✏️ 12 DICULIK? [DYLM]

11.8K 717 22
                                    

Azzel sampai di apartemennya dan menemukan Imel sendiri disana.

Azzel menghampiri gadis itu dan duduk disamping Imel yang tersenyum ke arahnya.

"Gue kira lo nggak bakalan dateng," ucap Imel membuka obrolan.

"Dateng lah kenapa juga gue gak dateng," jawab Azzel menatap ke depan layar televisi.

"Kan siapa tau, Lo jagain cewe lo yang manja itu," balas Imel dengan senyum mengejek.

"Ck, bahas yang lain aja nggak usah bahas dia," ucap Azzel lagi.

Imel mengangkat bahunya acuh, yang ia tahu Azzel adalah miliknya bukan milik gadis sok manja itu yang ia maksud adalah Rara/Lia.

Azzel dan Imel memang sangat dekat karena mereka yang sudah bersahabat dari kecil.

✏️✏️✏️

Rara berlari dari pekarangan rumahnya saat lolos keluar rumah, Rara menyogok pak satpam agar membukakannya pintu gerbang.

Rara berjalan dengan rasa takut yang menyelimutinya, ia kembali teringat saat pertama kali dirinya dan Azzel bertemu dulu.

Walaupun baru jam tujuh tapi rasanya seperti jam sembilan malam, karena jalan yang terasa sepi.

"Is kemana sih orang-orang perasaan baru jam tujuh," gumam Rara sambil berjalan cepat.

Ia berniat akan mencari ojek didepan sana. Namun belum juga sampai di jalan besar Rara sudah didatangi dua orang yang memakai motor besar seperti milik Azzel bedanya motor mereka berwana putih.

Dua pemuda itu membuka helmnya yang memperlihatkan wajah mereka, walaupun tampan tetapi Rara tidak tergoda karena menurutnya Azzel lebih tampan dari siapa pun.

Kecuali Khanza.

"Hai cantik," sapa pemuda itu dengan senyum seperti om-om pedofil.

Rara yang melihat itu langsung geli bercampur takut.

"Is ngapain sih! Jangan deket-deket Rara! Sana-sana jauh-jauh kalian bau," ucap Rara padahal parfum yang mereka gunakan sangat tajam dan harum.

"Wah cewe Azzel ngeselin juga anjing," ucap teman pemuda itu.

"Gimana? Kita culik aja dia atau jangan?" bisik pemuda itu pada temannya.

Walaupun berbisik, tetapi Rara bisa mendengarnya.

"Heh! Kalian mau nyulik Rara? Is tolong-tolong ada penculik!" teriak Rara menakut-nakuti mereka.

Dua orang itu tersenyum mengejek karena tidak ada satu orang pun yang menghampiri dan menolongnya.

"Hahahha, kasian deh gak ada yang nolongin," ejek pemuda itu.

Mereka berdua memaksa Rara agar naik di atas jok motor, agar Rara ikut bersama mereka

"Ihhh Rara nggak mau ikut kalian, apaan sih! Penculik nggak modal! Penculik itu bawa mobil bukan bawa motor!" Rara berusaha memberontak ingin dilepas.

"Bacot banget sih lu tinggal naik aja apa susahnya? lo nggak kasian? kita nggak punya mobil jadi susah culik lo! bantu kek," ucap pemuda itu.

Sedangkan teman pemuda itu menatapnya dengan wajah menahan tawa, sepertinya Rara masuk dalam perangkap mereka.

"Oh gitu yah, em yaudah lepas nanti Rara naik."

Mereka berdua melepaskan Rara dan Rara berjalan mengikuti mereka dan dengan santainya ia naik di jok belakang pemuda itu.

"Eh!" kaget Rara saat melihat ia sudah duduk di atas motor dan pria itu melajukan motornya.

"Aaaa tolonggg Rara diculik, Rara ditipuuuu!!" teriak Rara kencang sambil memukul belakang sang pengendara ia baru sadar kalau ternyata ia dikelabui.

Tiba-tiba satu motor menyelip kendaraan mereka dan menyuruh mereka untuk berhenti.

Rara yang melihat itu senang, ia berharap itu adalah  Azzel yang menolongnya.

"Yes itu pasti Azzel," ucap  Rara dalam hati penuh harap.

Rara turun dari motor dan melihat siapa orang yang menolongnya itu, ternyata dugaannya salah yang menolongnya bukan Azzel tetapi Debli.

Walaupun begitu setidaknya ada yang menolongnya dan ia tidak jadi diculik

"Debli, marahin mereka itu. Mereka mau culik aku," ucap Rara bersembunyi di belakang Debli.

Debli menatap mereka dengan tajam ples tatapan bertanya. Dua orang itu ternyata adalah anggota Lorvane atau teman Debli.

"Siapa yang nyuruh kalian?" tanya Debli.

"Arkan," jawab mereka sambil menunduk.

Rara yang melihat itu merasa heran biasanya jika ada yang berniat menculik pasti orang yang membantunya akan berkelahi dengan penculik itu.

"Bli kamu kok nggak mukul mereka?, Kalian nggak berantem?" tanya Rara sedikit berbisik.

"Nggak perlu berantem mereka udah takut sama gue," ucap Debli dan Rara mengangguk.

Benar juga kata Debli dua orang itu hanya menunduk takut.

"Cemen gitu aja takut, wleee." Rara menjulurkan lidahnya mengejek  dua orang itu.

Debli menarik tangan Rara dan mengatakan ingin mengantarkan gadis itu pulang sedangkan dua orang temannya sudah ia suru pulang.

"Aku mau ke rumah Dian ambil buku," tolak Rara.

"Kenapa lo pergi sendiri, bahaya apalagi udah malem," balas Debli.

"Nggak ada yang nganterin aku, jadi pergi sendiri," balas Rara dengan cemberut.

"Yaudah gue anterin ke rumah Dian abis itu pulang."

Dan Rara mengangguk senang.

✏️✏️✏️

DYLM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang