✏️ 14 DIAN & KHANZA [DYLM]

10.6K 640 12
                                    

Di atas rooftop, Rara mulai mengerjakan tugas milik Azzel dan imel. Ia mengerjakannya diatas meja yang tersedia disitu untung saja ia selalu membawa pulpen di kantongnya jadi gadis itu tidak perlu ke bawa lagi untuk mengambilnya apalagi sekarang ia sedang bolos.

Entah hukuman apa nantinya yang akan diberikan kepadanya saat kembali ke bawa nanti.

Saat sedang serius mengerjakan tugas, tiba-tiba langkah kaki seseorang membuatnya mengangkat wajahnya melihat siapa yang datang.

"De-Debli," kaget Rara melihat siapa yang datang menghampirinya itu.

"Sekarang lo udah berani bolos Ra? Setau gue cewe polos, cantik kaya lo nggak suka bolos," sindir Debli.

"Maaf, tadi aku bosen di kelas jadi ke sini," ucap Rara sambil menunduk merasa  bersalah.

"Lo bosen di kelas atau ngerjain tugas Azzel di sini?" tanya Debli yang melihat buku catatan  dengan nama Azzel yang tertulis di paling atas.

"Ha? Enggak kok tad-"

"Kok lo mau sih jadi babunya? Lo masih mau bertahan dan nurut sama semua perintah cowok itu?" ucap Debli yang sudah muak dengan sikap Azzel yang seenaknya pada Rara.

"Kenapa? Nggak ada hubungannya juga sama kamu Debli!" Rara yang tidak suka mendengar ucapan Debli langsung membalasnya dengan nada membentak.

"Ada hubungannya! Karena cowok brengsek itu, lo bolos pelajaran pagi ini!" balas Debli ikut membentak.

Rara yang mendengar itu menunduk sedih, dengan air mata yang tidak bisa ia tahan lagi.

"Maaf, gue sayang sama lo Ra  please jangan mau dimanfaatkan cowok brengsek kaya Azzel," ucap Debli kali ini dengan suara lembutnya.

Rara yang mendengar itu terkejut dan langsung menatap Debli.

"Jangan suka sama aku, aku cuman suka Azzel. Aku nggak mau nyakitin perasaan kamu," ucap Rara tak enak.

Mengapa jadi begini, orang yang ia suka tidak menyukainya sedangkan orang yang  tidak ia suka malah menyukainya.

"Gakpapa, gue bakal buat lo suka sama gue! Dan lupain cowok brengsek itu," ucap Debli penuh penekanan.

Tanpa kedua orang itu sadari, sejak tadi Azzel mendengar semua obrolan mereka. Azzel  tadi berencana ingin melihat Rara di rooftop apakah gadis itu sudah selesai mengerjakan tugasnya atau belum.

"Tanpa lo sadari lo juga cowok brengsek Debli!" gumam Azzel yang sudah terbakar amarah.

✏️✏️✏️

Malam sebelumnya.

Dian berjalan pergi ke sebuah club, malam ini ia sudah janjian dengan teman lamanya yang baru pindah ke Jakarta dan akan bersekolah dengannya di SMA angkasa.

Dian memang sering pergi ke club, tapi ia hanya minum seperlunya dalam arti tidak sampai mabuk. Dan ia juga kesana jika ada teman yang mengajaknya. Rara tidak tau hal ini karena Dian jarang bercerita pada gadis itu tentang hal yang berbaur dengan club malam takut jika gadis sepolos Rara ikut masuk ke dunia malam seperti itu.

Saat sedang asik mengobrol dengan teman lamanya yang bernama Putri, Dian melihat Khanza dan kedua temannya, Rofli dan Nathan yang juga ada disana.

Dian sudah lama menyukai Khanza, sejak kelas 10 hingga sekarang. karena ia selalu sekelas dengan Khanza yang membuatnya sedikit dekat. Dan itu menjadi alasan mengapa  Dian menyukai khanza.

Sikap pria itu yang berbeda dengan teman-temannya yang lain, membuat Dian menyukainya tapi ia hanya bisa menyembunyikan perasaannya bahkan pada sahabat-sahabatnya pun.

"Oi, lo liat apaan si" Ucap putri yang kesal karena Dian yang malah menatap kearah lain bukan kearahnya.

"Hehehe sorry-sorry lo ngomong apa tadi?" tanya Dian.

"Bentar, Lo liat cowok yang ada disana kan? Tuh dia jalan ke sini," ucap Putri sambil menunjuk Khanza yang berjalan kearah mereka.

"Eh anjir serius?! Demi apa woe gimana nih." Dian yang kaget sekaligus bingung ingim menoleh melihat kebelakang atau tetap diam.

Khanza sudah berdiri dibelakang Dian.

"Khem," dehem Khanza.

"Ya, Tuhan selamatkan aku," batin Dian.

"Haii," sapa Putri sambil tersenyum kearah Khanza sedangkan pria itu hanya membalas dengan lirikan sekilas.

"Buset, sombong amat," gumam Putri yang hanya di dengar oleh Dian.

"Eh hai Za," sapa Dian yang terpaksa harus berbalik menatap Khanza.

"Gue baru tau ternyata lo anak club sini juga," ucap Khanza.

Putri yang merasa jika ia tidak dibutuhkan memilih untuk permisi dan pergi ke temannya yang lain, yang kebetulan berada disitu juga.

"Eh Ian gue kesana dulu yah, tatatat" pamit Putri.

"Eh anjir! Gue ditinggalin," gumam Dian.

"Udah sering Lo kesini? Udah biasa?" tanya Khanza dengan tatapan dingin.

Dian yang mendengar itu merasa aneh, nada Khanza yang berbicara seperti itu malah seperti ayah yang sedang memarahi anaknya.

"Ha? Maksud lo? Gue nggak ngerti deh," ucap Dian dengan alis yang mengkerut.

"Lo sering dibayar berapa kalau ke sini?" ucap Khanza dengan sangat santai.

"Sumpah lo aneh! Gue nggak ngerti maksud lo apa!" Dian mulai emosi mendengar pertanyaan Khanza barusan.

"Lo jadi lont* disini?!" tanya Khanza dengan nada sedikit berteriak.

Beberapa orang yang ada disekitar mereka menoleh mendengar ucapan Khanza

"L-lo..."

Plakkk

Dian langsung menampar Khanza dengan emosi yang menyelimutinya.

"Brengsek Lo!" teriak Dian dengan kencang di depan wajah Khanza.

Ia langsung berjalan keluar dari club dengan perasaan sedih, marah, kesal, kecewa yang tercampur menjadi satu.

Khanza yang baru menyadari ucapannya langsung menyesal telah mengatakan itu, ia terlalu tersulut emosi hingga membuatnya mengatakan hal itu.

Entah kenapa Khanza marah melihat Dian yang berada disini dengan baju yang sedikit terbuka.

"Maaf gue nggak bermaksud."

✏️✏️✏️

DYLM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang