27.

12 3 0
                                    

27.

Bandung, 3 tahun yang lalu.

Malam itu, ditemani sinar bulan yang temaram. Angin sepoi-sepoi yang manis melambai helaian rambut gadis yang baru mengenal cinta. Pipinya bersemu tak kala orang yang paling ia dambakan kini telah menatapnya dengan senyuman yang lembut.

Jantung keduanya berdegup kencang, saling bersahutan. Terhias semu merah di pipi, yang samar terlihat karena gelapnya jalanan.

Bintang-bintang yang berkelip indah, tak cukup untuk menggambarkan bagaimana bahagia gadis itu saat ini. Rasanya seperti ada sesuatu yang menggelitik, dan terbang keluar dari perutnya.

Badan yang tinggi tegap menggenggam erat tangannya. Berkali-kali lelaki di sampingnya itu menatapnya, dan tersenyum untuk kesekian kalinya menampilkan lesung pipi yang membuat jantungnya tidak bisa bertahan lagi.

Berjalan berdampingan menyusuri jalanan komplek perumahan Fanni. Entah kenapa jalan yang selama ini ia lalui kini terasa begitu berbeda, ah sejak kapan ada pohon bunga kertas di sana? Sejak kapan daun-daun yang berguguran di jalanan ini tampak begitu mewah? Fanni sangat bahagia, karena cinta bertepuk sebelah tangannya kini telah bersambut.

Akhirnya mereka sampai di rumah Fanni. Haris menatap rumah itu lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Fanni. Keduanya belum ingin berpisah, dalam hati Fanni mengutuk jalanan kompleknya yang begitu sempit, kenapa rasanya sebentar sekali? Padahal mereka sudah berkeliling lebih dari tiga kali.

Haris melihat jam tangannya, mereka masih punya waktu 12 menit sebelum berpisah. Ia dengan gugup bertanya, "mau jalan sekali lagi?"

Fanni tertawa pelan, dan tersenyum senang. "Ayok!"

"Nitip beli siomay!" teriak seseorang dari balik pintu. Itu Rama, kepalanya melongok keluar. Lelaki itu tersenyum tanpa dosa. Kemudian muncul kepala Maya yang ikut tersenyum jahil. "Aku juga mau, tiga porsi, ya, Kak!"

"Tiga porsi buat siapa aja? Beli sendiri sana!"

"Buat gue satunya," sahut Farhan. "Beliin sana, kasian si Abang siomay, daritadi kalian bolak-balik tapi kaga beli. Cuma jadi figuran doang."

Haris dan Fanni kompak saling tatap, mereka tertawa dan salah tingkah. malu karena ternyata keluarganya tahu bahwa sejak tadi mereka telah mengelilingi komplek berkali-kali.

"Udah jangan senyam-senyum mulu lo berdua, bikin gue nyesek aja. Buruan dah sana, siomay date. Kita mah gak papa kalau siomaynya lama datangnya. Ya, gak May?"

"Yoi, Mas Bro!"

"Yaudah, beneran gue lamain nih, ya?" ancam Fanni. "Mana duitnya?"

"Yaelah, Peje dong Mbak. Kan udah jadian, traktir kitalah. Gue juga secara gak langsung turut andil dalam mempersatukan kalian."

"Idih, pede amat lo!"

"Iya gue traktir Bang." Haris membawa Fanni untuk segera pergi dari sana. Batas waktu mereka tidak banyak sekarang, karena malam semakin larut. "Ayo, Fan."

Fanni terkekeh pelan, dalam sekejap dia merubah ekspresinya saat berhadapan dengan Haris. Ia merangkul lengan Haris."Ayo, By."

Maya, Rama dan Farhan yang saat itu menjadi saksi mata langsung mual dan menutup pintu rapat-rapat.

"Oh tidak mata kecilku ternodai," ucap Maya.

♪☆\(^0^\) ♪(/^-^)/☆

Keesokan harinya, Fanni sudah tidak sabar menemui teman baiknya. Ia ingin menceritakan semuanya kepada Diana. Ketika sampai di kelas, Fanni melihat Diana yang kini duduk dikursinya, menatapnya dengan senyum seperti hari-hari biasanya. Entah kenapa hari senin yang memuakkan jadi terasa berbunga-bunga.

Fanni lantas menghampiri Diana, dia meloncat kegirangan. "Din, gue mah kasih tahu lo sesuatu."

"Apaan dah? Itu berhenti dulu senyumnya ntar bibir lo robek!"

"Tahu gak kenapa ikan mas di sebut ikan mas padahal warnanya enggak mas?"

Diana menatap Fanni dengan tatapan kesal, dan berkata. "apakah muka gue keliatan lagi pengen mikir?"

"Just kidding. Habis ini gue serius, jadi dengerin, ya."

Rasanya Fanni ingin berteriak kencang. Meluapkan perasaannya yang sudah tak terbendung lagi. "Tahu gak? Gue akhirnya jadian!"

"Beneran??" Diana yang tadinya tampak lesu tak bertenaga, kini pulih seketika. Dia membenarkan posisi duduknya, terlihat sangat bersemangat dengan topik yang dibicarakan.

Fanni mengangguk. Lantas Diana kembali bertanya. "Sama siapa? Woah akhirnya jomlo abadi ini punya pacar juga."

"Lo tahu orangnya."

"Haa, serius? Itu Jaemin? Taeyong? Haechan?"

"Hah? Bukan. Bukan mereka. Bedalah, bukan itu."

"Lah? Terus siapa? Hoshi? Mingyu? Jeonghan?"

"Engga, bukan idol. Yakali, gue jadian sama idol."

"Lah terus sape Saprudin?"

"Sama ... Kak Haris."

"eh, ada Kak Haris!" teriak salah satu murid di kelas.

Reflek, Diana menengok ke belakang. Dia mendapati Haris yang tengah berdiri di ambang pintu. Wajah Diana kesal bukan main. Dia beranjak berdiri dan menghampiri Kakak kelasnya itu. "Bentar, ya Fan."

"Mau ngapain lo ke sini?" tanya Diana.

"Gue gak ada urusan sama lo. Minggir!"

Diana mendelik, ia menatap Haris dengan cibiran. "Jijik banget gue ngeliat muka lu, lo aja sana yang minggir! Ini kelas gue, Kakak kelas gak boleh masuk ke sini."

"Minggir! Gue ada urusan sama Ketua OSIS. Lo gak berhak ngatur!"

Haris menggeser Diana begitu saja, dan berlalu masuk melewatinya tanpa rasa bersalah. Membuat Diana semakin murka dibuatnya. Namun, apa boleh buat Diana sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.

Diana pertama kali bertemu Haris saat dia menjadi anggota OSIS tahun lalu. Mereka menjalani pelatihan bersama. Awalnya Diana merasa kagum dengan sikap Haris, baginya Haris bak seorang pemimpin yang bijak dan mampu mengayomi anggotanya dengan baik. Bahkan, Diana menjadi salah satu pendukung Haris saat cowok itu dipilih sebagai kandidat calon Ketua OSIS.

Segalanya berubah ketika seluruh ekspetasinya tak terlaksana sebagaimana mestinya. Sikap Haris tak sebaik apa yang selama ini dia perlihatkan. Haris beberapa kali menolak opininya dalam rapat, ia juga kerap kali berselisih paham dengan Diana terkait pelaksanaan kegiatan di sekolah.

Rasa kesal yang tertahan itu kian menumpuk dan pecah saat Diana melihat bagaimana Haris memperlakukan sahabatnya. Waktu itu tanpa pikir panjang, Diana langsung memutuskan untuk keluar dari keanggotaannya. Saat itu juga dia benar-benar membenci Haris. Diana tak habis pikir bagaimana bisa ia mengidolakan cowok itu satu tahun yang lalu.

◌⑅●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅◌

Dilarang saling rindu! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang