12. Mendadak seram

28 11 7
                                    

12. Mendadak seram

Fanni mencoba untuk membujuk Diana, agar gadis itu mau menemaninya di rumah. Bagaimanapun Fanni tidak berani jika harus tidur sendiri di rumahnya yang terlalu besar untuk dihuni satu orang gadis remaja seperti dirinya.

Rama sedang pergi keluar, sementara Farhan dan Ayahnya belum pulang bekerja. Awalnya Fanni berencana untuk pulang ke kosnya, sebelum kemudian Adik beda dua harinya menelpon dan berkata hendak pergi main.

Sebenarnya Diana ingin menemani Fanni, gadis itu khawatir jika Fanni sendirian di rumahnya. Bahkan Diana menawarkan agar Fanni saja yang menginap di rumahnya. Tapi, sialnya Rama berkata bahwa dia hanya akan pergi sebentar, namun setelah 3 jam kemudian batang hidungnya bahkan tidak keliatan.

"Gak deh, Din. Ntar gak ada yang jaga rumah, kalau kemalingan gimana?"

Itu yang Fanni ucapkan, sekarang ia merutuki perkataannya sendiri. Apa harus dia meminta Farhan untuk segera pulang?

"Apa gue telepon Mbak Sofi aja, ya?"

Fanni mulai mencari kontak Sofi di ponselnya. Fanni sedikit ragu, dia tidak yakin jika Sofi bisa menemaninya. Karena Ayah Sofi juga sama protektifnya seperti Ayah Diana, toh perempuan itu juga selalu canggung ketika berbicara dengan Fanni.

Ponselnya ia dekatkan ke telinga, sampai pada derit kelima Sofi mengangkat teleponnya.

"Mbak, Sofi. Assalamualaikum, Mbak."

"Waalaikumsalam, Fan. Kenapa?"

"Jadi gini, Mbak. Fanni sendirian di rumah, Mama sama Maya lagi ke rumah Kak Tiara. Abang sama Ayah belum pulang, ni si Rama juga pake nitipin kunci, terus gak balik-balik lagi, mana wanya gak aktif, tetangga Fanni juga lagi pada gak ada, lagi jiarah. Mbak, bisa temenin Fanni gak? Sebentar aja. Mau, ya?"

"Bentar, ya. Mbak minta izin dulu sama orang tua Mbak."

"Oh gitu? Yaudah, Mbak. Fanni tunggu, ya."

Fanni memutuskan panggilan, ia menengok ke samping. Rasanya aura di dalam rumahnya jadi seperti rumah hantu dalam film horror. Mengerikan.

Gadis itu bergidik, sebelum akhirnya mencoba untuk tidak peduli. Dia memilih untuk melihat video-video di youtube. 25 menit berlalu dengan cepat. Suara bekas kaleng soda yang jatuh membuat Fanni kaget.

Spontan gadis itu menarik kedua kakinya naik ke atas kursi. Harusnya ia menurut saja saat Diana menawarkan untuk menginap di rumahnya, toh malingnya juga pasti ngerti kalau isi rumahnya gak ada yang bisa dijual dengan harga tinggi.

Fanni menelan ludahnya, ia menarik napas lalu menghembuskannya perlahan, yang kemudian dia ulangi beberapa kali.

Kembali melanjutkan aktivitasnya menonton video, perlahan Fanni mulai menurunkan kembali kakinya.

"Assalamualaikum, Fanni."

"WAALAIKUMSALAM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH!" teriak Fanni, berdiri di atas kursi dengan kedua mata yang terpejam.

Suara tawa yang terdengar cukup keras itu masuk ke gendang telinga Fanni. Fanni membuka matanya perlahan, sumpah dia kaget, dan sekarang dua orang gadis berhijab itu tengah menertawakannya.

Fanni menghembuskan napas lega, syukurlah bukan hantu yang memberi salam padanya. Gadis itu turun dari kursi, sebisa mungkin dia menahan rasa malunya.

"Kak Fanni takut, ya?" tanya Riana setelah mencoba meredakan tawanya.

Fanni menghampiri keduanya, dia tersenyum. Terlihat seperti mengatakan 'Tuh tahu, malah nanya'.

"M-masuk, Mbak, Na." Fanni membuka gerbang rumahnya yang hanya sebatas dada dan mempersilahkan kedua tamunya itu masuk.

Dilarang saling rindu! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang