3. Rindu yang tak sampai.
Fanni meletakan buku yang dipegangnya itu di rak dengan penuh keceriaan, setelahnya ia berjalan menuju meja disamping rak untuk mengambil kembali buku-buku di sana dan di letakkannya kembali dirak yang berbeda tergantung jenis buku.
Sudah tiga jam lamanya ia merapikan buku-buku di perpustakaan. Tak lupa ditemani oleh sang sahabat Diana yang tiada henti meluapkan rasa kesalnya karena harus membantu Fanni, walau begitu gadis berambut keriting itu tetap membantu Fanni.
Meskipun sebagian besar dikerjakan oleh Dika.
Buku yang tadinya menumpuk tanpa bisa dihitung jari jumlahnya itu kini hanya tersisa satu buah. Perempuan dengan nama Diana Kusuma Putri itu bersorak riang setelah mengambil buku terakhir dalam kardus.
"Beres! Hah, gila pegel banget tangan gue." Diana meregangkan otot-otot tangannya diakhiri dengan memijat bahunya.
"Fan, habis ini lo mau kemana? " tanya gadis berambut keriting itu, merapikan ikatan pada rambutnya seraya duduk dikursi.
"Langsung balik sih, cape. Kenapa?"
"Gue lapar," jawab Diana disertai dengan cengiran khasnya yang nampak imut dari balik wajahnya yang tampak dingin.
"Mau ke kantin? " Fanni bertanya dengan tidak yakin. Pasalnya mereka sudah berada diperpustakan begitu lama, bahkan Teh Nia petugas perpustakaan pun sudah hendak pulang.
"Emang masih buka, ya? "
"Makan diluar aja, lo traktir. Kan udah dibantuin," sahut Dika.
"Iya, boleh. Makan sepuasnya."
"Emang sekarang jam berapa? " tanya Fanni sembari celingukan mencari dimana keberadaan jam seketika terhenti kala melihat Diana tengah menunjukkan jam tangannya.
"Udah sore ini. Kampus udah sepi."
"Yaudah, yuk makan di luar aja. Ditempat biasa."
Diana mengangguk sembari membuka ponselnya. "Eh gue minta Rian buat ke sini, ya? gak apa-apa kan? "
"Boleh, biar gue ada temennya."
"Ya, terserah. " Fanni menelungkupkan wajahnya di meja.
"Yee, sirik 'kan lu? Makanya cari pacar sana! " Goda Diana dengan sedikit kekehan kecil diakhir.
Fanni mendongak dan mengerucutkan bibirnya. Setelah itu ia memangku wajahnya dengan kedua tangan.
"Udah, chat pacarnya?" Sindir Fanni yang tak digubris oleh makhluk berhormon estrogen itu.
Diana mengangguk singkat. "Mau nunggu di depan, gak? "
"Ayok! " jawab Fanni seraya mengangguk kecil. Bangkir berdiri dengan satu tangan menyampirkan tasnya kebahu, pergerakan Fanni terhenti kala ponselnya bergetar wanita itu memberi isyarat lewat telunjuknya pada Diana.
"Kenapa?" Tanya Diana dengan alis yang tertekuk.
"Gak, lo duluan gih! Gue mau angkat telepon dulu. Tunggu di depan, ya!"
"Oke, gue duluan!" Diana berlalu pergi meninggalkan Dika dan Fanni.
"Kenapa? keluar bareng aja. Kampus udah sepi."
Fanni menoleh, "Gak papa, tunggu aja diparkiran. Gue ada perlu dulu sebentar sama Teh Nia."
"Serius?"
"Iya, udah sana!"
Fanni menoleh kearah pintu, memastikan Dika sudah tidak ada disekitarnya. Gadis itu menghela napas kala Haris tidak mengangkat teleponnya. Sudah seminggu lebih Haris jadi jarang menghubunginya, Fanni jelas khawatir pada Haris. Dia takut lelaki itu sedang tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilarang saling rindu! (Tamat)
Romance"LDR itu nyakitin Bro, kita di sini cape-cape nungguin, eh di sana dia disuapin cewek lain." Fannisa Dera Luthfina Welcome to LDR Tiap hari liat hp Nunggu dia kagak ngechat kagak nelpon Welcome to LDR Mau marah liat dia sama cewek malah kena sempro...