia membantah ucapan Azzel.
"Tapi dia jahat Lia, yang buat kamu kayak gini kan dia," ucap Azzel lagi.
"Lia nggak mau sama mommy Jeje, Mommy Jeje kelja telus Lia bocan dicana," ucap Lia dengan mata berkaca-kaca.
Azzel jadi tidak tega, kakaknya itu sangat mementingkan pekerjaan dari pada anaknya sendiri.
"Lia boleh tinggal sama daddy dan mommy Rara lagi tapi untuk saat ini sampe Lia sembuh total, Lia sama mommy Jeje dulu yah," bujuk Azzel dan Lia mengangguk.
Tanpa Azzel dan Lia sadarai, Rara mendengar semua yang mereka katakan. Rara merasa sedih Azzel mengatakan itu pada Lia yang kenyataannya ia sangat menyayangi bocah itu.
Rara membersihkan air matanya yang tersisa lalu ikut masuk ke dalam kamar.
"Hei," sapa Rara menatap Lia.
"Mommy!" teriak Lia berjalan mendekati Rara lalu memeluknya.
Azzel yang melihat itu hanya menatap sinis, ia berencana akan memulangkan Lia sebentar malam dan saat ini ia akan membawa dua orang itu ke apartemennya yang merupakan markas Zervanos.
Azzel tidak lagi bisa mempercayai Rara untuk menjaga Lia di rumah.
✏️✏️✏️
Sesampai di apartemen, Azzel disambut teman-temannya yang ada di sana. Disini juga ada Imel yang merupakan sahabat kecilnya.
Supaya kalian tau, Lia dan Imel tidak cocok. Imel membenci Lia karena bocah itu terlalu manja dengan Azzel.
"Wih ada dedek Lia sama Allia," sapa Nathan yang melihat kedatangan mereka.
Imel yang mendengar itu hanya menatap sekilas, ia juga tidak terlalu suka dengan Rara yang merupakan pacar Azzel sahabatnya.
"Hai uncle-uncle!" sapa Lia balik yang berada di gendongan Rara.
Semua teman-teman Azzel menyukai Lia kecuali Imel tentunya.
"Ngapain lo bawa mereka berdua ke sini?" tanya Imel dengan nada sewotnya.
"Nggak papa kali Mel sekali-kali bawa mereka ke sini." Bukan Azzel yang menjawab melainkan Rofli.
"Apaan sih paksa akrab banget," sinis Imel menatap Rara dan Lia.
Lia turun dari pangkuan Rara lalu berjalan ke Khanza, jika di suruh memilih teman-teman Azzel. Lia akan lebih memilih Khanza karena Lia lebih menyukai Khanza dari pada yang lain.
"Uncle Aza kenapa ada Tante jahat di sini," kata Lia dengan wajah polosnya membuat orang yang berada disitu mati-matian menahan tawanya kecuali Azzel dan Khanza.
Rara hanya diam, merasa bingung dengan kedekatan Lia dan Khanza. Tidak hanya Khanza tapi mungkin orang-orang yang ada di sini akrab dengan Lia.
"Heh bocil gue bukan Tante lo yah! Amit-amit," jawab Imel dengan ketus.
Azzel tidak pernah memarahi Imel, beda sekali jika Rara yang mengatakan itu mungkin ia sudah menampar Rara lagi.
"Santai kali Mel," sahut Nathan.
"Gue nggak bisa santai! Apasih lu."
"Tante itu jelek yah uncle," bisik Lia pada Khanza, dan pria itu hanya terkekeh kecil sambil mengangguk.
Semua orang yang berada di situ sibuk menonton ada yang sibuk bermain hp, dan tentunya Khanza sibuk bermain dengan Lia.
Khanza dan Azzel sama, akan berubah sikapnya jika bersama Lia.
"Duh laper nih, Allia masakin kita nasgor dong, lo kan jago masak," suruh Imel.
"Iya Allia kita lapar banget dari pagi ngga makan nih," timpal Rofli.
Rara menatap Azzel meminta jawaban, Azzel mengangguk singkat tanpa berbicara apapun.
Rara langsung pergi ke dapur untuk memasak nasi goreng.
Setelah selesai 25 menit menghabiskan waktu untuk memasak ia segera membawa makanan itu ke depan.
"Ini udah jadi, bentar aku ambil sendok sama piring dulu."
"Wah dari aromanya ini wangi banget," ucap Nathan memuji, Imel merasa telinganya panas mendengar ucapan Nathan.
Mereka mulai mengambil nasi goreng itu setelah Rara membawakan piring.
"Makan! Nggak usah banyak bacot," sahut Imel pada Nathan.
Lia langsung berhenti bermain saat melihat nasi goreng diatas meja.
"Daddy Lia boleh makan itu nggak?" tanya Lia pada Azzel.
Azzel mengangguk.
"Lia mau makan tapi mommy cuapin," ucap Lia dan Rara segera mengambilkannya nasi.
Rara mulai menyuapi Lia dengan telaten, sedangkan yang lain sibuk sendiri dengan makanannya. Tapi tidak dengan Khanza dan Azzel, Khanza tidak makan karena masih kenyang sedangkan Azzel
tidak mau makan mungkin karena gengsi?
KAMU SEDANG MEMBACA
DYLM [END]
Подростковая литератураFOLLOW DULU BARU BACA💗 "Mulai sekarang lo harus terbiasa dipanggil mommy sama Lia" Ucap Azzel. "Aku mau putus aja, kamu udah punya keluarga kecil. Kamu nggak seharusnya pacaran sama aku" Ucap Allia sambil menunduk memainkan jari jemarinya. "Lo bil...